Melati, hanya seorang guru honorer di sebuah sekolah elite. Namun, dia harus terjebak dengan seorang Tuan Muda yang ternyata Ayah dari anak didiknya.
Menjadi istri bayaran, bukan salah satu dari cerita yang ingin dia lalui dalam hidupnya. Ketika dia harus menikah dengan pria yang hatinya terkunci untuk sebuah cinta yang baru dan sosok baru setelah kepergian istrinya.
Namun sial, Melati malah jatuh cinta padanya. Bagaimana dia harus berjuang akan cinta yang dia miliki. Dalam pernikahan yang semu, dia harus berjuang membuka kembali hati suaminya yang sudah terkunci rapat. Namun, di saat dia benar-benar ingin berjuang dalam cinta dan pernikahannya ini. Melati, harus menyadari satu hal tentang suaminya.
"Kau tidak akan pernah ada dalam tujuan hidupku. Jadi berhenti berharap lebih!"
Melati hanya bisa diam dengan menatap punggung Zaidan yang pergi menjauh darinya setelah mengucapkan kalimat yang benar-benar menghancurkan harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mama Mertua Menginap
Melati baru mengetahui jika dua bulan setelah hari kematian Diana, maka adalah ulang tahu Zenia. Ternyata Diana tidak sempat menemani anaknya sampai ulang tahun pertamanya. Bahkan rasanya begitu cukup terluka untuk membayangkan itu semua. Melati hanya membayangkan seorang Ibu yang harus pergi menghadap sang pencipta di saat dia pasti sangat berat meninggalkan anaknya yang masih terlalu kecil.
Pagi ini, tiba-tiba Mama dan Delia datang. Membuat Melati terkejut, ini adalah akhir pekan. Dan Zaidan juga ada di rumah, tapi bukan masalah mereka yang berada di rumah. Tapi mereka yang selama ini berpisah kamar, akan ketahuan oleh Mama, karena dia tidak tahu tentang ini. Sementara Delia memang sudah mengetahuinya dan dia juga tidak ingin memberitahu siapapun termasuk Ibunya Zaidan ini. Yang jelas Delia percaya jika Melati mungkin bisa melewati semua ini dengan baik.
"Jadi, kapan kita akan melakukan perayaan ulang tahun untuk Zen? Akan pas di hari ulang tahunnya, atau mau kapan?" tanya Mama, dia selalu bersemangat jika untuk merayakan ulang tahun cucunya ini. Meski dulu, dia sempat tidak menyukai Ibu dari Zenia yang sekarang sudah pergi selamanya.
"Lakukan di hari ulang tahunnya saja. Sekarang dia sudah 6 tahun, jadi kita rayakan dengan lebih banyak mengundang orang. Teman-teman dan gurunya dari sekolah" ucap Zaidan.
"Ah baiklah, kita bisa membuat pestanya di Taman belakang ya? Disana cukup luas, dan kita akan buat pesta diluar ruangan. Cuaca juga cukup bagus akhir-akhir ini. Bagaimana Za? Kau setuju?" tanya Delia.
Zaidan hanya mengangguk, dia bukan orang yang bisa memikirkan tentang konsep pesta. Jadi, setiap hari ulang tahun Zenia, maka dia hanya akan menuruti saja semua usulan dari Delia atau Mamanya.
"Baiklah, kita akan mulai persiapan mulai besok. Mama akan menginap untuk dua hari ini"
Uhuk ... Melati langsung tersedak air liurnya sendiri. Mendengar ucapan Mama adalah hal yang mengejutkan bagi Melati. Jika Mama mertuanya menginap disini, maka hubungan dia dan Zaidan mungkin saja akan terbongkar. Tapi, tidak mungkin juga Melati melarang Ibu mertuanya menginap.
"Kamu kenapa Mel? Boleh 'kan Mama menginap disini? Atau mungkin kalian masih tidak ingin diganggu? Padahal bukan pengantin baru lagi" ucap Mama sambil terkekeh.
Delia ikut terkekeh, dia merasa lucu melihat wajah memerah Melati. "Baru 3 bulan Ma, mana mungkin sudah puas berduaan. Pastinya sedang gencar-gencarnya sekarang"
"Haha, iya benar kamu, Del"
Melati langsung menggeleng, ucapan keduanya benar-benar ambigu bagi Melati yang tidak menjalani pernikahan seperti kebanyakan orang.
"Ah tidak, bukan seperti itu. Mama kalau mau menginap, ayo menginap saja. Kak Del juga, apaan sih. Tidak seperti itu"
Delia hanya tertawa, melihat wajah Melati yang benar-benar memerah. Lucu rasanya menggoda Melati, meski Delia tahu jika pernikahannya tidak sama seperti kebanyakan orang. Tapi dengan menggodanya seperti ini, maka Delia bisa memastikan jika Melati sudah mulai mempunyai perasaan pada Zaidan. Meski mungkin dia belum menyadarinya.
"Yaudah, kalau gitu aku pulang dulu. Besok akan kembali lagi kesini untuk mempersiapkan semuanya. Kasihan Raya di titip sama Neneknya" ucap Delia berpamitan, dan langsung pergi.
