NovelToon NovelToon
The Price Of Affair

The Price Of Affair

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Pelakor / Suami Tak Berguna
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Maple_Latte

Sinopsis

Arumi Nadine, seorang wanita cerdas dan lembut, menjalani rumah tangga yang dia yakini bahagia bersama Hans, pria yang selama ini ia percayai sepenuh hati. Namun segalanya runtuh ketika Arumi memergoki suaminya berselingkuh.

Namun setelah perceraiannya dengan Hans, takdir justru mempertemukannya dengan seorang pria asing dalam situasi yang tidak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab: 28

"Ayo, kita belanja. Bahan dapur udah hampir habis," ajak Hilda sambil mengambil kunci mobil dari meja.

Arumi yang sedang duduk santai di sofa, hanya melirik sekilas. "Buat apa beli? Yang makan di rumah cuma aku, kamu juga jarang pulang."

Hilda terkekeh pelan. "Ya, justru itu. Belinya buat kamu. Masa mau nunggu bahan habis terus baru panik karena kelaparan? Kan nggak lucu."

Sebenarnya, di balik sikap santainya, Arumi menyimpan rasa tak enak hati. Sudah lebih dari sebulan ia menumpang hidup di apartemen Hilda. Mulai dari makan, minum, sampai kebutuhan sehari-hari, semuanya ditanggung oleh sahabatnya itu.

Meski Hilda tak pernah sekalipun mengeluh, Arumi tetap merasa bersalah. Ia bukan tipe orang yang suka merepotkan, tapi keadaan memaksanya.

"Hil, kayaknya aku mau cari kerja deh," kata Arumi tiba-tiba saat mereka sudah berada di dalam mobil, suara lembutnya mengalun pelan di antara dengungan mesin dan udara pendingin.

"Kerja? Kamu serius?" Hilda menoleh sekilas, lalu kembali fokus menatap jalan. Nada herannya tak bisa disembunyikan.

"Iya," Arumi mengangguk kecil. "Yah, meskipun aku tahu, mungkin bakal susah. Aku kan nggak punya pengalaman kerja apa-apa. Tapi aku pengin coba."

Hilda diam sejenak, tak langsung merespons. Di satu sisi, ia kagum dengan niat Arumi. Di sisi lain, ia tahu betul luka di hati sahabatnya belum sepenuhnya sembuh.

"Aku sih support aja, Rum. Kalau kamu benar-benar yakin, aku dukung," kata Hilda akhirnya, suaranya lembut tapi tegas.

Arumi tersenyum kecil, merasa sedikit lega mendapat dukungan itu. "Makasih, Hil. Aku cuma ngerasa… aku nggak bisa terus-terusan bergantung sama kamu. Aku harus mulai berdiri sendiri."

Hilda meliriknya lagi, kali ini lebih lama. "Aku ngerti. Tapi kamu juga nggak perlu maksa diri. Pelan-pelan aja, ya? Kamu baru aja ngelewatin hal besar dalam hidupmu."

Arumi mengangguk pelan. Matanya menatap keluar jendela, seolah mencoba menyembunyikan keraguan yang kembali menyeruak dalam hatinya. Ia tahu Hilda benar, tapi perasaan tidak berguna yang selama ini ia pendam, perlahan mulai mendesak keluar.

Tanpa terasa, mobil sudah sampai di parkiran supermarket tujuan mereka.

Arumi dan Hilda mendorong troli perlahan melewati lorong sayuran segar. Hilda mengambil seikat kangkung lalu meletakkannya ke dalam troli tanpa berpikir panjang, sementara Arumi memperhatikannya dengan alis terangkat.

"Kamu yakin mau masak itu? Kangkungnya udah agak layu, lho," komentar Arumi sambil mengambil seikat lain yang lebih segar. "Yang ini lebih bagus, batangnya masih kaku dan warnanya hijau segar."

Hilda mengangguk. "Oke, chef. Serahin aja deh ke kamu."

Arumi tersenyum kecil. Ia mulai menelusuri rak dengan cekatan, memilih tomat merah matang, cabai rawit segenggam, dua siung bawang putih besar, dan bawang merah segar. Tangannya terlatih, tahu mana bahan yang bagus, mana yang sebaiknya ditinggalkan.

"Aku lagi pengen masak sambal tomat goreng. Sayur bening. Dan, ayam ungkep goreng dicocol sambel," ujar Arumi sambil tersenyum kecil, membayangkan rasa pedas dan gurih yang berpadu di lidah.

Hilda langsung menoleh dengan mata berbinar. "Astaga, itu kombinasi menu rumah yang nggak pernah gagal! Aku bahkan udah bisa ngebayangin aromanya, sambel yang kecium dari dapur, terus ayam goreng yang masih panas-panas dimakan sama nasi hangat. Aduh..."

Arumi tertawa melihat ekspresi dramatis sahabatnya. "Kamu lebay banget."

"Serius, kamu bicara aja aku udah ngiler, tau, Rum," kata Hilda sambil memegang perutnya, pura-pura meringis lapar.

