NovelToon NovelToon
JERAT SUTRA BERDURI

JERAT SUTRA BERDURI

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua / Mafia
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Arsila

Aruna yang sedang menikmati masa kuliahnya yang santai tiba-tiba dipaksa pulang ke rumah untuk sebuah "makan malam darurat". Ia mendapati keluarganya di ambang kehancuran finansial. Ayahnya terjerat hutang pada keluarga Gavriel, sebuah klan penguasa bisnis yang kejam. Aruna "dijual" sebagai jaminan dalam bentuk pernikahan politik dengan Damian Gavriel, pria dingin yang mempesona namun manipulatif

bagaimana cara aruna mengahadapi takdirnya?..... yuk, baca selengkapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Arsila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan Sang Ratu Seblak

​Malam reuni itu tiba. Ballroom hotel bintang lima tempat acara berlangsung sudah dipenuhi oleh alumni yang sibuk memamerkan kartu nama dan jam tangan mereka. Raka berdiri di tengah kerumunan, memegang gelas sampanye dengan angkuh.

Ia baru saja selesai menceritakan

kemenangannya di kasus hukum terbaru saat pintu besar aula terbuka.

​Tidak ada pengumuman, namun suasana mendadak hening secara alami.

​Damian masuk lebih dulu, mengenakan setelan tuksedo hitam custom-made yang membalut tubuh atletisnya dengan sempurna. Auranya yang mendominasi membuat para tamu secara tidak sadar memberikan jalan. Namun, yang membuat semua orang menahan napas adalah wanita yang digandengnya.

​Aruna tampak memukau dalam gaun sutra berwarna champagne yang berkilauan lembut di bawah lampu kristal. Rambutnya disanggul modern dengan beberapa helai jatuh membingkai wajahnya yang dipoles riasan flawless. Tidak ada lagi kesan "gadis katering"; yang ada hanyalah seorang ratu yang baru saja turun dari singgasananya.

​"Mas, jangan jalan terlalu cepat. Sepatu ini tingginya mirip menara pengawas, aku takut kalau jatuh nanti malah jadi guling-guling di karpet," bisik Aruna lewat sudut bibirnya yang tetap tersenyum manis.

​"Tetap tegak, Aruna. Anggap saja kamu sedang berjalan di atas kepala orang-orang yang pernah meremehkanmu," jawab Damian dengan suara rendah yang menenangkan.

​Raka terpaku. Gelas di tangannya hampir terlepas saat melihat mantan kekasihnya bersanding dengan pria yang wajahnya sering muncul di sampul majalah bisnis internasional. Ia segera menghampiri mereka, mencoba menutupi rasa minder dengan senyum profesionalnya.

​"Aruna? Wah, hampir tidak pangling. Kamu terlihat... berbeda," ujar Raka, matanya tak lepas dari kalung berlian di leher Aruna. "Dan ini... suamimu?"

​Damian mengulurkan tangan, namun tatapannya sedingin es. "Damian Gavriel. Dan Anda adalah?"

​"Raka, pengacara utama di firma hukum Pratama," jawab Raka sambil menjabat tangan Damian. Ia mencoba menekan genggaman tangannya untuk menunjukkan kekuatan, namun ia merasa seolah sedang mencoba meremas beton. Damian tidak bergeming sedikit pun.

​"Ah, Raka yang 'itu'?" Damian menaikkan alisnya, menoleh ke arah Aruna. "Sayang, bukankah ini pria yang dulu bilang kamu terlalu berisik untuk acara formal?"

​Wajah Raka mendadak pucat. Ia tidak menyangka Aruna akan menceritakan hal itu pada suaminya yang terlihat sangat berbahaya ini.

​Aruna tersenyum manis, tipe senyum yang paling ditakuti Damian. "Iya, Mas. Tapi Mas lihat kan? Ternyata aku tidak berisik, aku hanya butuh orang yang telinganya cukup 'berkelas' untuk mendengarkan suaraku."

​"Dengar, Damian," Raka mencoba mencairkan suasana. "Dunia bisnis dan hukum itu sempit. Mungkin kita bisa bekerja sama. Saya dengar Gavriel Group sedang butuh tim hukum baru untuk menangani kasus aset..."

​"Tim hukum saya sudah penuh dengan orang-orang terbaik di negeri ini, Raka," potong Damian dingin. "Dan syarat utama untuk bekerja denganku bukan hanya kepintaran, tapi selera. Jika Anda tidak bisa mengenali nilai dari seorang wanita seperti Aruna sejak dulu, bagaimana saya bisa percaya Anda bisa mengenali nilai dari aset perusahaan saya?"

​Raka terdiam seribu bahasa. Tunangannya yang sejak tadi berdiri di sampingnya hanya bisa menunduk malu.

​Tiara tiba-tiba muncul dari balik kerumunan sambil membawa piring berisi gorengan hotel. "Hai Raka! Masih suka pilih-pilih teman ya? Eh, Aruna! Mas Damian! Ayo ke sana, ada stan bakso premium, tapi katanya rasanya masih kalah sama seblak buatan kita!"

​Aruna tertawa lepas. Ia menatap Raka untuk terakhir kalinya malam itu. "Semoga sukses dengan firma hukumnya ya, Raka. Oh ya, titip salam buat anak pemilik bank. Bilang padanya, punya bank itu bagus, tapi punya suami yang mau mencuci mangkuk mi instan itu jauh lebih mewah."

​Damian menarik Aruna menjauh dari Raka yang masih terpaku lemas. Saat mereka sampai di sudut yang lebih sepi, Aruna mengembuskan napas lega yang sangat panjang.

​"Puas, Sayang?" tanya Damian sambil menatap istrinya dengan lembut.

