Anisa gadis yatim piatu bekerja sebagai pelayan. Demi keselamatan Sang Majikan dan di tengah rasa putus asa dengan hidupnya, dia terpaksa menikah dengan Pangeran Jin, yang tampan namun menyerupai monyet.
Akan tetapi siapa sangka setelah menikah dengan Pangeran Jin Monyet, dia justru bisa balas dendam pada orang orang yang telah menyengsarakan dirinya di masa lalu.
Bagaimana kisah Anisa yang menjadi istri jin dan ada misteri apa di masa lalu Anisa? Yukkk guys ikuti kisahnya...
ini lanjutan novel Digondol Jin ya guys ♥️♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32.
Sementara itu, Sang Ratu Jin tengah diliputi kegembiraan. Senyum puas mengembang di bibir nya yang berwarna merah darah, matanya berkilat tajam ketika seorang abdi datang membawa kabar gembira: mempelai wanita telah tiba di desa di kaki gunung.
“Terus jaga gadis itu! Jangan sampai calon menantuku lepas lagi. Awasi para pengantar nya!”
titah Sang Ratu, suara nya melengking namun berat, seperti gema dari dalam gua batu.
Ia bersandar di singgasana nya yang terbuat dari batu obsidian hitam, dan kembali memerintah,
“Besok, kirim kereta kencana untuk menjemput mempelai wanita!”
“Baik, Ratu,” jawab jin pengintai itu dengan tubuh membungkuk. “Kami sempat melihat orang yang pernah melarikan calon mempelai wanita sebelumnya. Namun... kami tak menemukan jin kecil anak Lingga Sari bersamanya.”
Seketika, sorot mata Sang Ratu menyala. Cahaya merah menyala dari bola mata nya, membuat udara di ruang itu terasa sangat panas.
“Awasi dia... dan tangkap Windy, jin kecil itu! Jangan biarkan dia lolos lagi! Aku tahu jin kecil itu yang telah membantu biang kerok itu! Cepat kembali ke sana!”
Abdi itu mengangguk patuh dan segera menghilang, tubuhnya berubah menjadi kepulan asap gelap yang lenyap dalam sekejap.
Di tempat lain, Pangeran Dewa Anum yang baru saja mendengar kabar kedatangan calon istri nya, bergegas menuju kamar Sang Ibunda Ratu. Napas nya memburu, jantung nya berdetak lebih cepat di dada nya, antara gembira dan gelisah.
Tanpa menunggu izin, ia langsung membuka pintu kamar Sang Ibunda yang tak dikunci, melewati dua jin penjaga pintu yang hanya menunduk hormat...
“Ibu...”
panggil sang pangeran pelan, langkahnya cepat menembus keheningan kamar itu.
Namun tak ada sahutan. Hanya sunyi... dan aroma dupa kemenyan memenuhi ruangan.
“Ibuuu...” seru nya lagi, kali ini lebih keras, nada cemas terselip di suara nya.
Ia melangkah lebih dalam ... dan di sana lah ia melihat sosok Sang Ibunda Ratu. Duduk bersimpuh di depan altar leluhur, tubuh nya tegak, wajahnya teduh diterangi cahaya lilin yang bergetar lembut.
Kenangan masa kecil nya tiba tiba hadir. Bagaimana dulu ia pernah dimarahi karena mengganggu saat Sang ibunda sedang bersemedi. Maka, agar tidak menyinggung perasaan Sang Ibunda, Pangeran pun ikut duduk bersila di belakang nya.
Hening. Dua sosok agung ibu dan anak kini larut dalam semedi.
Beberapa menit berlalu... Sang Ibunda perlahan membuka kedua mata nya, menoleh ke belakang. Senyum tipis mengembang di bibir nya ketika melihat putra satu satu nya yang masih duduk bersemedi dengan khusyuk.
“Para leluhur telah merestui pernikahanmu, Putera ku.. ” ucap Sang Ibunda lembut namun berwibawa.
“Aku akan mengizinkanmu memakai kereta kencana untuk menjemput calon istri mu dan keluarga nya.”
Mendengar itu, wajah Pangeran Dewa Anum langsung berseri. Ia menatap ibu nya penuh harap.
“Ibu... apa aku boleh turun sekarang untuk melihat calon istriku? Bukankah dia sudah tiba di wilayah kerajaan kita? Wilayah kekuasaan Ibu...”
Tatapan Sang Ratu berubah tajam namun lembut.
“Belum saat nya, Putera ku. Mulai saat ini, kamu harus berpuasa sampai besok malam.”
Nada tegas itu membuat semangat sang Pangeran merosot seketika. Ia menunduk, kecewa, seperti anak kecil yang dilarang bermain. Tubuh nya langsung lemas, sebelum berpuasa...
