Kisah petualangan dua orang gadis yang sudah bersahabat sejak umur 6 tahun di sebuah panti asuhan HOPE yang berada di West New York- Amerika.
Dengan mengandalkan otak dan kemampuan mereka, mereka berdua membuka sebuah "Agency DC2" di New Jersey-Amerika. Dibawah naungan NJSP (New Jersey State Police)- Komisaris Cyderyn Baycora.
************
Bagaimanakah kisah-kisah mereka dalam menyelesaikan kasus-kasus rumit dan penuh misteri?
Yang penasaran, ikuti kisah mereka di novel ini 😊🍻
Note : Bila kalian tidak berkenan, tinggalkan saja... Jangan memberikan rating buruk yach... Komen saja apa yang kurang, Insya Allah akan author perbaiki...😊
Jangan lupa VOTE, COMMENT, LIKE, DAN SUBSCRIBE... plus GIFT-nya yach untuk mensupport Author. Terima kasih 🙏❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasus 05 : Rumah Beratap Tiga
...----------------...
Dari semua perjalanan kisah mereka ini, saya rasa hanya kisah inilah yang dimulai dengan dramatis dan tidak terduga.
Sudah beberapa hari ini Cecilia mengurus DC2 Boutique di Michigan, jadi dia tidak tahu menahu tentang kasus yang sedang ditangani oleh Danaya.
Ketika Cecilia tiba dari perjalanannya pagi itu, dia melihat Danaya dalam suasana hati yang baik. Cecilia langsung menjatuhkan diri di sofa tunggal dekat perapian, lalu dia memanggil Estrella.
"Estrella! Buatkan kopi dan sekalian bawakan cemilan ke depan!" teriak Cecilia karena Estrella sedang berada di dapur.
"Baik, Nona!" balas Estrella dari arah dapur.
Danaya yang mendengarnya merasa terganggu.
" Praaaak!... YAAAAK! Kalian pikir ini hutan apa dah?! Teriak-teriak bikin telinga gue sakit!" teriak Danaya geram sambil menaruh gelas kopinya di meja.
"Woooy! Biasa aja dong! Gue kaget tahu..." celetuk Cecilia sambil mengusap dadanya.
"Lagian pada teriak-teriak... Gue kan lagi fokus sama saham gue... Nih, lihat! Pilihan gue harganya naik lagi... Hehehehe" ujar Danaya sambil terkekeh.
Ketika Cecilia sedang melihat laptop yang Danaya berikan, tiba-tiba terdengar suara ketukan brutal di pintu rumahnya.
"BRAK...BRAK...BRAK!"
Estrella berlari ke arah ruang depan untuk membuka pintu, setelah memberikan pesanan Cecilia.
Mungkin kata "Tamu" seperti kurang pantas untuk menyebut dia, lebih tepatnya adalah kami kedatangan seekor banteng gila!
Pintu depan kami terbuka lebar dan seorang lelaki berkulit hitam legam dan tinggi besar, masuk dengan tergesa. Penampilannya terlihat menggelikan, terutama karena jas kotak-kotaknya yang begitu mencolok dengan dasi berwarna merah tua.
Wajahnya lebar dengan hidungnya yang pesek dimajukan, mata gelapnya memancarkan kebencian. Pandangannya tertuju ke arah kami secara bergantian.
"Yang mana diantara kalian berdua yang bernama Nona Danaya Allen?" tanyanya dengan suara menggelegar.
"Hihihihi..."
Danaya dan Cecilia terkikik kecil, lalu Danaya mengangkat gelas kopinya sambil tersenyum.
"Oooh! Ternyata Anda orangnya?!... Dengar, Nona Danaya... Lebih baik Anda jangan ikut campur urusan orang lain! Biarkan saja orang lain itu mengurus urusannya sendiri! Apakah Anda mengerti, Nona Danaya?!" ujar lelaki tersebut sambil mendekat ke arah kami dengan perlahan.
"Silahkan lanjutkan perkataan Anda... Tidak apa-apa kok," ujar Danaya tenang.
"Oh! Tidak masalah, ya?!" ujarnya geram.
"Ini akan jadi masalah, jika saya memberi Anda sedikit pelajaran! Saya sudah terbiasa menghadapi orang-orang seperti Anda, dan mereka semua saya buat kapok. Anda mengerti, Nona Danaya?" ujarnya menggebu.
Lelaki itu mengarahkan kepalan tangannya tepat dibawah hidung Danaya. Danaya hanya memperhatikannya dengan seksama dan penuh minat.
"Woaaah! Apakah pembawaan Anda seperti ini? Atau..., terbentuk sedikit demi sedikit?" tanya Danaya dengan sikap dinginnya.
Entah apa karena sikap dingin Danaya, atau karena Cecilia yang dengan sigap mengambil senjatanya, akhirnya keganasan lelaki tersebut menyurut.
"Intinya, saya sudah memperingatkan Anda!" ujar lelaki tersebut.
"Ada teman saya yang berminat pada urusan di Hoboken.... Anda pasti sangat paham dengan maksud saya. Anda juga bukan seorang polisi, saya juga bukan... Jika Anda ikut campur, maka saya juga akan turun tangan! Jangan acuhkan peringatan saya ini, Nona..." ujar lelaki itu tegas.
"Hehehehehe...." Danaya terkekeh.