Arumi terkekeh, lalu membungkuk hendak mengambil seikat bayam segar. Di saat bersamaan, tangan lain juga menyentuh sayuran yang sama.

Refleks, ia langsung menarik tangannya kembali. “Oh, silakan.” katanya pelan, hendak mengalah seperti biasanya.

Namun saat wajah perempuan itu menoleh, dan Arumi melihat siapa yang ada di depannya, hatinya langsung mengencang.

Nayla.

Nayla menyeringai kecil, seperti baru menyadari juga. “Maaf, saya duluan,” katanya santai, seolah tak terjadi apa-apa di antara mereka.

Arumi menatapnya datar. Rasa sabar yang tadi sempat muncul, langsung surut tanpa sisa.

“Tapi, kayaknya saya duluan deh, silakan, itu masih banyak yang lain, saya akan ambil ini.” kata Arumi pelan tapi tegas, tidak meninggikan suara.

“Tapi saya maunya yang ini,” sahut Nayla, tak mau melepaskan bayam dari tangannya. “Bukankah tadi kamu sudah sempat memberikannya?”

Nada bicaranya terdengar manis, tapi penuh sengatan.

Hilda yang berdiri di sisi Arumi langsung mengangkat alis. Nalurinya ingin segera membuka suara dan membela, tapi sebelum sempat berkata apa-apa, Arumi sudah melangkah satu langkah maju.

Dengan tenang, dia menatap Nayla, senyumnya tipis tapi mengandung arti. “Oh, begitu ya?” Arumi menarik napas, lalu mengangguk pelan. “Kalau begitu, silakan saja.”

Nayla tampak sedikit kaget karena tak menyangka Arumi akan semudah itu mengalah.

Namun kalimat berikutnya membuatnya membeku.

“Maaf ya, saya sempat lupa. kamu memang selalu suka hal-hal yang sudah saya sentuh duluan.”

Sekilas, senyum Arumi terlihat ramah. Tapi hanya sekilas.

Nayla menegang. Matanya sempat melirik ke arah Hilda yang kini memasang wajah tak kalah tajam. Suasana di lorong sayur mendadak terasa dingin, meskipun lemari pendingin tak ada di dekat situ.

Arumi menatap bayam di tangan Nayla, lalu menambahkan, “Semoga rasanya tetap enak meskipun cuma sisa tangan orang lain.”

Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, Arumi menarik troli dan berbalik. Hilda segera mengikutinya, menahan tawa yang hampir pecah di tengah ketegangan itu.

******

Support author dengan like, komen dan vote cerita ini ya, biar author semangat up-nya, terima kasih....

1
Hanny
Aduhhhhhh seru thor. nex thor
Nurul Boed
Jangan² hansel yang mandul 🧐🧐
Waryu Rahman
betul kk..aku juga pas baca kok nyambung nya ke KAI.. GK cocok kayanya
Maple latte: Terima kasih atas pengertiannya kak❤️❤️❤️
total 1 replies
Yunita aristya
padahal sudah cocok Lo kak😁
Maple latte: Maaf karna mengecewakan ya kak🙏🙏🙏
total 1 replies
WOelan WoeLin
mungkin cerita KAI bisa dipisah jadi cerita sendiri
smangat terus thor 💪💪💪
Maple latte: Terima kasih atas pengertiannya kak ❤️❤️❤️❤️
Ben Aben: Setuju kak
total 2 replies
Nana Colen
nah betul orang seperti harus digituin 🤣🤣🤣
Yunita aristya
ternyata Maya meninggal
Eris Fitriana
Arumi ajakin jdi model aja Hil... biar Arumi jadi bintang yang terang... dan nanti ketemu pagi sama Kai...🤩🤩😍😍
Eris Fitriana
Aaah sukanyaa ternyata ada Irish, Ethan dan Kai... Wiiih Arumi calon nyonya Kai dong... mantaf Thor lanjuuuttttt...😍😍😘😘
WOelan WoeLin
next kak
Nurul Boed: Good Arumi,, Cukup sekali mengalah 😍😍
total 1 replies
Nurul Boed
wah wah ternyata masih ada hubungan dngn novel sebelumnya,, wah kirain sma maya

gpp lah lepas dari hansel
ketemu kai... Arumi menang banyakkkkk 😍😍😍😍
Yunita aristya
kirain kai sama Maya , wah gimana nasib Maya sama Nita thor
WOelan WoeLin
lanjut thor 💪💪💪
Waryu Rahman
part nya kurang panjang
WOelan WoeLin
lagi kak
Hanny Bund
kok dobel Thor part ini
WOelan WoeLin
lagi kak
WOelan WoeLin
next kak
Nana Colen
lanjut lg dooong dkit amat up nya 🤭🤭🤭
Eris Fitriana
Aku mendukung keputusan mu Arumi... jadilah kuat... jangan lemah hanya karena seorang penghianat... Buktikan kamu perempuan yg berharga dan punya prinsip...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!