NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Cinta Yang Tak Pernah Ia Sangka

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Cintapertama
Popularitas:703
Nilai: 5
Nama Author: Ayunda nadhifa akmal

Rio seorang master chef yang menyukai seorang wanita penyuka sesama jenis
bagaimana perjuangan Rio akankah berhasil mengejar wanita yang Rio cintai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayunda nadhifa akmal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 6

Setelah pertengkaran dengan Alana, aku melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Aku tak pernah menyangka bahwa Alana selalu berbohong padaku. Saat ia membutuhkan sesuatu, atau menginginkan barang yang bisa kubelikan, ia akan menghubungiku. Namun akhir-akhir ini, entah kenapa, aku merasa nyaman bersama Rio. Bibirnya yang pernah menempel di bibirku terasa manis.

Sesampainya di rumah, aku langsung bergegas menuju kamar. Aku menatap baju yang Rio berikan padaku, tersenyum sendiri. Besok saat makan siang, aku berencana membuat minuman segar untuk Rio dan diriku sendiri.

 

Keesokan harinya, Rio sudah menunggu di taman. Saat melihatku, ia melambaikan tangan sambil tersenyum.

“Aku kira kamu tak datang,” ujarnya.

“Ini, aku buat minuman dulu,” jawabku sambil duduk di dekatnya.

“Kelihatan segar banget minumannya. Ini nggak ada alkoholnya kan?” tanya Rio sambil menyeruput.

“Gak mengandung alkohol kok. Enak nggak?” jawabku.

Rio mengangguk puas. Aku tersenyum, menikmati momen kecil itu bersamanya.

“Besok mau aku masakin apa?” tanyanya.

“Gak, nanti merepotkanmu,” ujarku.

“Aku request minuman, kamu request makanan,” kata Rio bersemangat.

“Hmmm… baiklah,” aku berpikir makanan apa yang enak untuk besok.

“Kayanya seger minum mojito,” ujar Rio.

“Ok. Aku mau request beef slice pedas, sama brokoli, kalau bisa sama sup bakso,” ujarku sambil terkekeh.

“Ok, baiklah. Besok aku tunggu di sini ya,” ucapku sambil melambaikan tangan.

Aku segera menuju bar tempatku bekerja.

“Dekat nih sama chef,” goda temanku.

“Cuma teman aja, gak lebih,” jawabku.

“Tapi kemarin aku lihat lho…”

“Aku gak akan pernah suka cowok,” tegasku.

“Kita taruhan ya?” katanya lagi.

“Ok,” jawabku sambil bersalaman dengannya.

 

Aku menuju parkiran mobil dan melihat Rey tampak memegang perutnya. Aku segera menghampirinya.

“Kenapa kamu?” tanyaku khawatir.

“Hari pertama haid,” ujarnya sambil menahan rasa sakit.

“Biar aku antar pulang,” kataku sambil membimbingnya masuk ke mobil.

“Tapi aku bisa pulang sendiri,” ujar Rey.

Tak memperdulikan ocehannya, aku tetap mengantarnya hingga apartemennya.

“Cepat pulang sana,” usir Rey.

Aku tetap masuk dan menyuruhnya duduk.

“Aku ini tuan rumah ya,” katanya ketus.

Aku mengambil handuk dan air hangat, membuka sedikit bajunya.

“Mau apa kamu?” tanyanya, mencoba menepis tanganku.

“Cerewet,” jawabku.

Aku mulai mengompres perut Rey dengan lembut.

“Gimana sekarang, sudah baikan?”

Rey hanya mengangguk. Aku pun bergegas menuju dapur, menyiapkan sup hangat dan jus nanas untuknya.

“Makanlah selagi hangat,” kataku.

“Aku gak mau makan,” ujarnya.

Aku membujuknya hingga makanan yang kubuat habis tersuap.

“Terima kasih ya,” ucap Rey.

“Cepat pulang sana, nanti ada setan di antara kita,” godaku.

“Mana mungkin, kamu saja sedang halangan,” ujarnya sambil tertawa.

Rey melempar bantal padaku. Aku tertawa terbahak-bahak melihat tingkahnya.

“Ok, aku pulang. Besok aku jemput ya,” ujarku sambil mengecup bibirnya dan berlari pergi.

 

Keesokan paginya, aku sudah di pintu apartemen Rey. Beberapa kali aku menekan bel tapi tak ada jawaban. Saat aku hampir pergi, terdengar suara Rey memanggilku.

“Pagi sekali sudah di sini,” ujarnya sambil menguap.

“Mandilah, aku siapkan sarapan,” kataku.

Aku menyiapkan nasi goreng dan kopi panas. Tak lama, Rey keluar dari kamar mandi dan siap sarapan.

“Ayo makan,” ajakku.

“Kenapa harus repot-repot sih?” ucapnya.

Kami sibuk dengan makanan masing-masing, tanpa sepatah kata pun. Setelah selesai, aku dan Rey berangkat bekerja bersama.

