Widuri memilih kabur dari rumah, pergi jauh dari keluarga kakeknya yang tiba tiba menjodohkannya dengan sesosok pria yang bahkan tidak dia kenal.
Akibat perbuatannya itu sang kakek murka, tidak hanya menarik uang sakunya yang fantastis, sang kakek juga memblokir kartu kredit, mobil bahkan kartu kartu sakti penunjang hidup dan modal foya foya yang selama ini Widuri nikmati.
Akankah Widuri menyerah ataukah bersikeras pada pendiriannya yang justru membuatnya semakin terjerumus masalah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaa_Zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.33
Pandangan keduanya kini saling bertemu menatap satu sama lain dengan kedua tangan Widuri memegang pergelangan tangan Marcel guna mencoba menenangkan kepanikannya yang berlebihan.
Sentuhan dan tatapan mereka berlangsung cukup lama, tanpa kata tanpa bicara. Keduanya hanyut dalam fikirannnya masing-masing hingga tiba-tiba pintu terbuka lebar.
Seseorang masuk dan berdiri mengagetkan, keduanya menoleh ke arah pintu bersamaan, dan Widuri langsung melepaskan tangannya begitu melihat orang lain berdiri menatap mereka.
"Tidak bisakah kau mengetuk pintu lebih dulu sebelum masuk?" kata Marcel dengan wajahnya yang kembali datar.
Seorang wanita cantik tinggi semampai yang berdiri diambang pintu pun melangkah masuk setelah kembali menutupnya.
"Aku tidak tahu kau sedang ada tamu, siapa dia...?" katanya melirik pada Widuri yang masih setia berdiri, menatapnya risih lalu memalingkan wajah tak peduli.
Widuri hanya diam, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, pergi begitu saja jelas tidak mungkin. Dia datang lebih dulu dan urusannya belum selesai.
Marcel berdecak, dia kembali mendudukkan diri di kursi. "Kau mau apa dengan datang kemari?"
"Siapa? Kau tidak ingin menjawabku!"
"Sudahlah, dia hanya..." Marcel melirik Widuri sebentar lalu beralih pada wanita cantik didepannya. "Ada apa?" ujarnya mengalihkan pembicaraan.
Gadis itu berdecak kecil, lalu mengeluarkan sesuatu dalam tasnya lalu menyodorkannya pada Marcel. "Aku hanya mampir untuk mengantarkan ini!" katanya.
Marcel merogoh saku celana, dan terlihat menghela nafas saat dompet miliknya tidak berada ditempat seharusnya.
Marcel mengambilnya, namun gadis itu menampik tangannya. "Kau sedang menyembunyikan sesuatu dariku, kan?"
Widuri menatap benda yang masih dipegangnya itu, sebuah dompet berwarna hitam yang cukup tebal. Rasa penasaran semakin menjadi dibenaknya tentang siapa wanita cantik itu. Kenapa dompet Marcel tertinggal di apartemennya.
"Kenapa dompetku ada padamu?"
"Kau yang lupa ingatan, semalam kau kenapa ceroboh sekali, dompetmu tertinggal di apartemenku!" lanjut wanita cantik itu kembali melirik Widuri dengan mata lentiknya.
Cantik sekali, wajahnya putih bersih bak artis korea, usianya diperkirakan lebih muda dari Widuri. Dan jika melihat postur tubuhnya, kemungkinan wanita itu adalah seorang model. Itulah yang ada dibenak Widuri saat ini.
Widuri tampak tercengang, dia melirik wanita itu kemudian beralih pada Marcel yang tampak biasa saja.
"Marcel semalam berada di apartemen wanita ini, setelah mengantarku pulang, atau setelah itu... Siapa dia? Apa dia...." Widuri sibuk dengan fikirannya sendiri.
"Kembalikan!" kata Marcel irit bicara.
Marcel tidak mengatakan apa-apa lagi, dia hanya mengambil dompet itu dan memasukkannya kedalam saku celana.
"Oh ya, kapan kau ada waktu untuk menemui mama papa, mereka terus bertanya tentangmu dan aku sudah bosan mencari alasan!"
Widuri semakin tercengang mendengarnya, hubungan keduanya sudah pasti dekat kalau sampai orang tua menanyakannya.
"Kita bicara nanti saja! Aku sibuk... Lagi pula, aku sedang mewawancarai orang. Pergilah!" katanya melirik ke arah Widuri.
Cih, sekarang aku dijadikannya alasan agar wanita itu pergi. Kenapa. Apa aku tidak boleh tahu.
"Oh... Ayolah! Luangkan waktumu dan temui mereka, bukankah kau sudah berjanji padaku?"
Marcel bangkit dengan tidak sabar, mengapit lengan wanita itu dan membawanya ke arah pintu. Namun gadis itu menahannya, dia menepis lengan Marcel.
"Aku tidak akan pergi sebelum tahu kapan itu! Kau fikir mudah berbohong pada mereka terus menerus seperti ini. Apa jangan-jangan kau memang tidak berniat menemui mereka."
