Ai To Fukushū (Love And Revenge)

MENUNGGU JAWABAN

Selama perjalanan, Akira terus saja meremas kuat setir mobilnya meski kefokusan matanya masih lurus ke jalanan, jantung dan juga pikirannya tak karuan. -‘Besok aku harus menjawabnya... CK, kenapa dia tiba-tiba melamar ku?’ batin Akira kesal sendiri hingga wajahnya menunjukkan ekspresi yang menjengkelkan.

“Kau sedang membicarakan ku?” tiba-tiba suara Koji memudarkan semuanya ketika pria itu seolah bisa mengetahui isi pikiran seseorang, padahal matanya fokus ke lurus.

“Ah, aku... Tidak mengatakan apapun Tuan.” Balas Akira mencoba memberitahunya, mungkin saja bosnya tengah lupa atau linglung.

Tak begitu peduli, Koji hanya menoleh dan menatapnya balik dengan tatapan tegas. Pengamatan yang Koji berikan sungguh membuat Akira salah tingkah sendiri dan tidak begitu nyaman saat menyetir. Berulang kali Akira kenakan kasar ludahnya, hingga berdeham kecil.

Tentu saja Koji sangat tahu bahwa wanita yang duduk di sampingnya tengah gugup, melihat wajahnya saja Koji ingin tertawa namun ia hanya smirk.

Tak berselang lama menyetir, kini kedua orang tadi akhirnya sampai di Mansion. Sebelum Koji benar-benar masuk ke dalam, Akira memanggilnya, berdiri tepat di samping mobil yang ia parkir rapi. “Tuan Koji!”

Refleks, Koji pun menoleh seraya berkerut alis tanda dia menjawab <>

“Aku akan menjawabnya besok, tapi sebelum itu, bisakah Anda memberikan kertasnya.” Dengan keberaniannya, Akira mengulurkan tangan kanannya ke depan, menunggu pria itu memberikan kertas yang dia mau.

Koji menatap sekilas ke tangan bodyguard nya saat ini. “Kertas apa?” tanya nya bingung.

“Kertas kontrak pernikahan. Jadi aku bisa membacanya terlebih dahulu,” jelas Akira yang berpikir bahwa kebanyakan orang-orang seperti Koji selalu memberikan surat kontrak pernikahan.

Pria itu malah terkekeh kecil hingga saat ia kembali menatap ke Akira, senyumannya hilang bertukar menjadi keseriusan dan tentunya melangkah lebih maju. Saat keberadaan mereka hanya tinggal mencondongkan tubuh saja untuk bisa lebih menempel, Koji memperhatikan detail wajah Akira.

“No contract. Tapi kita akan menikah sah secara diam-diam.” Jelas Koji mulai memasukkan kedua tangannya ke saku celana sambil menghela napas panjang hingga mengeluarkan embun dingin.

“Aku membutuhkan seseorang untuk bisa melupakan sesuatu yang menggangguku. Dan aku memilihmu. You understand?” jelasnya sekali lagi dengan nada dan tatapan santai.

Akira masih mengernyit heran. “Kenapa aku? Anda bisa mencari yang lebih tinggi karismanya dari diriku.”

Seketika tatapan Koji menjadi menajam kembali. “Aku memilihmu karena itu kemauanku, jadi cukup menjawab dan jangan banyak tanya.” Balsa Koji hingga akhirnya memutuskan masuk ke dalam.

Akira sendiri yang masih berada di tempatnya, wanita itu tak ingin menikah dengan Koji— dia cukup menyebalkan, angkuh dan tidak tahu bersikap romantis, itu sangat terlihat jelas di wajah tegasnya.

“Hffuuu— ” ya! Apalagi yang bisa Akira lakukan selain bernapas.

“Aku harus bicara dengannya.” Gumam Akira.

...***...

Casino — Berlin

Suara tawa lantang dan memuaskan saat seseorang berhasil memenangkan sesuatu. Seperti yang sedang terjadi di salah satu Casino terbesar di kota Berlin— seorang pria dengan sebutan pria gila dan kejam asal Italia yang selalu siap mengambil semua wilayah di berbagai negara dan kota, tak peduli meski dia harus melawan balik secara kasar.

“HEI TUAN LEO!!!" teriak seorang pria bertubuh gagah besar dari arah lain membuat tawa pria itu beruang menjadi keseriusan dan ketidaksukaan saat diganggu.

“Katakan kepada nya untuk mendekat jika ingin bicara denganku.” Suara seraknya yang terdengar mengerikan itu langsung disetujui oleh sang asisten pribadinya.

Seorang asisten setia dengan rambut basah nan rapi tersisir ke belakang, panggil saja Flavio. BRUAK!! Pria itu langsung membanting kepala pria tadi dan membenturkan nya ke mesin permainan.