Di parkiran mobil, kami terdiam. Aku mengangkat tangan, menyentuh pipi Rey. Mata kami bertemu, dan bibirku menempel lembut di bibirnya. Rey membalas perlahan, tangannya menyentuh leherku. Dunia terasa berhenti, menyisakan detak jantung yang saling mengejar.

Setelah ciuman itu, nafas Rey tampak tidak stabil. Ia segera masuk ke bar hotel, sedangkan aku menuju pantry.

Saat bertemu lagi di parkiran, ia menghindari mataku. Saat aku memanggil namanya, ia segera melajukan mobilnya.

Aku memutuskan menuju café terdekat dan melihat Alana sedang mengobrol dengan pria lebih tua. Aku memakai topi agar tak terlihat, duduk di tempat yang bisa melihat mereka.

Tampak tangan pria itu nakal, mengelus paha Alana. Alana tampak memukul bahunya dengan manja. Aku merasa jijik melihat pemandangan itu. Tak lama, mereka pergi.

Aku mencoba menghubungi Rey beberapa kali, tapi tak diangkat. Aku pun mengirim pesan bercanda:

“Renata, apa kamu marah saat aku mencium bibirmu tadi?”

Rey hanya membaca tanpa membalas. Aku tersenyum sendiri, membayangkan suatu hari aku akan menikahi cewek tomboy itu, punya anak bersamanya.

Aku menutup mata di ranjang, membayangkan masa depan kami. Kini, di pikiranku tak ada Alana sama sekali. Aku ingin Rey merasa dicintai apa adanya, tanpa memaksanya menjadi feminim.

Rio memeluk topi milik Rey saat tidur, dan saat terbangun, ia merasa segar dan bersiap pergi kerja, tetap menyimpan perasaan hangat untuk Rey di hatinya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi sekali, aku bersiap menyiapkan sarapan. Aku ingin sarapan bersama Rey, gadis tomboy yang selalu berputar di benakku.

Aku melajukan mobil menuju apartemennya. Sesampainya di sana, aku menekan bel. Tak lama kemudian, Rey membuka pintu.

"Pagi sekali, kamu sudah datang," sapanya.

"Ayo sarapan," jawabku.

"Jangan begitu, ini merepotkan kamu," ujar Rey.

Dengan cekatan, aku menyiapkan sarapan di meja makan. Rey tampak sibuk dengan kopi panasnya.

"Mau pakai gula atau nggak kopinya?" tanyanya sambil menyerahkan cangkir.

"Tidak perlu. Memandangmu saja sudah cukup membuatku diabetes," jawabku sambil terkekeh.

"Dasar cowok gombal," balasnya sambil tersenyum.

Kami menyantap makanan yang tersaji, hanya denting garpu dan sendok yang terdengar.

Setelah sarapan, aku menunggu Rey yang tengah bersiap. Aku membuka album foto Rey dan Alana, memandangi mereka berdua yang tampak mesra. Alana yang tak secantik sekarang, tampak masih polos.

Aku terkejut saat Rey merebut album foto itu. Tanpa berkata apa-apa, ia membuangnya ke tempat sampah. Aku hanya terpaku menyaksikan tindakan itu, begitu tiba-tiba.

Beberapa saat kemudian, kami duduk di mobil yang melaju menuju hotel. Sesampainya di sana, kami berpisah untuk memulai pekerjaan masing-masing.

Aku mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Rey: *“Nanti makan siang bersama ya.”*

Tak lama, pesan dibalas: *“Ok.”*

Siang itu, aku sibuk di dapur. Pesanan menumpuk, dan aku tenggelam dalam pekerjaan hingga hampir melupakan janji makan siang dengan Rey.

Melihat jam di pergelangan tanganku, aku menyadari Rey mungkin sudah menunggu lama. Sudah setengah jam dari waktu yang ku janjikan, namun aku belum bisa meninggalkan dapur.

Aku bergegas keluar, tapi tak melihat Rey di sana.

Saat aku pelanggan mulai berkurang,aku bergegas menuju bar hotel,tampak Rey sedang sibuk menyiapkan kopi untuk pelanggan hotel.

Aku segera menghampirinya,Rey menatapku.

"maaf aku sibuk banyak pelanggan jadi tak menepati janjiku"sesalku padanya

Tanpa menjawab Rey berlalu begitu saja tanpa menghiraukan aku.

1
Dede Jangkung
mulai jatuh cinta
Blueberry Solenne
wah berarti sudah mapan ni
Dede Jangkung
bagus,semangat
Alna
salam kenal juga🙏
Alna
karena sekarang akhir zaman, jadi kita akan kembali ke zaman jahiliyyah kalo gak salah
Alna
mksud saya banyak temen saya yg buci
Alna
kalo aku biasa aja karena banyak yg jadi buci
Alna
gimana kalo sama adikku😬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!