NovelToon NovelToon
DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Keluarga / Romansa / Pihak Ketiga / Suami amnesia / Dokter
Popularitas:131.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Abang janji akan kembali ‘kan? Berkumpul lagi bersama kami?” tanya Meutia Siddiq, menatap sendu netra suaminya.

“Iya. Abang janji!” ucapnya yakin, tapi kenyataannya ....

Setelah kabar kematian sang suami, Meutia Siddiq menjadi depresi, hidup dalam kenangan, selalu terbayang sosok yang dia cintai. Terlebih, raga suaminya tidak ditemukan dan dinyatakan hilang, berakhir dianggap sudah meninggal dunia.

Seluruh keluarga, dan para sahabat juga ikut merasakan kehilangan mendalam.

Intan serta Sabiya, putri dari Meutia dan Ikram – kedua gadis kecil itu dipaksa dewasa sebelum waktunya. Bahkan berpura-pura tetap menjalani hari dimana sang ayah masih disisi mereka, agar ibunya tidak terus menerus terpuruk, serta nekat mau bunuh diri, berakhir calon adik mereka pun terancam meninggal dalam kandungan.

Dapatkah Meutia beserta buah hatinya melewati badai kehidupan?
Bagaimana mereka menjalani hari-hari berat itu ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14 ~ Dukungan para orang terkasih

Hari demi hari dilalui penuh perjuangan seorang Meutia Siddiq – menahan sakit, perut kram, tak boleh banyak bergerak demi mempertahankan sang janin demi tidak membuatnya lahir sedini mungkin.

Rumah sakit menjadi hunian kedua baginya, dia masih dirawat di sana. Bukan cuma dokter kandungan yang mendampingi, psikiater pun turut menemani memberikan dukungan, menyembuhkan mentalnya dari rasa kehilangan luar biasa.

Anggota keluarga Meutia pun selalu ada. Mereka secara bergilir bergantian menjaga ibu hamil itu.

Intan dan Sabiya yang masih libur sekolah, memilih menghabiskan hari-hari bersama sang ibu. Kala ingin membersihkan diri, mereka akan di bawa pulang oleh pembantu keluarga Rasyid, ke hunian tidak jauh dari rumah sakit.

Ikram dan Meutia memiliki hunian di kota kecil. Tidak besar tapi cukup nyaman. Dihuni sepasang suami istri yang bekerja sebagai asisten rumah tangga.

Sebagai istri bersuamikan seorang dokter umum yang sedang melanjutkan pendidikan ke jenjang spesialis kedokteran jiwa (Psikiatri), terkadang Ikram tidak pulang ke rumah hunian mereka dikampung, melainkan ke rumah singgah.

Meutia sama sekali tidak protes kala suaminya izin menginap. Dia paham, mendukung sepenuhnya profesi sang suami yang memang cita-citanya sedari kecil itu.

***

Dampak kondisi psikis Meutia berimbas pada kehamilannya. Stres yang dialaminya meningkatkan hormon stres kortisol dan katekolamin, memicu kontraksi rahim lebih awal dan mengganggu keseimbangan tubuhnya.

Oleh karenanya di akhir Minggu ke-28 usia kandungan Meutia, tim dokter bersiap melakukan tindakan operasi caesar lewat kelahiran prematur.

Di dalam kamar rawat kelas satu, Nyak Zainab memeluk sayang putri bungsunya. “Tia, ketika didalam ruangan operasi – jangan memikirkan apapun selain hal menyenangkan ya, Nak?”

Lengan kiri Meutia memeluk pinggang ibunya yang berdiri di sisi ranjang. “Doakan Tia dan si dedek bayi ya, Nyak. Semoga operasinya berjalan lancar, dan kami selamat serta baik-baik saja.”

“Pasti, Nak. Pasti selalu Nyak doakan.” Diciumnya lama pucuk kepala Meutia yang tertutup hijab.

“Meutia sayang sangat dengan Nyak. Maafkan diri ini bila belum bisa membuat Nyak bahagia, malah menambah beban pikiran saja,” ucapnya tulus, hatinya diliputi rasa bersalah.

“Jauh-jauh hari sebelum putra-putri Nyak meminta maaf atas kesalahan teramat kecil dan tak berarti, Nyak telah memaafkan kalian semua.”

"Intan, Sabiya … sini, Nak!” ia meminta buah hatinya mendekat sesudah sang ibu mundur.

Kedua gadis kecil itu melangkah mengikis jarak, berdiri di sisi ranjang, lalu masuk ke dalam pelukan tangan kiri ibunya.

“Mamak nanti kembali ‘kan? Nggak macam Ayah yang tak pulang-pulang?” tanya lirih Sabiya, dia tengah ketakutan. Takut ibunya seperti ayahnya, tidak pulang dan tidak diketahui keberadaannya. Meskipun kini keadaannya berbeda, tapi dirinya sudah mencari tahu tentang operasi lewat bertanya kepada para tantenya.

