NovelToon NovelToon
HAJ Kesempurnaan Kehampaan

HAJ Kesempurnaan Kehampaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kutukan
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mult Azham

kehampaan dan kesempurnaan, ada seorang siswa SMP yang hidup dengan perlahan menuju masa depan yang tidak diketahui,"hm, dunia lain?hahaha , Hmm bagaimana kalau membangun sebuah organisasi sendiri, sepertinya menarik, namanya... TCG?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mult Azham, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MULT

-"Papa, apa benar Mult itu ada?"

—"Menurut catatan sejarah, memang... MULT disebut-sebut pernah ada. Tapi soal kebenarannya—itu masih misteri hingga sekarang."

-"Kalau begitu, siapa yang menciptakan Mult, Papa?"

—"Pencipta Mult? Tidak ada yang menciptakannya. Sama seperti HAJ, ia... muncul."

-"Lalu, siapa yang memakainya, Papa?"

—"Tidak ada yang benar-benar tahu. Tapi menurut beberapa spekulasi, ada satu nama yang selalu disebut-sebut—seorang wanita. Namanya... Alisa Yordelle."

...****************...

Desa Verdhollow adalah desa terpencil yang jauh dari kota. Kota terdekatnya adalah Maravelle, berjarak sekitar 450 kilometer—cukup jauh untuk membuat desa ini merasa terisolasi. Namun, desa ini tidak benar-benar terputus dari dunia luar. Di sepanjang jalan menuju Maravelle terdapat Desa Windale dan Desa Rivervale, yang menjadi penghubung penting. Masing-masing berjarak sekitar 220 kilometer dari Maravelle, dan keduanya sering menjadi tempat singgah bagi para warga yang melakukan perjalanan menuju kota atau kembali dari sana.

Desa Verdhollow sendiri dikelilingi oleh hutan lebat, dan sekitar 90 kilometer dari pusat desa, menjulang jajaran pegunungan yang semakin memperkuat kesan terisolasi—namun sekaligus menghadirkan pemandangan alam yang memukau.

...****************...

"Halo, Azaam!" teriak Valeria dari arah hutan. Suaranya lantang menembus rimbunnya pepohonan.

Azam, yang saat itu sedang bersama 810, Vincent, dan Laila, spontan menoleh ke arah suara.

Vincent memperhatikan sosok yang semakin dekat, lalu berbisik pelan, "Itu siapa, Bah?"

Azam menjawab dengan tenang, "Itu Valeria. Aku belum sempat mengenalkan dia kepada kalian."

Tak lama kemudian, Valeria tiba di hadapan mereka, napasnya sedikit terengah setelah berlari. Ia melambai dengan semangat, lalu berkata ceria, "Halo semuanya! Perkenalkan, aku Valeria Noelle!"

Senyum manis merekah di wajahnya, memancarkan kehangatan yang langsung terasa oleh siapa pun yang melihatnya.

Namun, begitu menoleh ke arah Azam, ekspresinya langsung berubah—cemberut.

"Azam! Kenapa kamu nggak bilang-bilang kalau kamu udah bikin keluarga?" protesnya setengah kesal. "Setidaknya... ajak aku juga jadi bagian dari keluargamu"

Azam menghela napas pelan, lalu menatap Valeria dengan tenang. "Binatangmu nggak bisa nyaring informasi dulu sebelum disampaikan, ya?" ujarnya, sedikit menyindir.

Ia melanjutkan, menatap Valeria dengan lebih serius. "Ini bukan keluarga, Valeria. Kami membentuk tim. Memang... aku menganggap mereka seperti keluarga, tapi fungsinya bukan sebagai keluarga."

Azam lalu bertanya dengan serius "apa kamu serius ingin bergabung?"

Valeria langsung mengangguk penuh keyakinan. "Tentu saja, Azam! Aku mau!"

Azam mengangguk perlahan, lalu tersenyum lembut. "Kalau begitu... selamat datang di TCG, Valeria."

