NovelToon NovelToon
Bukan Dukun Beneran

Bukan Dukun Beneran

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Gerimis Senja

_Simple Komedi horor_

Demian, seorang anak miskin yang mencoba kabur dari bibi dan pamannya malah mendapat kesialan lain. Ya.. ia bertemu dengan seorang pemuda sebayanya yang tidak masuk akal dan gila. Lantas apakah Demian akan baik-baik saja??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gerimis Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Setelah Badai

Selepas gadis itu akhirnya pingsan, suasana di kosan berubah menjadi campuran lega dan panik. Alsid, dengan muka pucat pasi, langsung bangkit dan bergerak cepat. Ia membuka tas kecil berisi botol-botol aneh miliknya, mengaduk-aduk isi dalamnya dengan tangan gemetaran.

Demian memperhatikan dengan penuh rasa curiga, masih terengah, sementara Nehara berdiri jauh di sudut ruangan dengan mata masih membelalak.

"Apa yang kamu cari?" tanya Demian dengan suara masih berat karena lelah spiritual dan mental.

Alsid tak menjawab. Ia hanya menarik sebuah botol kecil berisi cairan bening, lalu dengan cepat meneteskannya ke dalam botol air mineral yang tadi ia pegang. Dengan ekspresi seolah tahu apa yang ia lakukan, Alsid menyerahkan botol itu kepada sang ibu yang masih memeluk anaknya.

"Bu, alhamdulillah anak ibu udah mendingan kok. Untuk sementara ibu bisa lebih lega dari sebelumnya. Tapi, kayaknya jin yang bersarang di tubuh anak ibu ini lumayan kuat. Dia bisa balik lagi sewaktu-waktu," ujar Alsid, dan wajah si ibu berubah panik.

"J.. Jadi saya harus gimana dong, ki Sid?" tanya si ibu dengan tangan yang menggenggam botol air mineral pemberian Alsid.

"Ibarat keluar dari rumah sakit, dokter pasti ngasih obat buat pasiennya. Saya pun begitu. Saya ngasih ibu air mineral yang ada di tangan ibu, buat diminumkan ke anak ibu kalau sewaktu-waktu dia kesurupan lagi kayak tadi," terang Alsid.

Si ibu melihat air yang ada di tangannya dengan ragu. "Pa.. pake air ini? Air doang?"

"Itu air yang udah saya doakan. Insya Allah cuan—eh, maksudnya insya Allah manjur. Kalau sehabis minum itu, anak ibu jadi diam... artinya 'obat' itu bekerja dengan baik. Apalagi kalau sampai tertidur, artinya doa itu sudah meresap ke dalam raga dan jiwanya," ujar Alsid penuh keyakinan, meski tubuhnya gemetar.

Si ibu menatap Alsid penuh rasa terima kasih. Ia mengangguk berkali-kali, lalu menjulurkan selembar uang kertas pecahan besar.

"Ini, Mas. Gak seberapa, tapi tolong diterima, ya. Saya nggak tahu harus ke mana lagi kalau bukan ke sini."

Namun Alsid hanya menatap uang itu sebentar, lalu nuraninya berkecamuk. Meskipun kemarin-kemarin ia memang membohongi pasien, tapi ia yakin kalau pasien itu tak punya penyakit gaib, melainkan medis. Makanya, selepas ia memberikan obat atau pijatan ringan, pasiennya pasti akan sembuh.

Berbeda dengan pasien yang satu ini. Alsid meyakini, kalau ini bukan penyakit medis, mengingat reaksi keras dan nyata yang baru saja terjadi. Ia, benar-benar terkena penyakit gaib.

Alsid menarik napas panjang, lalu menolak dengan sopan.

"Gak usah, Bu. Anggap aja ini bonus dari Allah. Semoga anak Ibu cepat sembuh."

"Yang bener Ki Sid?" tanyanya dengan terharu, hingga matanya berbinar dan memancarkan kesedihan dan kebahagiaan bersamaan.

Alsid terdiam sesaat, lalu menjawab, "Ya."

