"Perhatian!"
Agar tidak bingung dengan cerita ini, baca dulu cerita "Cinta Sembunyi-sembunyi dengan bos"
Elang dan Merpati adalah sepasang anak kembar berbeda karakter. Elang seorang pria dingin dan cuek sama lawan jenis. Bahkan hingga saat ini pun belum memiliki pacar.
Sementara Merpati, seorang gadis bar bar, namun juga sulit untuk mendapatkan cintanya. Meskipun gampang bergaul dengan lawan jenis tapi sangat sulit untuk didekati.
Namun pada suatu hari mereka jatuh cinta pada seorang gadis dan seorang pria.
Siapakah yang bisa meluluhkan hatinya? penasaran? ikuti yuk kisahnya dan baca jika berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Saat Merpati masuk kedalam, Hansen mengobrol dengan pekerja disini. Hansen mencoba untuk beramah tamah pada mereka.
"Bapak sudah lama bekerja disini?" tanya Hansen.
"Mungkin ada sekitar tiga tahunan, waktu itu Nono yang meminta kami untuk bekerja disini."
"Berarti Pak Nono sudah lama?"
"Dari bengkel ini dibangun. Dia orang yang pertama bekerja disini. Katanya berkat bantuan Neng Merpati."
Hansen manggut-manggut, kemudian ia menyusul Merpati didalam. Merpati sedang memeriksa pendapatan dari bengkelnya.
Setelah selesai, Merpati pun menyimpan uang tersebut dalam amplop. Yang nantinya akan dibayarkan kepada pekerjanya.
"Yuk pulang!"
Hansen hanya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian merekapun pamit. Karena Merpati ingin meninjau bengkel yang lainnya lagi.
Hansen dengan setia mengikuti Merpati, sehingga Merpati selesai meninjau semua bengkelnya.
"Jadi semua itu milikmu?" tanya Hansen saat ini mereka berhenti di sebuah warung pinggir jalan.
"Ya, awalnya cuma satu, kemudian aku buka lagi ditempat lain. Hitung-hitung bisa meringankan dan membantu perekonomian keluarga mereka."
"Aku terlalu beruntung jika bisa mendapatkan mu," batin Hansen.
"Mengapa menatapku seperti itu? Apa ada yang aneh?"
Hansen segera mengalihkan pandangannya kearah lain. Sementara Merpati meraba-raba wajah nya sendiri.
"Cepat makan, ini sudah larut," ucap Hansen. Hansen membayar makanan mereka, setelah itu merekapun kembali ke mansion.
Sementara di mansion, Abbey sudah gelisah menunggu Merpati belum juga pulang. Sementara ponselnya tidak bisa dihubungi.
"Cepat cari adikmu, jam berapa ini? Tetapi adikmu belum juga pulang," Abbey benar-benar cemas.
Yang menjadi permasalahannya, tadi Merpati mengatakan pada Elang, bahwa ia akan langsung pulang.
Dan lebih mencemaskan lagi, ponselnya tidak aktif sama sekali. Sementara Elang tidak menyimpan nomor Hansen.
Elang mengambil kunci mobil, namun baru saja ia ingin keluar, dua buah motor pun tiba didepan mansion.
Abbey dan Alvaro langsung ke depan, begitu juga dengan Ardina dan Billy. Abbey langsung menghampiri Merpati dan memeluknya.
"Maaf Tante, Om, tadi kami mampir ke bengkel dulu," ucap Hansen sebelum ia diintrogasi.
Hansen langsung menyalami dan mencium tangan para orang tua yang berada disitu. Biar bagaimanapun, ia harus bertanggung jawab karena lama baru pulang.
Ditambah lagi, ia sedang membawa Merpati. Walaupun bukan dia yang mengajak Merpati.
"Mengapa ponselmu tidak bisa dihubungi?" tanya Elang.
"Ponselku kehabisan daya," jawab Merpati.
"Seharusnya kamu bisa minjam ponsel Hansen untuk sekedar memberitahu, kamu tahu Dek? Mama sama Oma sangat cemas."
"Maafkan aku El, ponsel ku juga kehabisan daya," jawab Hansen.
"Sudah, sudah. Sebaiknya masuk dulu, lagi pula orang yang dikhawatirkan baik-baik saja," ucap Ardina.
"Sudah malam, sebaiknya aku langsung pulang," ucap Hansen. Kemudian ia kembali mencium tangan orang yang lebih tua darinya.
"Ya sudah, hati-hati di jalan," ucap Ardina.
Hansen mengangguk lalu naik ke motornya. Setelah melambaikan tangan, Hansen pun segera pergi dari situ.
"Kamu sudah makan, sayang?" tanya Abbey.
"Sudah Ma, tadi mampir di warung pinggir jalan," jawab Abbey.
Alvaro tidak sempat untuk berbicara, dan hanya memilih diam, karena Elang sudah mewakili apa yang ingin ia katakan?
"Aku mandi dulu, Ma," ucap Merpati.
