NovelToon NovelToon
Suami Absurd

Suami Absurd

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / dosen / spiritual / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: Teti Kurniawati

"Entahlah...aku harus berbuat apa dengan pernikahanku? Katanya cinta setengah mati, tapi kenyataannya cinta kita seolah akan mati. Aku tidak merasakan kehangatan yang semestinya. Aku lelah mengemis suamiku. Aku lelah..."

"Bantu aku untuk meraih jawaban untuk masa depan yang mesti kita lakukan. Aku tidak meminta banyak. Hanya ingin dibelai sayang sebagaimana sewajarnya seorang suami pada istri. Aku hanya butuh kamu sebagai teman berbicara ketika aku berkeluh kesah. Dan satu hal lagi yang membuatku jatuh sebagai martabat seorang istri, aku jarang disentuh." Seorang perempuan dengan kulit bersih kini memerah karena sejak sujud dia tergugu menangis. Dia hanya mampu berkeluh kesah pada sang Khalik di setiap sujudnya atas kondisi pernikahan yang sedang dijalaninya sekarang. Ya... sebagai manusia biasa dia pun kini merasa di titik terlemahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teti Kurniawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sungkan

"Apa pak Arsel sudah masuk kerja?" Tanya Jacky pada asistennya.

"Sudah pak. Apa perlu saya panggilkan?" Tanya Sang asisten.

"Gak usah. Aku hanya ingin tahu saja." Ucap Jacky sambil melihat ke arah jendela menatap gedung-gedung tinggi Jakarta.

"Baik Pak. Kalau sudah tidak ada perkerjaan untuk saya, saya permisi izin." Ucap asisten Jacky ingin meninggalkan ruangan Sang pemilik perusahaan.

"Mmm." Jacky menjawab irit.

Jacky menerawang jauh ke masa lalu dimana dahulu dia sedang bersama dengan Raisya.

"Ah.. Raisya... hanya dengan menahannya aku bisa mengobati rinduku padamu."

Jacky bicara dalam hati. Sampai sekarang pun Jacky berharap Raisya kembali ke pangkuannya. Dia sangat mencintai ibunya Arsel. Sayangnya Raisya sekarang ada di Singapura mengurus perusahaan mendiang suaminya.

"Maaf Pak Arsel. Saya mau melaporkan beberapa pekerjaan yang harus segera diselesaikan." Ucap sekertaris Michel menyodorkan beberapa tumpuk kertas untuk diperiksa Arsel.

"Baik nanti saya periksa." Ucap Arsel masih membaca beberapa berkas yang sudah ada di mejanya.

"Baik Pak. Dan satu lagi pak. Kita sepertinya harus menyiapkan pegawai baru untuk bagian keuangan. Karena kepala keuangan sebelumnya sedang sakit di rumah sakit." Ucap sekertaris mengabarkan kondisi bagian keuangan saat ini. Arsel yang sedang menggantikan posisi CEO perusahaan harus tahu hal ini. Karena kalau tidak, bagian divisi keuangan akan keteteran dan akan berimbas pada perkembangan perusahaan.

"Sakit? Sakit apa sampai harus digantikan?" Tanya Arsel kini melihat ke arah sekertaris.

"Stroke pak. Sekarang malah koma. Dua hari yang lalu dia pingsan di kantor. Lalu dibawa ke rumah sakit. Tapi sampai sekarang dia belum juga sadar dari komanya." Ucap Hani sekertaris Michel memberitahu kondisinya.

"Mmm... baik. Nanti saya bicarakan dengan bu Michel dan juga pak Jacky." Jawab Arsel tidak bisa mengambil keputusan langsung berkaitan dengan urusan perusahaan.

"Baik Pak. Saya permisi dulu." Ucap sang sekertaris.

"Mmm." Jawab Arsel.

Arsel langsung menghubungi Michel.

