NovelToon NovelToon
SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anggun

Gue sebenarnya suka sama Lo, Lo mau gak jadi pacar gue?

Mata Zea terbelalak rasa bahagia tak terkira saat mendengar ucapan Fero
Namun hanya seketika rasa bahagia itu hilang saat mendengar kelanjutan ucapan Fero
Kira-kira kalau gue ngomong begitu diterima apa gak ya sama Shena?"
"Hah, Shena?"
"Iya gue suka sama Shena, Ze. Gue mau jadiin dia pacar gue. Gimana menurut Lo?"
Zea menelan salivanya dengan susah payah. Lagi-lagi dia tertipu dengan ucapan sahabatnya yang selalu menggantung itu.
Zea gadis cantik berhidung mancung yang mencintai sahabatnya sendiri. suatu hari dia pernah tidak sengaja mengucapkan perasaannya tapi malah ditertawakan oleh Fero.
Sahabat tetaplah akan menjadi sahabat tidak pernah berubah menjadi cinta. itu yang selalu Fero usapkan pada Zea
Fero yang tidak peka terhadap perasaan Zea malah berusaha mengejar cinta Shena

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SAHABAT 22

Memasuki area kantin, mata Fero langsung tertuju pada sebuah meja yang di kelilingi oleh Zea dan yang lainnya.

Zea tergelak, entah apa yang lucu. Dan hal itu membuat Fero kesal. Dia tidak suka Zea tertawa karena orang lain, bukan karena dia.

“Makan apa lo, Fer?” tanya Aska

Fero tidak menjawab, matanya masih fokus pada Zea yang lagi-lagi tergelak sambil memukul Deral.

Memang beitu gunanya kedua tangan cewek kalau tertawa. Satunya menutup mulut, satunya memukul siapa saja yang ada di sebelahnya.

Lagipula, kenapa Deral harus duduk sebelahan sama Zea, sih? Fero kesal senduri melihat itu semua

Sementara itu Rini menyadari kehadiran Fero di kantin itu pun langsung mencuil Zea. “Ini saatnya Ze.” Bisik gadis itu.

Rini mengangguk dan membuat Zea tersenyum, gadis itu berdehem lalu menoleh pada Deral.

“Deral, boleh nggak gue rangkul lo?” tanya Zea

“Ha?” Deral terkejut mendengar pertanyaan Zea yang tiba-tiba

“Gue rangkul lo, boleh apa nggak?”

Deral tak menjawab, wajahnya tiba-tiba saja merona

“Deral nggak mau, rangkul gue saja deh Ze” Boni menawarkan diri dan mendapat pelototan dari Rini

“Lo jangan ikut campur. Mending lo makan tu cireng lo”

Boni mencebik, dia sebenarnya sudah tahu apa rencana Zea. Siapa lagi kalau bukan Rini biang keladi bermulut ember yang memberi tahu dia.

Ini sebenarnya sudah di rencanakan mereka berdua memanfaatkan Deral demi membutikan jika Fero itu menyukai Zea atau tidak.

Beruntung Boni ini tidak ember dan mengadukan pada Fero tentang rencana kedua gadis itu

“Boleh nggak?” tanya Zea lgi.

Deral mengangguk. “Bo-boleh” katanya.

“Lo jangan gugup gitu dong, gue Cuma mau ngetes saja”

Deral mengernyit, “Ngetes apa?”

“Ada deh, jadi ini boleh gue rangkul?”

“Boleh, tapi lo kasih tahu dulu ngetes apaan. Gue nggak mau ada yang salah paham”

“Anu, gue punya Crush di sekolah ini, gue mau ngetes dia kura-kira notice nggak pas gue ngerangkul elo. Kali saja dia marah, berarti dia suka sama gue.”

Zea tersenyum dan langsung merangkul Deral. Tak lupa dia berkode-kodean dengan Rini, memastikan jika Fero melihat saat dia merangkul Deral.

Rini memberikan jempolnya, itu artinya rencana mereka berjalan dengan lancar, tinggal menunggu reaksi Fero saja.

“Oh, begitu” Kata Deral. Padahal, tadi itu dia sudah berharap lebih saat Zea meminta ijin. “Ya sudah gue ikhlas kok lo rangkul”

Zea terkekeh-kekeh sambil mengucapkan terima kasih.

Cukup lama Zea merangkul Deral, tapi belum ada juga tanda-tanda Fero mendekat. Menoleh pada Fero tidak mungkin, bisa-bisa nanti pemuda itu curiga.

“Rin, kok dia belum kesini?” bisik Zea sambil memiringkan kepalanya mendekati Rini.

Yang di tanya menggeleng. “Enggak tahu gue Ze. Dari tadi dia itu Cuma memandang kesini doang, nggak jalan-jalan.”

“Capek gue ngrangkul Deral terus, Rin.”

Rini terkekeh “Sabar, namanya juga lagi usaha. Harus ada pengorbanan Ze”

Saat ini Fero sudah duduk bersama Aska dan yang lainnya, dia sengaja mencari tempat duduk yang bisa melihat Zea dari tempat duduknya tersebut.