​"Sangat puas, Mas! Rasanya lebih enak daripada makan kerupuk kaleng yang masih garing," Aruna menyandarkan kepalanya di bahu Damian. "Terima kasih sudah jadi 'pajangan' paling keren malam ini."

​"Aku bukan pajangan, Aruna," Damian mengecup puncak kepala istrinya. "Aku adalah pelindungmu. Dan siapapun yang pernah membuatmu merasa kecil, akan berhadapan denganku."

​Malam itu, Aruna sadar bahwa jerat sutra yang dulu ia takuti kini telah menjadi jubah pelindung yang paling hangat. Namun, di tengah kebahagiaan itu, sebuah pesan masuk ke ponsel Damian dari nomor yang tidak dikenal:

​"Menikmati kemenanganmu di depan si pengacara kecil itu, Damian? Sayangnya, hadiah pernikahan yang sebenarnya dari 'Keluarga Gavriel' baru akan dikirimkan besok pagi ke mansion. Berhati-hatilah dengan apa yang kamu makan."

​Aruna melihat perubahan ekspresi Damian. "Ada apa, Mas?"

​Damian menyimpan ponselnya, matanya kembali tajam. "Hanya debu masa lalu yang mencoba terbang kembali, Aruna. Jangan khawatir. Malam ini milik kita."

Damian berusaha menyembunyikan kegelisahannya, namun insting Aruna terlalu tajam untuk dibohongi. Sepanjang perjalanan pulang di dalam mobil limusin yang mewah, Aruna tidak berhenti menatap profil wajah Damian yang mengeras.

​"Mas, kalau Mas diam begitu, aku jadi merasa sedang duduk di samping patung Liberty, tapi versi lebih galak," celetuk Aruna sambil melepas sepatu hak tingginya dengan lega. "Apa pesannya dari Mbak Hijau lagi? Atau si Pak Tua Lukas kirim surat cinta dari balik jeruji?"

​Damian menoleh, mencoba melunakkan tatapannya. "Bukan siapa-siapa, Aruna. Hanya masalah kantor yang belum selesai. Kamu tidak perlu memikirkannya."

​"Bohong," balas Aruna cepat. "Mas lupa ya? Kita ini tim. Mas yang jadi otak, aku yang jadi bagian bikin rusuh. Kalau ada yang mengancam kita, artinya dia juga mencari masalah dengan stok seblakku."

​Damian akhirnya menghela napas, menyerah pada kegigihan istrinya. "Seseorang mengancam akan membongkar sesuatu tentang Ibu. Sesuatu yang terjadi sebelum dia dikirim ke sanatorium. Lukas mungkin sudah dipenjara, tapi antek-anteknya masih berkeliaran, Aruna. Mereka ingin memancingku keluar dari perusahaan dengan menggunakan nama baik Ibu sebagai umpan."

​Sesampainya di mansion, suasana yang seharusnya tenang berubah menjadi tegang saat mereka menemukan sebuah kotak perak besar di atas meja ruang tamu. Ibu Elena berdiri di sana, wajahnya pucat pasi sambil memegang selembar foto lama yang buram.

​"Ibu? Ada apa?" Aruna langsung menghampiri mertuanya.

​Elena menyerahkan foto itu dengan tangan gemetar. Di sana terlihat Elena muda sedang berbicara dengan seorang pria misterius di sebuah dermaga tua, dan di latar belakangnya terdapat peti-peti kayu bertanda khusus yang biasanya digunakan untuk penyelundupan ilegal.

​"Ini... ini fitnah, Damian," isak Elena. "Malam itu Ibu mencoba menghentikan ayahmu, bukan ikut membantunya. Tapi foto ini diambil dari sudut yang salah. Jika ini tersebar, Ibu akan dianggap sebagai komplotan Lukas sejak awal."

​Aruna mengambil foto itu, memicingkan matanya, lalu tiba-tiba ia tertawa kecil sesuatu yang membuat Damian dan Elena bingung.

​"Mas Damian, coba lihat ini," Aruna menunjuk ke pojok bawah foto. "Penjahatnya kurang teliti. Di pergelangan tangan pria misterius ini, dia pakai jam tangan yang modelnya baru keluar tahun 2020. Sementara foto ini kan katanya diambil lima belas tahun lalu?"

​Damian segera mengambil foto itu dan memperhatikannya dengan jeli. Aruna benar. "Ini rekayasa digital yang sangat rapi, tapi mereka melewatkan detail kecil itu."

​"Nah!" Aruna berkacak pinggang. "Siapapun yang mengirim ini, dia pasti tidak tahu kalau aku hobi mencari kesalahan di foto-foto diskon belanjaan. Mas, sepertinya kita tidak perlu takut. Kita justru harus memancing 'si pengirim' ini keluar untuk menunjukkan siapa sebenarnya yang punya koleksi jam tangan tahun 2020 itu."

1
shabiru Al
aruna jeli juga yah...
shabiru Al
waduh,, bakalan jadi korban barunya aruna nih si raka
shabiru Al
ini gimana sih thor aruna bilangnya saya saya terus sementara damian bilangnya aku
shabiru Al
buset aruna masih sempet kepikiran mesen makanan onlen cod lagi 🤭
shabiru Al
tdkah aruna ingin belajar menjadi lebih cerdik,, tdk mungkin jika harus bergantung terus sama damian kan.. tak selamanya damian akan ada d sisi aruna
shabiru Al
sudah mulai falinginlop kah.... 🤭
shabiru Al
aruna yang out of the box😄
shabiru Al
nah kan bener damian mengerikan,, dia bisa merancang sekenario dengan sangat rapih
shabiru Al
kok damian sedikit mengerikan ya...
shabiru Al
aruna ya gokil abis,, berbanding terbalik dengan damian
shabiru Al
mampir ya thor....
Ayu Arsila: silahkannn🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!