"Sudah lama sekali saya ingin bertemu dengan Anda, Tuan..." ujar Danaya tenang.
"Tapi, maafkan saya jika tidak mempersilahkan Anda duduk... Itu karena... Anda bau sekali!... Anda adalah Bosley Jourell, kan?" ujar Danaya sambil menahan nafasnya.
"Whuahahahaha... Benar... Anda bau sekali, Tuan! Apakah Anda tidak mandi atau memakai parfum sebelum Anda bepergian?" sarkas Cecilia sambil tertawa.
Lelaki yang bernama Bosley Jourell itu terdiam... Karena memang benar bau badannya sangat menyengat.
"Ya, benar! Itu adalah nama saya, Nona Danaya. Jangan macam-macam dengan saya!" ujar Bosley dengan nada mengancam.
"Haaaah! Selain bau, Anda juga ternyata tidak tahu diri ya Tuan Bosley!" ujar Cecilia sinis.
Danaya meminta Cecilia menutup mulut pedasnya sebentar, lalu dia melanjutkan perkataannya...
"Sorry, Tuan... Saya orangnya tidak suka mengada-ada... Saya hanya teringat pembunuhan seorang pemuda bernama Abney, di depan Bar Wood... Hey...Hey! Tuan...Berhenti! Jangan pergi dulu!" ujar Danaya tegas meminta lelaki itu tetap ditempatnya.
Lelaki itu berbalik kembali dengan wajah jeleknya.
"Saya tidak ingin mendengar pembicaraan seperti ini!" ujar Bosley.
"Lagipula, apa hubungannya saya dengan si Abney itu, Nona Danaya? Saat pemuda itu meregang nyawa, saya sedang berlatih tinju di Height Punch, Missouri," ujar Bosley menjelaskan.
"Silahkan Anda menjelaskannya di depan Hakim nanti, Bosley! Saya sudah lama mengawasi Anda dan Benjy Rikkard..." perkataan Danaya terpotong.
"Demi Tuhan, Nona... Kasihanilah saya, Nona Danaya..." ujar Bosley mengiba kepada Danaya.
"Ciih!... Tadi ngancam-ngancam! Sekarang memohon minta ampunan! Huh... Lelaki macam apa Anda itu? Kaya ayam mau dipotong aja..." sarkas Cecilia sambil menatap kesal lelaki bau di depannya.
"CUKUP... CUKUP! Pergilah...! Saya akan menangkap Anda jika sudah saatnya nanti..." usir Danaya yang sudah tidak tahan dengan bau badan lelaki itu.
"Baiklah, Nona Danaya... Saya harap, Anda tidak marah atas kedatangan saya ini," ujar Bosley lega.
"Saya tidak akan marah, asalkan Anda mengatakan siapa yang menyuruh Anda kesini..." ujar Danaya tenang.
"Loh! Kan sudah jelas, Nona Danaya.... Orang yang menyuruh saya, adalah orang yang Anda sebutkan tadi," jawab Bosley lugas.
"Lalu...., siapa orang yang sudah membayarnya?" tanya Danaya kembali.
"Saya benar-benar tidak tahu, Nona Danaya... Beneran saya tidak tahu! Dia cuma bilang, 'Bosley, loe samperin si Danaya itu. Bilang sama dia, kalau masih sayang nyawanya jangan ikut campur dengan urusan Hoboken!'... " jawab Bosley.
Tidak lama kemudian, Bosley berlari keluar ruangan itu sama seperti saat dia masuk tadi. Dengan tenang, Danaya meletakkan gelas kopinya.
"Woaaah! Bau lelaki itu gak hilang-hilang!... Estreelllaaaa! Ambil pengharum ruangan dan buka semua jendela rumah!" titah Danaya sambil berteriak.
"Baik, Nona!" jawab Estrella, sambil berlari membuka semua jendela dan menyemprotkan pengharum ruangan dengan aroma Ocean Blue.
"Gue senang loe gak menghancurkan kepalanya tadi, Cia. Gue lihat loe udah bersikap siaga dengan senjata ditangan loe. Dia sebenarnya gak berbahaya, walau otot-ototnya besar. Dia cuma lelaki payah dan bau, yang bisanya hanya menggertak doang," ujar Danaya kepada Cecilia.
"Dia itu anggota 'Genk Death Valley' yang sering melakukan pekerjaan kotor akhir-akhir ini. Genk ini yang mau gue bersihin sampai ke akarnya, nanti saat gue senggang."
"Atasan mereka yang bernama Benjy Rikkard itu yang berbahaya. Spesialisasi mereka dalam kekerasan, intimidasi, dan sejenisnya. Yang pengen gue tahu adalah, siapa yang menjadi otak operasi mereka kali ini," ujar Danaya menjelaskan kepada Cecilia.
"Yang gue gak paham, kenapa mereka mengancam loe?" tanya Cecilia bingung.
"Ini tentang kasus Hoboken Park.... Gue jadi sangat berminat dengan kasus ini, karena ada orang yang mau susah-susah memperingatkan gue. Pasti ada sesuatu yang ganjil dalam kasus ini...." ujar Danaya menjelaskan sambil mengetuk-ngetuk telunjuknya ke dagu.
"Kasus ini sebenarnya kaya apa sich, Dany?" tanya Cecilia.
"Hmm... Begini ceritanya....."
...----------------...