Sang Ratu tersenyum maklum.
“Bersabar lah Putra ku, tinggal menunggu satu hari lagi.” Ucap Sang Ibunda Ratu sambil menatap Sang Putra yang tampak duduk lemas dengan ekspresi wajah kecewa.
“Bangunlah, ayo kembali kita temui tamu tamu.” Ucap Sang Ibunda Ratu lagi sambil masih menatap Sang Putra. Di dalam hati Sang Ibunda Ratu tersenyum melihat Sang Putra yang sedang jatuh cinta.
“Ayolah, satu hari itu tidak lama. Esok malam kau akan menjemput kebahagiaanmu sendiri....” Ucap Sang Ibunda Ratu lagi sambil tersenyum.
Tatapan lembut ibu nya menenangkan hati sang Pangeran. Ia pun berdiri, kembali menegakkan tubuhnya dengan semangat baru.
“Baik, Ibu. Aku akan menemui para tamu lagi.”
“Bagus,” balas Sang Ratu dengan senyum yang mengandung makna rahasia. Dalam hatinya, ia tahu betul, cinta sedang tumbuh kuat dalam diri sang Pangeran.
🏡🏡🏡
Sementara itu, di tempat berbeda. Di sebuah kamar di kantor Travel & Tour, suasana jauh berbeda. Di kamar mandi kecil di dalam ruangan itu, Pungki sedang menyelesaikan pekerjaan nya. Aroma harum herbal memenuhi udara. Ia baru saja mengecat rambut Windy.
Kini warna rambut Windy bukan lagi putih pucat seperti salju, melainkan cokelat gelap berkilau, membuat wajah mungil nya tampak semakin hidup.
Pungki berhati hati membilas rambut Windy, memastikan air tak mengenai kulitnya. Tangannya lembut, penuh kasih sayang.
“Kakak Pung Pung, besok aku mau dikeramasi seperti tadi lagi, ya. Enak rasanya... dipangku Kakak, mataku nggak kena air,”
ucap Windy polos dengan suara bening.
Pungki hanya tersenyum, matanya berbinar bangga menatap hasil kerjanya.
“Hmm...” gumamnya, lalu berseru pelan,
“Wow, kamu keren banget, Wind! Rambutmu... indah sekali!” teriak Pungki saat sudah selesai mengeringkan rambut gondrong Windy.
Windy mendongak.
“Yang bener, Kakak Pung Pung? Aku mau lihat wajahku!”
Pungki tertawa kecil, lalu mengangkat tubuh mungil Windy agar bisa melihat dirin ya di cermin tinggi itu. Windy menatap bayangan diri nya, senyum nya merekah lebar. Namun senyum itu seketika lenyap saat ia melihat sesuatu...
“Kakak Pung Pung... alisku masih putih. Gimana kalau alis aku di cat juga?” tanya Windy polos, mata nya melebar indah menatap pantulan wajah nya.
“Hah? Tidak boleh, Wind! Bahaya, meskipun cat nya berbahan alami,” jawab Pungki cepat sambil memandangi alis putih itu.
Lalu ia tersenyum lembut.
“Tapi tenang... nanti aku pinjam pensil alis Andien, ya.”
Ia lalu mencium pipi Windy dengan penuh sayang, tak tahan oleh wajah lucu yang kini tampak makin tampan dengan rambut barunya. Windy pun tertawa senang, suara nya renyah memenuhi kamar mandi kecil itu.
“Hi... hi.. hi... hi.. hi... hi...”
tawa bahagia nya pecah, menggema lembut.
Namun, tawa itu mendadak terhenti saat suara ketukan terdengar dari balik pintu.
TOK!
TOK!
TOK!
“Pung! Buka pintu! Lama banget kamu di kamar mandi!”
suara Syahrul terdengar sangat tidak sabar dan penasaran, dari luar.
“Aku jadi boleh lihat Windy sekarang nggak?”
Pungki dan Windy saling berpandangan. Pungki berhenti menciumi pipi Windy, sementara Windy mendadak diam. Mata mereka bertemu, seolah mengerti sesuatu yang tak terucap.
“Wind, udah boleh belum Mas Syahrul lihat kamu sekarang?” tanya Pungki pelan.
Windy memiringkan kepala mungil nya, jari telunjuk nya mengetuk ngetuk kening sendiri.
“Boleh nggak, ya... boleh nggak ya.. boleh nggak...”
suaranya pelan, penuh pertimbangan polos, tapi ekspresinya begitu menggemaskan.
Lalu...
tiba-tiba... terdengar suara...
g di sana g di sini sama aja mbingumhi 🤣🤣🤣
tp nnti pennjelasan panheran yg masuk akal dpt meruntuhkan ego samg ibunda dan nnit mlh jd baik se lam jin jd muslim.🤣