Valeria membalas dengan senyum lebar yang penuh kehangatan. "Iya, Abah."

......................

Setelah beberapa saat Azam menjelaskan tentang TCG—dari struktur hingga peran-peran di dalamnya—Valeria tampak berpikir keras. Tatapannya kosong, pikirannya masih sibuk mencerna lapisan demi lapisan informasi yang baru saja ia terima.

“Oooh... hmm...” gumamnya pelan, lalu mengangkat alis. “Strukturnya rumit juga ya, Bah. Abah udah bikin semua ini dari dulu?”

"Iya," jawab Azam pelan sambil mengangguk dan memejamkan mata sejenak.

Valeria terbelalak, benar-benar tak menyangka.

Struktur yang serumit ini—lengkap dengan aturan, sistem kekuasaan, dan detail yang kompleks—diciptakan oleh anak berusia sepuluh tahun?

Azam baru akan berbicara, tapi Valeria mendahuluinya.

"Bah," ucapnya pelan.

Azam menoleh ke arahnya. "Ya?"

“Aku menangkap dua orang mencurigakan di pegunungan” katanya, suaranya berubah serius.

Azam mengangkat alis. “Di pegunungan? Bukankah itu agak jauh dari sini?”

Valeria mengangguk ringan, lalu menjawab, "Oh, itu... tadi aku cuma jalan-jalan sebentar sama macanku. Tapi tiba-tiba, aku dapat pesan dari salah satu elang—katanya ada orang asing di pegunungan."

Azam mengusap dagunya, "bisa tunjukkan orangnya?"

Valeria mengangguk, lalu mulai menuntun Azam dan anggota TCG ke dalam Hutan.

......................

......................

Azam menyipitkan mata saat menatap dua orang yang terikat di hadapannya.

"Ini orangnya?" tanyanya, matanya mengamati sosok-sosok berpakaian serba hitam. Topeng mereka sudah dilepas, memperlihatkan wajah asing yang tak dikenal.

Valeria mengangguk

"810," panggil Azam singkat.

Sistem langsung merespons.

(Mengidentifikasi identitas...)

(Analisis status dan asal...)

(Proses selesai.)

Azam mengusap dagunya perlahan saat membaca hasil yang muncul secara holografik dari 810.

"Hmm... menarik. Mereka berasal dari kota kerajaan."

Semua anggota TCG terlihat terkejut—kecuali 810 dan Valeria yang tetap tenang.

Vincent mengerutkan kening, mengusap dagu dengan bingung. "Ngapain orang kota kerajaan ke sini? Apa mereka nyasar?”

"Tidak," jawab Azam pelan, matanya tetap tertuju pada dua orang yang terikat di hadapannya. "Mereka bukan orang sembarangan... Mereka utusan langsung dari Kerajaan. Kekuatan mereka juga tidak bisa dianggap remeh."

(Third Ascended Mortal — High)

Azam kemudian menoleh ke Valeria.

(Valeria — Third Mortal Genesis — Medium)

Tatapannya berubah heran. "Bagaimana kamu bisa mengalahkan mereka?"

Valeria tersenyum malu, menggaruk kepalanya. "hehe, aku hanya menyuruh semua hewan di hutan gunung, Di sana, aku punya cukup koneksi."

"Hmm..." Azam mengangguk pelan, lalu bertanya dengan tenang, "Apa kamu menyiksa mereka?"

Valeria tersenyum canggung sambil menggaruk kepala.

Dengan cepat, ia melanjutkan, seolah ingin melepaskan semuanya.

"Aku menyuruh hewan-hewan untuk menginterogasi mereka—menggigit, menyiksa... bahkan tangan dan kaki mereka sempat terputus. Lalu, kusuruh hewan-hewan itu menyembuhkan mereka, berulang kali. Prosesnya kuulang terus, tapi mereka tetap keras kepala."