"Hmmm, lain kali jangan seperti itu lagi. Biar bagaimanapun kamu seorang perempuan, putri satu-satunya di keluarga ini," kata Alvaro.
"Iya Pa, tapi gak janji," jawab Merpati, kemudian berlari menuju kamarnya.
"Persis kamu, sayang," ucap Alvaro lalu memeluk istrinya.
"El mirip siapa, hubby?" tanya Abbey.
"Entahlah, perasaan aku gak kaku-kaku amat, tapi El kayanya melebihi aku deh," jawab Alvaro.
....
Hansen baru saja tiba di apartemennya. Saat turun dari motornya, ternyata ada Robby bersama dua orang bawahannya.
Robby yang dipenjara, ternyata sudah bebas karena dijamin oleh orang tuanya. Sekarang ia ingin balas dendam kepada Hansen.
"Ngapain kamu disini?" tanya Hansen.
"Kamu, kan yang laporin aku ke polisi? Sekarang aku ingin balas dendam."
"Apa belum cukup? Mengapa kamu tidak ingin melepaskan aku? Padahal cewek itu meninggal tidak ada kaitannya denganku."
"Bacot, gara-gara kamu dia bunuh diri, dan gara-gara kamu juga aku kehilangan dia!" tuding Robby.
"Sudahlah bro, masalah itu sudah lama berlalu. Move on lah, cari cewek lain yang lebih cantik dari dia. Untuk apa lagi dipermasalahkan."
"Aku belum puas sebelum melihat kematian mu didepan mataku."
Kemudian Robby memerintahkan dua bawahannya untuk menangkap Hansen. Robby pikir, Hansen masih seperti dulu yang mudah untuk dikalahkan.
Hansen mundur beberapa langkah untuk mencari posisi ternyaman saat berkelahi. Sehingga membuat dua orang itu menyeringai.
Mereka mengira jika Hansen takut. Robby juga tersenyum miring sebagai ejekan untuk Hansen.
Satu orang menyerang, Hansen menangkis serangan tersebut. Kemudian menangkap tangannya dan memelintirnya.
Sehingga pria itu menjerit, melihat temannya kalah, pria satu pun meninju Hansen. Namun dengan cepat Hansen menjadikan pria itu sebagai tameng.
Sehingga tinjuan itu tidak mengenai Hansen. Melihat hal itu, Robby pun menepuk tangannya dua kali.
Keluar lagi empat orang dari persembunyiannya. Ternyata semua ini sudah direncanakan oleh Robby.
"Kalian main keroyokan!"
"Mengapa? Takut kan sekarang?" Robby bersidakap dada dan mengira Hansen takut dan masih lemah seperti dulu.
Hansen menendang perut pria tadi yang hendak meninju Hansen. Hingga pria itu mundur dan tersungkur.
"Serang!" Perintah Robby.
Hansen berdiri dengan posisi siaga. Ia siap kapan saja apabila diserang. Malah musuh yang kini berhati-hati.
Karena posisi Hansen susah untuk ditebak. Jika Hansen memasang kuda-kuda, maka mereka bisa menebak Hansen sudah siap.
Satu orang mengangkat kakinya tinggi, lalu menendang memutar. Hansen mencondongkan tubuhnya kebelakang sedikit.
Demi menghindari tendangan tersebut. Jika tidak, sudah pasti Hansen akan puyeng jika tendangan itu mengenai kepala.
Pria itu sekali lagi menendang Hansen, namun tendangan tersebut berhasil Hansen blokir dengan tendangan pula.
Saat pria itu lengah, Hansen memutar tubuhnya dan menendang kepala pria itu hingga terpental ke lantai.
Melihat temannya tumbang, tiga orang lainnya pun menyerang secara bersamaan. Hansen terlihat tenang-tenang saja.
Karena selama ini ia selalu berlatih keras supaya bisa kuat. Tekadnya bukan untuk mencari musuh, tapi untuk melindungi sang kekasih hati.
Hansen kini lebih serius dari tadi, karena lawannya ternyata cukup tangguh. Namun Hansen juga bukan orang yang lemah.
Satu persatu pria itu tumbang karena pukulan dan tendangan Hansen. Kemudian orang yang tadi Hansen kalahkan ternyata bangkit lagi.
Mereka kembali bergabung untuk melawan Hansen. Hansen tersenyum miring, dia benar-benar ingin menghabisi mereka jika tidak ada hukum yang berlaku.
Hansen belum terkena pukulan sama sekali, karena setiap pukulan dari lawan, Hansen selalu bisa menangkisnya.
"Lawan cepat! Tunggu apalagi?" Robby sudah mulai emosi, karena bawahan kalah.
Hansen kembali melawan mereka, dan akan membuat mereka semua menanggung akibatnya.
kl bleh mmlih,mreka jg pst mau brsma orng tuanya....tp mau gmn lg,ga smua orng bruntung pnya kluarga yg utuh.....
kadang kita suka kurang bersyukur dgn apa yg d titip kan Allah k kita padahal masih byk yg kurang beruntung dgn kondisi kehidupan nya