Dengan mata berkaca-kaca, si ibu mengangguk dan menyalami tangan Alsid berkali-kali. Ia menelepon ke rumah, dan suaminya datang menggendong anak gadis mereka. Mereka pamit. Gadis itu masih terlelap dalam pelukannya, terlihat jauh lebih tenang.

Begitu mereka keluar dari kosan, suasana hening.

Lalu…

"GILA YA KALIAN!! GILAAA!!" teriak Nehara tiba-tiba. Suaranya menggelegar, membuyarkan ketegangan yang belum sempat benar-benar reda.

Alsid tersentak, sementara Demian masih duduk bersandar di dinding, napasnya berat.

"Itu tadi BENERAN kesurupan! Bukan acting! Itu GHOIB ASLI, BRO!" ujar Nehara panik. "Gue baru kali ini liat orang kesurupan!! ASLI!! Bulu kuduk gue pada merinding. Dan... kalian kayak dukun beneran! Jago banget berdoa sampai tu cewek pingsan. Tapi yang barusan... itu pasien yang sebenar-benarnya?"

Alsid mendadak berdiri dan berjalan mondar-mandir. "Gue mau mati tadi!!! Sumpah gue gak ngerti! Gue pikir ini kan cuma buat iseng, seru-seruan, duit... Tapi tadi itu... TADI ITU APA COBA?!!"

"Gue gak percaya ama yang begituan!! Tapi... tadi itu beneran kesurupan, SETAN!! KESURUPAN!!"

"Abis ini gimana? Gue jadi parnoan sendiri! Nanti kita bakalan diganggu setan dari badan dia apa enggak?" ujar Alsid bertubi-tubi.

Demian menatap Alsid dalam, lalu menggeleng. Ada banyak yang ingin ia sampaikan, tapi semuanya hanya berkumpul di kepalanya. Ia menahan diri.

"Ngomong-ngomong," potong Demian akhirnya, "apa tadi yang kamu tetesin ke air mineral?"

Alsid menoleh. "Obat tidur dosis tinggi. Yang biasa diminum orang insomnia kronis. Ambil ini harus dengan resep dokter, gue sampai bela-belain ngeluarin duit buat halo doc biar dapet resepnya untuk bisa ditebus ke apotek."

"APA?!" teriak Nehara dan Demian bersamaan, membuat Alsid melompat saking kagetnya.

"Ya Allah, Sid! Lu kasih obat tidur ke orang yang kesurupan?!" bentak Nehara.

"Gak ada cara lain, Hara! Gue panik! Gue gak bisa ngapa-ngapain tadi! Kalau dia bangun dan kesurupan lagi, bisa ngamuk lebih parah! Dan pasti si ibu bakalan nyari gue lagi buat ngobatin. Gue gak mau dan ngehindarin itu!!"

Demian mengusap wajahnya dengan frustasi. "Ya Allah!! Kamu gak mikir! Kalau dia alergi? Kalau dia kolaps? Kamu mau tanggung jawab?!"

"Gak usah drama! Gue tau takarannya! Gue udah nanya ke halo doc kemarin waktu mau ambil obatnya!"

Nehara mencengkeram kepala sendiri. "Salah apa ya gue, harus kenal sama orang stres dan gila kayak kalian?? Gue bisa ikutan gila!! Bisa-bisanya orang kesurupan disuruh tidur paksa!! Kalau dia tidur sambil kesurupan gimana?!"

Suasana kembali kacau, tapi di tengah hiruk pikuk itu, ada satu hal yang perlahan-lahan Demian sadari: awan hitam yang tadi bergumpal di langit-langit, kini... menghilang.

Kemana perginya awan itu? Batinnya.

Nehara pun teringat sesuatu. Ia segera berlari menuju dapur kecil kosan sambil berkata, "Bodo amat lah sama kerjaan kalian! Tadi gue udah susah payah masak!! AYO MAKAAAAAN!!" pekiknya, bersemangat sendirian.

 

Beberapa menit selepas kepergian Nehara.

"Wekkk!"

Demian berdiri dan lari ke kamar mandi.

"Wakakkk!"

Alsid menyusul. Mereka muntah bergantian seperti drama sinetron. Hampir saja mereka kekurangan cairan kalau saja Alsid si dukun gadungan tidak menyimpan obat-obatan untuk pasiennya.