"Tentu saja tidak, hanya saja aku sibuk! Kau tahu itu....!"
Gadis itu terlihat memicingkan kedua mata, sementara Marcel mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Kau sengaja kan. Ingin mereka yang datang kemari menemuimu langsung?"
"Tunggu kabar dariku. Katakan itu pada mereka!" ucap Marcel yang langsung membuka pintu dan menyuruhnya pergi.
Namun gadis itu masih diam menatap Marcel lalu menoleh pada Widuri dibelakangnya. "Jangan main-main denganku atau kau tahu akibatnya!"
"Ya aku tahu, kita bicara setelah ini!" tukas Marcel mendorong bahunya keluar.
Marcel kembali masuk, dia mengendorkan dasi yang melilit kerah kemejanya. Dan berhenti saat beradu pandang dengan Widuri yang hanya menatapnya sejak tadi.
"Ekhem...!" Marcel berdehem, lalu kembali ke kursi miliknya
"Jadi itu alasanmu menolakku, kau sudah punya calon istri?" tukas Widuri tanpa ingin basa basi lagi.
Marcel yang hendak duduk mengurungkan niatnya, dia kembali berdiri dengan meja yang menjadi penghalang mereka. Kedua tangannya dia masukkan kedalam saku celana.
"Kenapa kau tidak bilang terus terang agar aku tahu lebih cepat. Jadi aku tidak perlu lagi mengejarmu seperti ini!" kata Widuri lagi. "Aku juga bisa mencari orang lain yang jelas tidak punya pacar ataupun tunangan seperti kau!"
Marcel hanya diam menatapnya, tak ada satu pun bantahan maupun mengiyakan ucapan Widuri. Namun terlihat rahangnya mengeras.
"Apa ... Kenapa? Apa aku terlihat bodoh dimatamu? Apa kau senang dengan semua ini..." Widuri menggelengkan kepalanya lirih, "Aku bahkan menyuruhmu menciumku kemarin. Kau pun... argh... menyesal aku... kau terlihat menikmatinya! Bodoh," Widuri merutuk pada dirinya sendiri.
Lalu apa yang dirasakan Marcel padanya, dia melarangnya bertemu pria lain, bahkan marah sekali saat tahu dia mencari pria lewat perjodohan yang dilakukan Martha. Sikapnya sangat membingungkan.
"Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan apa-apa padamu jika itu semua ada difikiranmu saat ini." jawab Marcel enteng.
Widuri kembali menggelengkan kepalanya, andai saja dia tahu lebih awal mungkin tidak akan melakukan hal konyol sejauh ini. Dia bisa mencari pria lain yang tentunya masih single dan tidak perlu berkompromi lagi dengan Marcel. Bodohnya.
Widuri menyambar berkas miliknya yang terletak di atas meja. "Terima kasih Marcel, aku tidak akan mengganggumu lagi. Aku paling benci pada pria yang tidak jujur apalagi tidak setia sepertimu!"
Setelah itu ia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.
"Lalu apa yang akan kau lakukan saat mengetahui semua ini? Apa kau pernah bertanya hal ini padaku sebelumnya?" kata Marcel saat tangan Widuri tepat berada dihandle pintu.
Gadis itu menolehkan kepalanya ke arah belakang dimana Marcel berdiri tegak. "Ya... Itu semua salahku, aku yang tidak bertanya dan aku tidak akan melakukannya lagi! Puas....!?"
Marcel segera mencekal lengannya dan kembali menutup pintu dengan keras hingga Widuri tersentak kaget. Gadis itu menolehkan kepalanya pada Marcel disertai tatapan tajam.
"Apa lagi? Kau tidak seharusnya bersikap seperti ini. Kau ini membuatku bingung...!"
"Bukankah kau ingin melamar pekerjaan?" ucap Marcel mengalihkan topik setelah diam sesaat melihat kemarahan mengkilat di kedua manik Widuri.
"Aku berubah fikiran! Minggir... Aku mau pergi!" Widuri mendorong tubuh Marcel walaupun pria itu tetap tidak bergeming. "Kubilang minggir. Aku sudah tidak ingin mengejarmu!"
"Jadi kau melamar pekerjaan disini karena ingin mengejarku. Kenapa? Ingin membuatku berubah fikiran dan mau menikahimu?"
Widuri merutuki diri karena keceplosan bicara. "Bodoh! Benar-benar bodoh!"
Marcel menatap keresahan Widuri, wajahnya juga memerah karena lagi-lagi ketahuan.
"Kau memang bodoh karena terus mengejarku!"
Widuri terlihat kesal saat mendengarnya. Dia pun memukul bahu Marcel berkali-kali,
"Ya... iya, aku bodoh... aku memang bodoh karena mengejarmu padahal kau berkali-kali menolakku! Aku bodoh...., sekarang biarkan aku pergi!"