#SiMujur
Bejo Fajar Santoso, atau Jo, adalah pria berumur 25 tahun yang selama hidupnya selalu diliputi kesialan. Namun, hidup Jo berubah drastis setelah dirinya bertemu dengan Athena Dewi Sarayu, wanita yang disebut-sebut sebagai wanita paling beruntung abad ini. Cantik, kaya, sukses, dan memiliki pacar seorang pengusaha tampan, Tina punya segalanya. Tapi, keberuntungannya lenyap saat nasib sial Jo berpindah kepadanya!
Bagaimana nasib mereka selanjutnya? Dapatkah Tina mengembalikan keberuntungannya, atau akankah Jo akhirnya bisa merasakan keberuntungan seumur hidup? Ikuti kisah mereka disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Fitting
"Katanya ini asli," ucap Yena sambil mengembalikan kotak cincin Tina. "Kata ahli perhiasan, cincin ini termasuk barang langka. Kalau dijual, harganya bisa lebih dari satu milyar. Kamu dapat barang sebagus ini darimana?"
"Serius Lo?" Tina menerima kotak cincin itu sambil terkaget-kaget. Beberapa hari yang lalu, Tina memang meminta Yena untuk mengecek keaslian cincin yang diberikan Jo. Ia hanya sekedar iseng saja, karena ia yakin cincin ini pasti hanya sekedar imitasi. Tapi setelah mengetahui kalau cincinnya asli, Tina benar-benar kaget bukan kepalang. "Ini cincin yang dikasih Jo buat gue,"
"Hah?" Yena tak kalah terkejut. "Yang benar? Dia dapat darimana?"
"Dia bilang, ini peninggalan orang tuanya di panti. Pengasuhnya di sana diberikan pesan untuk memberikan ini kepada Jo saat dia akan menikah, dan Jo ngasih ini ke gue,"
"Kok bisa orang tua nya Mas Jo punya benda semahal ini?"
"Makanya, gue juga heran. Apa mungkin..." Tina berpikir sejenak. "Orang tuanya mencuri dari orang kaya?"
"Hmm... mungkin saja," Yena menanggapi, walaupun ragu-ragu. "Tapi itu kan baru spekulasi kita, siapa tahu ternyata orang tuanya Mas Jo bekerja di toko perhiasan?"
Tina terdiam, matanya tetap tertuju pada cincin itu. "Walaupun mereka kerja di toko perhiasaan, tetap nggak masuk akal kalau orang biasa bisa membeli barang seharga 1 M,"
Yena duduk di sebelah Tina, mencoba mengamati cincin itu dengan seksama. "Kenapa nggak coba tanya langsung ke Mas Jo? Siapa tahu dia masih ingat tentang orangtuanya,"
"Dia nggak mungkin ingat," Tina menggelengkan kepalanya. "Menurut cerita orang yang mengasuhnya, Jo itu sudah ditinggalkan di panti asuhan saat usianya baru enam bulan. Mustahil bayi enam bulan bisa ingat tentang orangtuanya,"
Tina kemudian menoleh ke arah Yena. "Kita ada kenalan orang yang kerja di perusahaan ini nggak, sih? Gue butuh tahu asal usul cincin ini darimana,"
"Nanti aku coba cari tahu ya," Yena mulai menatap ponselnya dengan serius. "Tapi biasanya butuh waktu berbulan-bulan untuk menghubungi mereka,"
"It's okay, gue masih punya banyak waktu," Tina menyimpan kotak itu ke dalam laci. "By the way, mulai sekarang, gue minta Lo jangan panggil dia 'Mas Jo' lagi,"
"Hah? Emang kenapa deh?" Yena mengernyitkan dahi. "Sejak awal kan aku udah manggil dia begitu,"
"Ya pokoknya jangan, itu udah jadi panggilan khusus gue buat dia,"
"Ya ampun, cieee Tinaaa! Udah ada panggilan sayang aja, nih!" goda Yena.
"Panggilan sayang apaan, deh? Ini tuh cuma kamuflase biar keliatan kaya pasutri beneran!" kilah Tina.
"Terus, terus, panggilan sayang dia ke kamu apaan?" Yena tak mempedulikan alasan Tina, ia lanjut bertanya dengan mata berbinar.
"Errr... Itu..." Tina terdiam lama. Tiba-tiba ia merasa malu mengatakannya pada Yena. "Ada deh,"
"Yah, nggak seru banget, deh!" Yena bersungut-sungut. "Kenapa sih main rahasia-rahasiaan segala?"
"Ya pokoknya ada! Dan itu rahasia, jadi Lo—"
"Dek, tadi Mama ngubungin aku, katanya kita disuruh ke toko gaun buat fitting," Jo tiba-tiba muncul dan tidak sengaja mengucapkan kata keramat yang disembunyikan Tina. Tina langsung menghela napas panjang.
Halah, langsung ketahuan kan!
"What?!" Yena sampai ternganga tak percaya. "Adek?! Huwaaa, romantis banget! Jadi panggilannya Mas-Adek nih?"