Ia terdiam sejenak, tatapannya sedikit meredup, meskipun ia berusaha tersenyum.

"Setelah itu, aku coba cara lain. Hewan-hewan beracun kugunakan, menggigit mereka sampai tubuh mereka menggeliat kesakitan. Lalu kusembuhkan... racuni lagi... sembuhkan lagi. Segala cara sudah kucoba, tapi mereka tetap tidak membuka mulut."

Matanya tampak menyimpan kesedihan, meski senyum tipis masih bertahan di wajahnya.

"Tapi aku nggak nyangka... 810 bisa tahu semua itu. Haha... kamu hebat banget, 810."

"Terima kasih!" sahut 810 riang.

Azam menghela napas panjang, lalu menepuk pundak Valeria dengan lembut. "Kerja bagus. Tapi lain kali, gunakan cara yang lebih lembut, ya."

Valeria tersenyum cerah, matanya berbinar.

"Baik, Abah! Eh, Abah udah mau pergi?"

Azam mengangguk pelan. "Iya, sudah Magrib."

Valeria menoleh ke langit, menyentuh dagunya dengan telunjuk.

"Sudah Magrib?" gumamnya pelan.

"Ohh... sore hari menjelang malam itu Magrib, ya..."

Azam mulai melangkah pergi, tapi Valeria masih terlihat memikirkan sesuatu.

"Eh, Abah!" serunya tiba-tiba.

Azam menoleh "ya?"

"seperti apa cara lembut yang dimaksud?"

...****************...

Planet-planet hancur, serpihan langit beterbangan. Dua cahaya melesat dan saling membentur dengan kecepatan luar biasa—si biru dan si merah.

Boom! Boom! Boom!

Siuw... Gboom!

Keduanya jatuh, menghantam permukaan sebuah planet dengan dentuman dahsyat.

"Khugh..." Si biru terbatuk pelan, napasnya tersengal. Dalam hati, ia mengumpat, 'Apa-apaan ini? Bagaimana dia bisa membaca gerakanku?'

Si merah tersenyum lebar, tawanya menggema di udara. "Hahaha... Jadi, apa kau menyerah sekarang?" Seketika, senyumnya memudar, digantikan ekspresi serius, mata yang dingin memancarkan ancaman.. "Serahkan benda itu... jika kau masih ingin hidup."

Si biru mengangkat satu alis, tatapannya tajam dan penuh ejekan. "Benda ini?" katanya, suaranya terdengar sarkastik, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Aku tidak akan memberikannya kepada orang sepertimu," ucapnya, menatap si merah dengan penuh penghinaan, sambil dengan jelas menunjuknya, seolah ingin menunjukkan betapa rendahnya si merah di matanya.

Booooong!

Tiba-tiba, kekuatan si biru melonjak drastis.

Fourth Cosmic Arbiter...

Fifth Cosmic Arbiter...

Sixth Cosmic Arbiter...

First Omniversal Paragon...

Si merah terdiam, matanya terbeliak. "Apa kamu gila?" teriaknya, jari-jarinya menunjuk ke arah si biru, dipenuhi amarah dan kekhawatiran. "Kamu tahu konsekuensinya, kan?"

Si biru tersenyum lebar, gigi tajamnya terlihat jelas. "Tentu saja aku tahu," jawabnya dengan suara dingin. "Kalau aku menggunakan ini, kemungkinan 99% aku mati. Tapi... lebih baik aku mati daripada menyerahkan benda ini padamu."

"Wah, wah, kamu sudah gila, ya?" ujar si merah dengan nada bergetar, namun penuh penghinaan.

Si biru hanya menjawab datar, "Ya memang."

Keheningan menyelimuti keduanya sejenak. Kemudian, secepat kilat, si biru meluncurkan serangannya menuju si merah dengan kecepatan luar biasa.

Siuw!