"Halo. Ada apa adikku yang tampan." Michel cekikikan di seberang telepon. Belum satu hari adiknya sudah menelponnya. Padahal sehari-hari boro menelpon, menyapa pun jarang Arsel lakukan.

"Kakak sudah tahu kalau kepala bagian keuangan sakit? Stroke lagi." Ucap Arsel.

"Oh.. iya aku lupa. Memangnya kenapa?" Tanya Michel yang sudah tahu kronologisnya.

"Iya. Apa kita perlu menggantikannya? Masalahnya dia koma kak. Masa iya kita harus menunggu sadar untuk menyelesaikan pekerjaan bagian keuangan." Ucap Arsel.

"Mmm.. iya. Nanti kakak coba deh bicara sama papa. Soalnya dia kenalan papa. Bahkan mama kenal baik dengan dia. Kamu pasti lupa deh kamu pernah tinggal di rumahnya lho waktu kecil." Ucap Michel mengingat Arsel.

"Mmm.. masa iya sih?" Arsel bahkan tidak tahu sama sekali. Mungkin lupa karena waktu itu dia masih kecil.

"Iya.. kata mama sih, ketika mama mengandung kamu, keluarga mereka lah yang mengurus mama sama kamu. Kamu itu hutang budi sama mereka. Makanya urusan ini papa harus tahu." Ucap Michel.

"Mmm.. kakak saja yang bilang!" Arsel sampai saat ini malas untuk berinteraksi dengan Jacky yang nota bene pamannya itu.

"Lah.. gitu aja masa kakak yang urus sih? Coba damai deh! Sampai kapan kamu musuhan sama papa?" Tanya Michel sudah kehabisan akal untuk menyatukan dua laki-laki yang sama-sama keras itu.

"Udah deh kak.. apa salahnya kakak yang bicara. Lagian aku disini hanya sementara." Arsel sama sekali tidak berminat untuk bekerja di perusahaan keluarganya itu. Dia sangat dendam sekali dengan pamannya juga kakeknya yang sudah memisahkan dirinya dengan ibunya gara-gara mereka butuh ahli waris.

"Aish.... kakak sudah pengen bikin baby nih. Masa iya kakak terus yang kerja. Kakak mau pensiun." Michel langsung menutup sambungan teleponnya.

"Kak.. kakak.. aish. Kebiasaan." Rutuk Arsel yang sudah tahu kebiasaan kakaknya itu. Dia seenak jidat kalau sedang ditelpon lalu mematikannya begitu saja.

"Apa aku harus melaporkan dulu sama papa? Ah.. kenapa bukan Hani saja yang langsung melaporkan pada papa." Arsel berniat menyuruh sekertarisnya yang bicara pada Jacky.

Dilain tempat, Zahira, Rahma dan Reymon sedang berada di kantin. Mereka sedang mengisi perutnya karena hari sudah siang dan perut mereka butuh diisi agar tidak keroncongan.

"Kamu mau lanjut kerja kelompok Ra?" Tanya Rahma ingin tahu.

"Kayanya aku mau lanjut di rumah. Soalnya kalau disini kurang nyaman. Kalau belum selesai kan bisa dilanjutkan sampai malam. Teman-teman yang lain bisa menginap dirumahku." Zahira berniat ingin menyelesaikan tugasnya lebih cepat dan akan melanjutkan di rumah.

"Wah.. aku juga mau gitu juga ah." Rahma ikut-ikutan Zahira untuk melanjutkan tugasnya di rumahnya bersama teman-temannya.

"Awas kalau dirumah tuh banyak godaannya!" Reymon seperti biasa menyahut. Dan sebentar lagi akan terjadi perdebatan panjang antara Reymon dan Rahma.

"Maksudnya?" Tanya Zahira heran.

"Kalau di rumah tuh banyaknya ngobrol, gosip, makan, dan tiduran. Kerjanya cuman dikit." Reymon langsung berasumsi negatif.

"Yah.. itu mah elo aja kali. Gue mah enggak tuh. Gimana niat lah." Benar saja, Rahma langsung memberi alasan mendebat Reymon.