“Jika kau ingin bicara pada bos kami, maka mendekat lah sialan.” Ucap Flavio kepada pria malang tadi hingga pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat. Tentu saja kini dia menjadi pusat perhatian.

Pria bertubuh gagah dan besar tadi segera menghampiri bos Flavio selaku seorang kriminal terbesar di Italia yang ditakuti oleh siapapun itu.

“Maaf tuan Leo.”

“Achilleo de Loren! Panggil dengan lengkap.” Balas pria dengan hidung mancung dan bibir tipis itu terlihat menyeramkan dan sangat mencengkram.

Pria itu segera mengangguk. “Iya, Tuan Achilleo de Loren. Maafkan saya!” ucapnya penuh kegugupan dan juga takut.

Orang-orang yang tadinya menyorot ke arah mereka, kini mereka kembali dengan kegiatan masing-masing saat pria bernama Achilleo itu melirik ke Flavio untuk menyuruh mereka semua kembali beraktivitas tanpa menjadikannya sebagai pusat perhatian.

Hanya dengan tatapan Flavio yang tak kalah tajamnya dari sang bos saja, mereka semua langsung ketakutan.

“Katakan?” pria bernama Achilleo itu melipat kedua tangannya di atas meja judinya, sementara para musuh bermainnya sedang menunggu nya.

“Ada pemain Casino yang lebih ahli Tuan, dia ada di Jepang.” Jelas pria berwajah ketakutan itu masih menatap ke bawah.

“Siapa yang bilang?” tanya Achilleo yang sudah terlihat kesal, seolah dia ditantang bermain judi.

“Saya hanya tidak sengaja mendengarnya.” Jawabnya lagi seraya mengelap darah yang menetes dari pelipisnya.

Achilleo menyeringai kecil dan menatap lurus. “Japan?” gumamnya pelan dan sangat bersemangat bila ada musuh yang seimbang.

Tentu, siapa yang berani melawan seorang mafia gangster kriminal sepertinya? Hanya orang-orang yang bernyali yang berani.

“FLAVIO!" panggil pria paruh baya itu mulai memakai topi fedora hitam sehingga karisma wajahnya yang tegas dan tajam lebih terlihat jelas.

“Iya bos?”

“Kita akan pergi ke Jepang!” pinta pria itu beranjak dari duduknya setelah memenangkan banyak permainan judi hingga untung berlipat-lipat ganda.

Beberapa orang Italia yang mengenal Achilleo pernah berkata— <> ya! pria itu sangat berbahaya, bahkan bisnisnya sendiri lebih tua dari milik Koji Rodriguez selisih 2 tahun.

...***...

pagi-pagi sekali Akira memutuskan untuk berjoging sendirian di luar Mansion yang memang keadaan masih sepi dan selalu seperti itu. Dia berpikir semalaman tentang ajakan nikah Koji dan kini Akira memutuskan berlari agar pikirannya bisa tenang.

Keringat yang kini membasahi wajah cantiknya hingga poninya pun ikut basah. Akira baru saja tiba kembali ke Mansion dan tanpa sengaja ia melewati tempat ruangan gym milik bosnya. Dinding yang terbuat dari kaca tembus pandang, membuat Akira dapat melihatnya jelas bagaimana seorang Koji si pria berambut pirang itu melatih tubuh kekarnya hingga keringat pun membasahi seluruh tubuhnya.

-‘Jika aku menikahinya, dia akan menjadi suamiku. Suamiku!!’ pikir Akira yang terpana saat Koji mulai melepas kaos hitamnya hingga terpampang jelas keindahan tubuh Koji, ditambah pria itu menyiram wajahnya dengan sebotol air putih hingga menetas mengenai dada bidangnya ke perut sixpack nya.

“Suamiku??” gumam Akira tanpa sadar mengatakannya hingga ia sadar dan langsung menggeleng.

Oh ayolah, siapa yang tidak mau dengan pria seperti Koji. Akira yang terkenal acuh terhadap lawan jenis pun kadang terpana melihat bosnya sendiri, apalagi menjadi suaminya dan bisa menyentuhnya. Sungguh, dia akan membuat iri para wanita di luar sana.

...°°°...

Hai guyss!!!!!! Senang bisa update disaat otak kurang frezz 😌 maaf jika cerita kurang menarik, saya sudah berusaha 😁 Jika penasaran dengan visual, kalian bisa lihat di my IG (virgo_ws) ada cuplikan trailer juga ^^

Dan iya, seperti biasa, jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya!!!!!

LIKE ☑️

COMENT ☑️

RATE 🌟5 ☑️

FAVORIT ☑️

VOTE ☑️

(⁠☞՞⁠ਊ⁠ ⁠՞ ) ☞ Kebaikan kalian membantu para author, sungguh....

Thanks and See Ya ^•^