Di dalam pikiran si merah, terlintas kalimat yang tak bisa ia bendung: Mustahil aku menghindari kekuatan ini. Tidak ada jalan keluar. Tak ada harapan untuk melarikan diri. Mustahil bagi makhluk Cosmic Arbiter menyentuh makhluk Omniversal Paragon, apalagi menghindari serangannya.

GGBOOOOOOM!

Ledakan kekuatan si biru menghancurkan ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu planet di sekitarnya. Gelombang energi yang luar biasa menciptakan retakan ruang yang mengerikan.

Si biru menatap bola yang masih utuh, pupil matanya menyusut, lalu membesar cepat—senyum lebarnya terbentang tak wajar "Haha, akhirnya aku mendapatkanmu, sayangku," ucapnya sambil memeluk bola energi itu erat-erat, pipinya menempel pada permukaannya. "Kamu sekarang menjadi milikku sepenuhnya... hahahahahahahaha!"

Tawanya menggema liar di luar angkasa, di tengah serpihan planet-planet hancur yang melayang tanpa arah.

Namun tiba-tiba, ia terdiam. Matanya membelalak.

"Oooh, sayangku... kamu memang yang terkuat. Kamu menggemaskan. Kamu pantas memilikinya,"

ucap proyeksi seorang perempuan yang muncul perlahan dari bola energi, suaranya menggoda dan membuai.

Si biru seperti tenggelam. Matanya kosong, bibirnya sedikit tersenyum tanpa sadar.

Namun kemudian, suara dingin dan datar menyela. "Selamat! Anda telah berhasil mendapatkan bola energi MULT."

Riwayat Host:

Membunuh 1 triliun makhluk hidup

Mengkhianati keluarga dan leluhur

Membunuh saudara

Membunuh kerabat

Membunuh pengikut sendiri

Mengorbankan harga diri dan martabat

demi mendapatkan bola energi MULT

(Sekarang Anda sudah resmi menjadi Host, dan dapat menggunakan kekuatan MULT.)

(Apakah Anda siap untuk memulai hari yang baru?)

Mata si biru mulai tertutup, dan ia semakin merasakan rasa ngantuk yang tak tertahankan. Tubuhnya mulai lemas, dan tingkat kesadarannya menurun, seiring dengan penurunan tingkatan kekuatannya..

(Peringatan)

(Tingkatan Host turun dengan sangat cepat.)

(Kemungkinan Host mati di luar angkasa 100%.)

(Apakah Host ingin berpindah ke planet berpenghuni terdekat?)

Si biru, dalam kondisi hampir pingsan, dengan cepat memencet YES.

Tiba-tiba didepannya sebuah ruang seperti portal terbuka, dan menariknya kedalam.

...****************...

"Bah, dua orang itu tetap tidak membuka mulutnya, padahal aku sudah cukup baik pada mereka," ucap Valeria, dia mengunjungi Azam di rumah Latifa Zahra.

"Kalau begitu, serahkan saja mereka ke kepala desa," jawab Azam sambil berpikir.

Valeria mengangguk pelan. "Baiklah, aku akan serahkan mereka sekarang."

Azam mengusap dagunya, matanya menatap rumput. "Tapi, bagaimana kita membawa mereka ke kepala desa dan menjelaskan semuanya? Kita ini masih anak-anak. Orang dewasa mungkin akan sulit percaya, apalagi ini menyangkut mata-mata kerajaan."

Valeria tersenyum percaya diri, menampakkan deretan giginya. "Tenang saja, Abah. Aku sudah punya rencana."

1
Ryuu Ryugem
lanjut thor seru cerita nya
anaa
numpang singgah💐
🍁Ang❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
mampir
Daisuke Jigen
Senang banget bisa menemukan karya bagus kayak gini, semangat terus thor 🌟
Paola Uchiha 🩸🔥✨
Ngakak guling-guling 😂
Gái đảm
Waw, nggak bisa berhenti baca!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!