"Suer lu bisa jamin? Selesai dengan cepat? Gue rasa gak yakin." Reymon selalu saja membuat kesal Rahma.

"Eh sory ye. Gue beda sama elo. Itu mah elo aja. Gue enggak. Lagian serah-serah kelompok gue lah. Elo sibuk banget ngejudge dan ngurusin urusan orang, kaya kagak ada kerjaan." Ketus Rahma tak mau menerima apa yang dikatakan Reymon.

"Sudah... mendingan elu berdua kerja,! Mau dirumah kek, mau di kampus kek, atau mau di kuburan sekalian yang penting beres. Gak usah debat! Kaya elo berdua mau capres aja sih!" Zahira menengahi dua temannya yang sedang berdebat.

"Lah.. dasar Reymon aja usil." Rahma mendengus kesal.

"Lah.. kok. gue? Elu aja baper." Reymon gak mau kalah.

"Sudah! Kuping gue rombeng lama-lama denger kalian ribut mulu. Kalian napa sih bertengkar mulu? Kaya pasangan suami istri aja!" Zahira mulai bosan dengan pertengkaran keduanya.

"Aih.. amit-amit. Meski Reymon cakep, kaya, gue gak mau suami kaya elo." Rahma tidak menerima dikatakan suami istri.

"Eh.. emang siapa yang mau. Aku sih mending Zahira." Reymon malah menyebutkan Zahira.

"Aish.." Zahira menggelengkan kepala mendengar Reymon menyebutkan namanya.

"Emang kamu gak mau Zahira jadi istri aku? Aku kan kurang apa coba?" Reymon membusungkan dada membanggakan dirinya.

"Kurang normal." Rahma menimpali.

"Ampunn dah.. kalian. Besok-besok kalian pindah jurusan atau kalian pindah kampus saja! Rasanya panas terus lama-lama deket kalian." Zahira pusing sendiri harus berada diantara dua temannya yang selalu bertengkar itu.

Kring

Kring

Kring

Handphone Zahira berdering. Nampak nama Baim di layar handphonenya. Zahira segera mengangkatnya. Rahma dan Reymon langsung menempel di telinga Zahira ikut menguping pembicaraan Zahira. Masalahnya keduanya jadi kepo melihat nama laki-laki yang menelpon Zahira.

"Assalamu'alaikum Baim." Zahira memberi salam.

"Waalaikumsalam Hira." Panggilan khusus Zahira dari Baim 'Hira'

"Iya ada apa Baim?" Tanya Zahira.

"Tadi aku mengantarkan bapak ke rumah sakit buat kontrol. Tapi aku kok seperti melihat umi kamu Hira. Memangnya siapa yang sakit?" Tanya Baim penasaran. Karena kemarin Zahira tidak bicara bahwa ada keluarganya yang sakit.

"Umi? Di rumah sakit? Kok di rumah sakit?Bukannya sedang ada acara dari kantor abi? Kamu kayaknya salah lihat deh!" Zahira tidak lantas percaya.

"Suer deh.. aku lihat umi kamu di bagian Farmasi. Awalnya sih aku gak tahu. Tapi begitu disebut nama abi kamu, kok yang maju umi kamu." Ucap Baim polos.

Deg

Perasaan Zahira tiba-tiba tidak enak setelah menerima kabar dari Baim.

"Apa abi sakit?" Zahira bermonolog.

1
Dody Arif
sdh mampir ya kakak..salam kenal kakak🙏
teti kurniawati: Terima kasih👍🙏
total 1 replies
budi artwork
semangat thor
budi artwork
lanjut thor...
budi artwork
jadi inget zaman kuli
budi artwork
seru
budi artwork
awal yang mengesankan
Selviana
Aku sudah mampir nih.Jangan lupa mampir juga di karya aku yang berjudul (Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)
teti kurniawati: oke...
total 1 replies
teti kurniawati
topp markotop
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!