"Udah, udah, apaan sih Lo. Ayo Jo, kita cepetan pergi," Tina buru-buru menarik tangan Jo untuk keluar dari ruangannya.
"Jangan Jo dong Tina! Tapi Mas, Mas Jo! Bye bye, Mas Jo! Dek Tina!" Dari belakang, Yena berteriak-teriak menggoda mereka berdua.
...----------------...
Tina dan Jo pun segera tiba di toko gaun pengantin yang sudah direkomendasikan oleh Mama. Toko itu terkenal dengan koleksi gaun-gaun indah dan pelanggannya berasal dari orang-orang berada. Begitu masuk, mereka disambut oleh seorang staf yang langsung mengenali mereka.
"Selamat datang Tuan dan Nona. Kami sudah menunggu kedatangan Anda berdua. Mari masuk," kata staf itu sambil tersenyum ramah.
Mereka mengikuti staf tersebut ke ruang fitting yang luas dan terang. Di dalam ruangan itu, ada beberapa gaun indah yang sudah dipersiapkan khusus untuk Tina.
"Silakan dipilih, Nona. Kami sudah memilih beberapa gaun yang sesuai dengan permintaan ibu nona," ujar staf sambil menunjuk beberapa gaun yang tergantung rapi.
Tina melihat-lihat gaun-gaun itu dengan perasaan campur aduk. Ini adalah pertama kalinya ia mencoba gaun pengantin, dan perasaan gugup serta antusias bercampur jadi satu. Ia lantas menoleh ke arah Jo yang sedang berdiri sambil melihat sekeliling ruangan. "Lo suka yang mana Jo?"
"Hah?" Jo yang sedang tidak fokus menjadi kaget karena tiba-tiba dimintai pendapat. "Mas nggak paham soal gaun Dek, terserah kamu saja,"
Tina menghela napas panjang. Apa sih yang dia harapkan dari seorang bejo? Tina kemudian menunjuk salah satu gaun, "Aku coba yang ini dulu deh mbak,"
"Baik nona, mari saya bantu untuk memakainya," Staf itu mengantarkan Tina masuk ke ruang ganti, sementara Jo dipersilahkan untuk duduk di sebuah sofa yang berada di sana.
Beberapa saat kemudian, Tina keluar dengan sudah memakai gaun putih dengan potongan off-shoulder-nya yang menonjolkan leher dan bahu Tina dengan anggun. Sementara itu untuk bagian bawah, terdapat potongan high-slit di bagian depan, memperlihatkan kaki Tina yang mulus dan jenjang.
"Gimana? Bagus kan?" Tina berjalan sok anggun sambil memandang Jo yang menatapnya tanpa berkedip.
Lo terpesona kan, Jo?
"Jelek, kaya nggak pakai baju," tukas Jo terang-terangan.
"What?" Tina berseru shock, beberapa staf yang mendampinginya juga ikut melongo.
"Coba lihat, bagian dada sama paha kamu terbuka semua. Kita ini mau nikah dek, mau mengikrarkan janji suci di depan Tuhan, masa bajunya mengumbar aurat?"
Tina tersentak mendengar jawaban Jo. Ia merasa malu, tapi juga tersinggung. "Jo, ini tuh fashion loh! Artis-artis di luar negeri juga banyak kok yang pakai baju kaya gini!"
Jo tetap menggelengkan kepalanya. "Nggak, pokoknya harus pakai yang tertutup,"
Tina mendengus kesal, ia lantas kembali ke ruang ganti sambil menghentak-hentakkan kakinya.
...----------------...
Setelah beberapa kali berganti gaun, akhirnya terpilihlah satu buah gaun yang cocok dengan selera Tina dan Jo.
"Nah, yang ini cantik banget," Jo mengacungkan jempolnya, memuji Tina dengan sungguh-sungguh. Tapi Tina yang sudah terlanjur bete masih terus merengut.
"Kenapa sih cemberut gitu dek?" tanya Jo dengan polos.
"Bete," jawab Tina kesal. Sebenarnya Tina bukannya kesal karena disuruh berganti gaun beberapa kali, alasan dirinya cemberut saat ini karena Jo mengatakan bahwa dirinya kelihatan jelek dengan gaun yang pertama.
Bisa nggak sih, ngomongnya agak difilter dikit? batin Tina di dalam hati. Tapi tentu saja Jo tidak akan mengerti maksud hati Tina. Wong dikatakan secara langsung saja Jo tidak paham, apalagi yang cuma diucapkan di dalam hati?
"Loh, loh, siapa ini?" sedang kesal-kesalnya, mood Tina semakin dibuat terjun bebas saat melihat dua orang yang paling ia benci di dunia ini datang. Andra dan Nancy tampak bergandengan tangan dengan mesra sambil menghampiri mereka berdua.
lagian, orang baru dgn pengetahuan terbatas suruh mikir sendiri..
cemburu boleh tapi jgn gitu juga kali pakai ngaku hamidun segala 😩
wkwk, Tina manas-manasin siti🤭🤭
Selamat membaca bab 28 gaes😘😘
Kasih semangat buat Jo mau ketemu Papa camer😚