Bagi Sabiya, tindakan bedah sangat mengerikan, walaupun sudah dijelaskan dengan cara sehalus mungkin, mudah dimengerti, tetap dia cemas.

“Insya Allah.” Pelukan itu pun dieratkan. ‘Ya Rabb, izinkan hamba membersamai mereka.’

“Mamak jangan takut ya, kami disini takkan putus-putus berdoa, merayu Allah Maha baik, meminta kepada-Nya supaya rasa sakit Mamak dikurangi banyak-banyak.” Intan mencium pipi ibunya, menyuguhkan senyum dengan pelupuk penuh air mata siap tumpah.

“Terima kasih putri-putri sholehah nya Mamak.” Pelukan pun dilepaskan.

Agam Siddiq mengangkat tubuh adiknya, lalu didudukkan pada kursi roda. Ia berlutut di depan Meutia, memandang penuh kasih berbalut rasa khawatir.

“Adik Abang ini sungguh luar biasa tangguhnya. Dulu, ketika kepergian Ayah … engkau berhasil keluar dari kubangan derita yang nyaris merenggut akal sehatmu. Abang yakin kali ini Meutia pun dapat melalui segala aral melintang, melawan rasa takut, dan membawa buah cintamu dengan Ikram kedunia ini. Dek, jangan pernah menyerah ya? Ada kami yang setia menunggu tepat didepan pintu ruang operasi, paham Tia?”

Meutia mengangguk, menelan ludahnya, buliran bening sudah menetes. Dia takut, sebab ini kelahiran pertama melalui operasi caesar, ditambah bayinya prematur. Namun dirinya mencoba kuat, yakin dan sepenuhnya berserah diri kepada Tuhan.

Wahyuni, Dhien, Nirma, Nur Amala – para sahabat sekaligus saudaranya itu memberikan dukungan, serta membaca doa keselamatan.

Semua orang terkasih menghantarkan Meutia ke ruang operasi. Berjalan tepat di belakang ibu hamil yang kursi rodanya didorong oleh perawat.

Sabiya memeluk erat lengan kakaknya seolah meminta perlindungan, dukungan agar ketakutannya sedikit berkurang.

Para sepupu Intan pun ikut serta, satu persatu sudah mendapatkan ciuman dari tante mereka.

Pintu ruang tindakan sudah ditutup. Mereka yang menunggu di luar ruangan mulai dihinggapi perasaan cemas.

“Kak, ke rumah Allah yuk? Kita berdoa disana, siapa tahu langsung diijabah,” ajak Sabiya.

Intan mengangguk. Mereka tidak hanya berdua saja, para sepupu pun ikut. Ingin merayu sang Al-khaliq.

Para anak-anak berumur jalan 11 tahun dan 7 tahun lebih, masuk kedalam mushola rumah sakit. Mereka duduk diatas sajadah, yang perempuan mengenakan mukenah, dan anak laki-laki memakai peci tersedia di lemari pojok bangunan tempat ibadah.

Doa mereka hampir sama, mengharapkan keberhasilan operasi sang tante, dan keselamatan ibu serta bayinya. Namun, sedikit berbeda dengan kata hati Intan Rasyid.

Intan menggigit kuat bibirnya, kedua tangan menengadah dan mata terpejam. Dalam hati ia tengah bercerita, mengadu, dan berharap seseorang yang tertuju mendengar meskipun hatinya mulai menerima kenyataan pahit ini.

‘Ayah … Intan mau menyampaikan kabar. Mamak tengah berjuang melahirkan adik, lewat operasi caesar. Kata Bunda, rasanya sakit, terus setelahnya pun sangat sakit dan lama sembuhnya. Apa Ayah tak kasihan melihat Mamak menahan rasa menyakitkan itu seorang diri? Bukankah Ayah orang yang paling tak bisa nengok Mamak menangis, merintih sakit – sampai pernah ayah menangis sewaktu Mamak demam, tak mau makan,’ ia berhenti sejenak, tenggorokannya terasa sakit.

‘Ya Rabb, maafkan Intan yang masih terus berharap Ayah masih hidup. Masih menanti nya sewaktu-waktu pulang ke rumah. Intan, Sabiya, Mamak … sangat merindukannya. Kalau memang Ayah masih ada didunia yang sama dengan kami … cepat pulang ya, Yah. Supaya kita bisa sama-sama lagi,’

Sabiya menoleh ke sang kakak yang menangis dalam diam, diapun sudah bermandikan air mata. ‘Ayah … Biya kangen. Sebentar lagi Sabiya akan menjadi kakak sama seperti kak Intan. Apa Ayah tak mau memberi ucapan selamat, supaya Biya bertambah semangat membantu menjaga adik bayi nantinya?’