Hanya tinggal Melati dan Mama sekarang, Zaidan pergi untuk mengecek pekerjaan di ruang kerja.
"Em, Mama mau makan apa untuk makan malam? Biar Mel masakan"
"Masak apa saja Mel, Mama suka semua makanan. Tidak ada alergi juga"
"Ah baiklah, kalau begitu Mel pergi ke dapur dulu"
Mama yang sedang bermain dengan cucunya ini langsung menoleh. "Kenapa kamu harus repot-repot masak? Kan ada Pak Than dan pelayan. Sudah kamu diam saja"
"Kan karena ada Mama, jadi aku harus masak untuk Mama" ucap Melati sambil tersenyum.
Mama berdiri dan kembali duduk di atas sofa, menatap Melati yang berdiri di depannya dan belum pergi ke dapur. "Tidak perlu. Kamu tidak perlu merasa canggung atau apapun karena Mama ada disini. Lagian, Mama sudah pernah jadi orang tua dan mertua yang jahat. Sekarang, Mama hanya ingin kamu menjadi menantu Mama dan tidak merasa tertekan dengan apapun"
Melati mengangguk pelan, dia tahu jika sekarang mungkin Mama sedang menjadi orang tua yang menyesal, karena terlalu egois dan tidak memberikan restu pada Zaidan dan Diana hingga akhirnya semua hanya tinggal penyesalan. Karena Diana sudah tidak mungkin kembali lagi.
"Yaudah iya Ma, aku tidak akan masak"
Akhirnya Melati kembali duduk disamping Ibunya ini. Dia tidak ingin membuat Mama tidak nyaman dan malah mengingatkan dia pada masa lalu yang akan semakin memicu rasa penyesalan.
*
Ketika malam tiba dan makan malam sudah selesai. Mereka hanya duduk berkumpul di sofa depan televisi yang menayangkan film kartun kesayangan Zenia.
"Kalian pergi ke kamar saja duluan, Mama akan tidur dengan Zen" ucap Mama.
Melati terdiam mendengar itu. Pergi ke kamar tidak semudah itu sekarang. Masalahnya mereka yang tidur di kamar terpisah, dan tidak mungkin Mama boleh tahu tentang ini. Jika Mama tahu dan curiga, maka semuanya akan terbongkar. Dan Melati akan terkena denda besar atas perjanjian kontrak pernikahan ini.
Ya ampun, apa yang harus dilakukan sekarang. Mama tidak boleh tahu jika kita tidur di kamar yang terpisah selama ini.
Melati melirik ke arah pria yang duduk disampingnya. Dia sudah setegang ini, tapi Zaidan masih saja terlihat biasa. Duduk diam dengan wajah datarnya.
Hey, kenapa diam saja? Cepat lakukan sesuatu. Aku bingung sekarang! Ah aku lupa, seharusnya memang aku yang bertindak. Kan aku yang dia bayar, jadi aku yang harus bekerja membuat Mama tidak curiga sedikit pun.
"Ah, baiklah Ma, kalau begitu kita tidur duluan ya" Melati berdiri dari duduknya, melirik ke arah suaminya. "Sayang, ayo kita tidur. Aku sudah mengantuk"
Zaidan mendongak dan menatap Melati dengan satu alis terangkat. Istrinya itu langsung memalingkan wajahnya, dan Zaidan tersenyum saat itu. Melati mungkin tidak melihat senyumannya itu.
"Baiklah"
Zaidan ikut beranjak dari duduknya, dia merangkul pinggang Melati. Membuat istrinya cukup kaget dengan itu. Melati langsung menoleh pada suaminya, lalu tersenyum dengan begitu manis. Meski sebenarnya jantungnya berdetak kencang sekarang. Dia gugup.
"Kami tidur duluan ya Ma. Zen, jangan terlalu malam menonton tv nya" ucap Zaidan.
"Iya Pa, sebentar lagi ini selesai. Dan Zen akan tidur" ucap anak itu tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.
"Tidurlah kalian" ucap Mama sambil tersenyum melihat keharmonisan anak dan menantunya ini.
Zaidan membawa Melati naik ke lantai atas dan hal itu membuat Melati sedikit takut sebenarnya. Dia ingat terakhir kali dia memasuki kamar itu, Zaidan begitu marah padanya. Tapi, sekarang dia juga membawa Melati ke kamar ini.
Dia tidak akan marah lagi 'kan? Tapi ini adalah situasi yang darurat.
Ketika gagang pintu mulai diputar dan pintu terbuka, jantung Melati sudah berdetak kencang. Itu artinya, dia akan tidur satu kamar dengan Zaidan untuk pertama kalinya dalam pernikahan mereka yang sudah 3 bulan ini.
Diam kau jantung, jangan terus berdebar. Kau tidak pantas berdebar di saat aku membayangkan tidur dengan pria mengerikan ini. Kalau tiba-tiba dia mencekik dan membunuhku, kan tidak lucu. Aaa... Kak Ares, tolong aku.
Saat kaki melangkah ke dalam kamar, maka Melati seolah tidak bisa berpikir apapun lagi. Dia begitu gugup dan cemas sekarang.
Bersambung
Tapi tidak menabung bab
nextttt thor.....