Malam pun tiba. Mereka tertidur pulas dan lemas. Lelah fisik, lelah batin, dan tentu saja kenyang muntah.

Hingga larut malam, suara hujan mulai turun perlahan. Suasana sunyi, hanya terdengar kipas angin yang menderu pelan dan dengkuran kecil Alsid dari kasur lipatnya.

Namun sesuatu membuat Alsid terbangun.

Ia merasa... dadanya berat. Bukan seperti serangan panik, tapi... sesak.

Matanya terbuka perlahan dan ia bangun dengan napas yang mendengkur tapi bukan karena tidur, karena ia kepayahan untuk menghirup udara di sekitarnya.

Demian mengerjap, lalu melirik ke arah Alsid yang duduk berselonjoran di atas tempat duduknya, dan terlihat kesakitan.

Demian awalnya mengernyit, tapi sesaat setelahnya ia terbelalak.

Gumpalan awan hitam—yang tadi hilang—kini menyelimuti seluruh tubuh Alsid. Tidak hanya itu. Di leher Alsid, ada belenggu tebal dan kasar, menjalar seperti ular tambang, melilit hingga ke perut dan dada. Itu adalah tali yang membelenggu lehernya tempo hari.

Demian membeku. Jantungnya berdegup cepat. Kepalanya berdenyut. Ini bukan sekadar gangguan. Ini semacam... pindahan. Dari pasien sebelumnya... ke Alsid.

"Astaghfirullah..." bisiknya lirih. Dan sesaat setelahnya, Alsid menatapnya. Tatapan itu kosong... namun kelam. Seolah-olah, ada yang lain... sedang menatap balik.

"Sid... itu, kamu kan?" tanyanya ragu.

Bersambung...

1
Nurindah
suka ama karakter celin...😍😍😍
Ika Ratnasari
next... 😍😍😍
Nana Colen
tenang alsid sekarang udah tambah personil lagi pasti dibantuin... emang begitulah resikonya jd dukun alsid.
kalou gak kena pasien akan ngebalik ke yang ngobatin maka jangan main main dengan peran dukun karena itu akan kembali ke kita kalau kekuatanya lebih kuat dari kita
Nasya nindi Nasya
alur ceritanya seru. ngk bertele.. ni rekomended buat yg suka humor plus horor
Nasya nindi Nasya
apa cewek yg di bawak sma papanya alshid itu yg ngirimin soalnya kan si demian bisa lihat tatap matanya si cwek... semoga makin rame yg membaca. saolnya ceritanya seru
Ayanii Ahyana
cerita swbagus ini kenaaaapaa sepoy sihhh
Ayanii Ahyana: iyaaaaa.. kita yg srius baca jdi kpikiran endingnya
Nurindah: mungkin masih pada trauma kali kak soalnya novel sebelum2 nya ngk sampai tamat aku aja ngarep bgt untuk cerita yg ini mudah2 an bener2 sampai tamat
total 2 replies
a_
/Facepalm//Facepalm/
Nurindah
kan kan kan.... suka bgt ama alurnya pasti banyak hal lucu ntar kalau mereka selalu berinteraksi degan boneka itu apa lagi kalau ada nahera pasti tambah kocak lagi
Nana Colen
aduuuuh di alsid cari gara gara niiiih
Ayanii Ahyana
apalah si alsid ini ktanya mau bantu malah mau ngebakar 😅😅
Rizka Yuli
deg deg,an banget rasanya
semangat terus KA rimaaa, penasaran banget kelanjutan nyaa.
Nana Colen
tegang banget bacanya...
Ika Ratnasari
deg2 an... padahal bacanya siang
Nurindah
penasaran sebenarnya isi dalam boneka itu tuh jahat ngk sih..
Ayanii Ahyana
ghahaa sial banget alsid
Enigma
/Facepalm/
Rizka Yuli
seruuu banget
bikin penasaran
Nurindah
makin kesini makin seru.. ay kak semavat
Ayanii Ahyana
hhahahah ada setan lgi kahh...keren demian
Ranucha
beneran dia pke obat tdur kak /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!