***

Sedangkan di dalam ruang operasi.

“Bu Meutia, sudah siapkah menerima suntikan bius epidural?” tanya dokter kandungan yang akan membantu persalinan.

Meutia mengangguk, tak bisa dipungkiri kalau dirinya takut sampai jarinya bergetar.

‘Bismillah,’ ucapnya dalam hati, duduk di atas ranjang operasi mengenakan baju steril. Dia langsung beristighfar saat sesuatu tajam menembus kulit menusuk daging pada bagian punggung bawah.

'Abang ...Tia sedikit takut. Takut tak selamat, lantas bagaimana dengan nasib anak-anak kita nantinya Sayang?'

.

.

Bersambung.

1
Julie Yang
👍👍👍👍👍👍/Angry//Angry//Angry//Angry//Angry/
Julie Yang
👍👍👍👍👍👍
Kaka Shanum
mau bukti??...ayok siapa takut.engga usah kebanyakan minta bukti deh arinta,berani2 nya ngajak debat mencoba mempermalukan meuthia didepan pengujung yang lain.kekayaan orangtua kamu engga ada seujung jempolnya keluarga sidiq.bener2 pengen dibanting sama umi dhien.ikhram coba kepala nya digetok biar engga kelamaan amnesia.awas aja ambu dan bapaknya ikut2an belain arinta.
Wedangan andini Aworkonco
ya Allah Thor....baru baca judulnya langsung berkaca" mataku Thor....😭😭
FiaNasa
hayo.lo.arinta mati kutu kau,,mana bukti klau Yunus suamimu,,kau tak kan bisa merebut ikram lagi,,semua keluarga tak kan membiarkanmu menjerat Yunus alias ikram..Denis bisa merasakan kasih sayang Yunus tp lihatlah anak Meutia,,bahkan gauzhan belum pernah tersentuh ayahnya sendiri,ikram Rasyid alias Yunus ini arinta,,
Sumi yati69
makin seru
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
sereeemmmm ihhhh. pd ngamuk2 ini readersnya. larriii aaahhhhhh 🏃‍♀️🏃‍♀️
Naufal
aduhh kak cublik dag dig dug aq 🤭🤭🤭
Cublik: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
loh mana ini we kelanjutan nya...?? kok ya gantung...???? ke celana dalam si ayek gk kering...
Suanti
semoga setelah ini ingatan nya kembali
Cublik: Aamiin 🥰
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
sumpah ya allah aku degdegan ampe gemeter saking nahan nafas ini sesak we dadaku kencang betul degdegan nya.... wahhhh gelaseaaahhh aka memang terbaeeekkkk sampai aku susah tak bisa bercakap dingin loh we ini tangan sama kaki ku... /Sob//Sob//Sob/
Cublik: Maju Kak, kasih paham si Arinta 🤣
total 1 replies
neni nuraeni
ayo Tia jgn klh SMA si lakor perthnkn suamimu, semoga aja ikram CPT smbuh thor ksian Tia dan bisa berkumpul kmbli, si lakor dan anknya suruh pulang aja thor
Cublik: Rebut lagi si Ikram
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
heiii sundel gw yakin elu liat kan...?? awas aje jlo ampe elu ngehalang"in gw pites elu gw cicang gw kasih makan bdan elu k hiu... biar nyaho.. ayo bang ik inget atuh plissshhh👏👏👏👏
Cublik: Mana kenyang Hiu nya Kak 😁
total 1 replies
cici cici
weeeee....ngaku ngakuuuuuu... ish.. tabok aja lh muncung nya tu mutia ha..geram kali awak
Cublik: Pakek sikat kawat 🤣
total 1 replies
cici cici
Alhamdulillah akhir nya ketemuuu.... weei arinta jgn ngaku2 gitu lah weeeee🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
suami dr Hongkong lho !!!! eh Arinta nyadar diri donk gak usah ngaku" kl Yunus alias Ikram suamimu karna sampai kapan pun Yunus alias Ikram adalah milik Meutia kekasih hatinya 😏😏
stnk
gaaasssss Tia...jangaaaan kendooor...ikram suamimu....
Cublik: Rebut lagi ya Kak
total 1 replies
Larasati
nah loh mau apa lagi kamu arinta bukti nikah gak ada , semoga ikram cepat pulih ingatan nya
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Alhamdulillah akhirnya mereka nemuin Yunus alias Ikram ayo skrng bawa Yunus alias Ikram pergi dr Arinta biar gak di paksa nikahin Arinta sama si Ambu sedeng 💪💪😁
Marlina Prasasty
hahaha mati kutu kau arianta eh siapapun namamu sy g kenal,sok ngaku²,kmi ini saksi kunci bucinnya pak ikram kpd istrinya Meutia yg kau anggap suami itu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!