“Sudah, samperin saja,” kata Nando menghasur Fero

“Hooh, lo mau kalau Zea pacaran sama Deral? Kayaknya Zea suka deh sama itu anak. Kalau nggak suka nggak mungkin di rangkul-rangkul kayak begitu” tambah Evan mengompori

Fero menghela napas lalu mengaduk-ngaduk makanan yang ada di piringnya. “Zea suka gue tapi nggak pernah dirangkul kayak begitu. Itu artinya Zea nggak suka sama Deral, temenan doang.”

Ternyata itu alasan Fero kenapa santai saja saat melihat Zea merangkul Deral, dia pikir dia Zea tidak menyukai Dewal dan menganggap Deral itu hanya teman biasa. Ya, meskipun tadi dia sempat marah, Deral mengajak Zea ke kantin.

“Zea suka Fero?” Aska yang tadi hanya menyimak, kini ikut nimbrung. “terus lo suka nggak sama Zea Fer?”

Fero hanya terdiam tidak menyahuti, matanya sejak tadi tidak lepas dari Zea dan Deral.

“Kayaknya Zea dan Deral cocok, nggak ada salahnya sih kalau mereka pacaran.” Aska semakin memanas-manasi Fero. “Deral ganteng, Zea cantik. Rugi deh kalau mereka nggak jadian. Bener nggak Ndo? Kalau gue sih yes, nggak tahu kalau kalian.”

“Gue yes,” kata Evan

“Gue juga” sambung Nando. “Lo bagaimana, Fer? Setuju tidak kalau Zea sama De-“

Brak!

Semuanya terkejut mendengar suara gebrakan yang berasal dari meja Fero CS

“Sialan kok bisa di kantin sekolah kalian ada lalatnya, Ka?” kata Fero seperti orang yang tidak tahu apa-apa, padahal yang dia lakukan tadi membuat semua orang terkejut.

00888777

Kejadian di kantin tadi membuat dada Fero rasanya terbakar. Ya pemuda itu terbakar api cemburu saat mendengar ucapan Aska sialan itu.

Entah kesurupan setan apa sehingga Fero mengakui kalau dia cemburu pada sahabatnya itu.

Saat ini Fero sedang duduk di balkon kamarnya, sudah dua batang rokok habis dia hisap, tapi belum juga bisa menghilangkan rasa kesalnya.

“Mabok saja kali gue, ya?’ kata Fero mulai ngelantur.

“Tapi, masa sih Gue cemburu? Mana gue ngaku lagi sama teman-teman curut gue itu. Bangke memang, kalau gue di ejek bagaimana?”

Pemuda itu kini meremas-remas rambutnya kesal, merasa bodoh dengan apa yang dia lakukan tadi. Kalau saja dia tidak kelojotan mendengar ucapan Aska, mungkin sampai saat ini dia tidak akan mengakui kalau cemburu.

Tiba-tiba pintu kamar Fero di ketuk, perlahan pintu kamar tersebut terbuka dan menampilkan Bima di sana.

“Papi mau ngomong sesuatu sama kamu,” kata Bima lalu berlalu begitu saja.

Fero menghela napas dia tahu dia harus kemana pergi menemui Bima.

Dan disinilah Fero berada, di ruang kerja ayahnya.

“Mau ngomong apa?” tanya Fero tak sabaran

“Sebentar lagi ujian kenaikan kelas kan?”

“Terus?” tanya Fero lagi.

“Papi minta kamu jangan main-main lagi, usia kamu sudah tujuh belas tahun, dan Papi berharap kamu nanti akan membantu Papi di perusahaan”

Fero mengeram, jika bicara dengan papinya itu ujung-ujungnya pasti membahas soal pekerjaan, muak sekali mendengarnya.

“Pi..”

“Nggak ada penolakan Fero! Papi tahu kamu sanggup, bahkan kamu lebih dari sanggup”

“Tapi sayangnya aku nggak bisa Pi, aku harus nyiapin persiapan masuk kuliah, bukan malah membantu Papi di perusahaan” tolak Fero tegas. Meskipun dia sanggup tapi Fero merasa belum waktunya dia terjun ke dunia yang membuat stress itu.

Tugasnya hanya belajar kan? Ya, meskipun jarang sekali yang namanya belajar, justru dia lebih sering menghabiskan waktu dengan bermain-main atau sekedar mencari masalah.

“Jangan nolak, kuliah kamu sudah Papi atur di luar negeri!”

“Kalau aku nggak mau” tantang Fero.

“Silahkan kamu kuliah dengan uang kamu sendiri. Papi nggak bakalan ngeluarin Ung sepeser pun untuk kamu lagi”

Ferp berdecih. “Oke, aku bisa kok kuliah sambil kerja”

Setelah mengatakan itu Fero pun meninggalkan ruangan Bima dengan perasaan dongkol.

Satu hal yang Bima lupa, ayahnya tidak akan pernah membiarkan begitu saja cucu kesayangannya kuliah sambil bekerja

1
ZeNa
🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!