NovelToon NovelToon
The World With My Soul

The World With My Soul

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duniahiburan / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Model / Transmigrasi
Popularitas:335
Nilai: 5
Nama Author: FiaNur

<<<Sinopsis

Bagaimana jika seorang model yang di idolakan semua orang tiba tiba kehilangan jiwa nya Dan di gantikan oleh jiwa yang berbeda ?

Akan kah jiwa sang model itu kembali atau malah sebaliknya?

Yuk baca selengkapnya 💐❤️

cerita ini berdasarkan halu dan imajinasi author semata tidak menyinggung pihak mana pun dan maaf kalo ada salah kata 💋💐

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FiaNur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

part 21

...•HAPPY READING•...

...💐💐💐...

Setelah mempertimbangkan dengan matang, Bianca akhirnya memutuskan untuk ikut bersama Roy. Mereka pun menuju ke kamar pasien VVIP, di mana para dokter masih berusaha mempertahankan imun tubuh Tuan Grizella sebelum keberangkatannya ke Kanada dua jam lagi.

"Kalian semua keluar," titah Roy, menyuruh perawat dan dokter keluar.

"Baik, Tuan," serentak para dokter menjawab, lalu bergegas meninggalkan ruangan.

Sekarang, hanya ada Bianca, Roy, dan Tuan Grizella di dalam ruangan. Eh, ada dua bodyguard juga yang masih berada di dalam.

"Nona Bianca, silakan mendekat. Tuan saya pasti sangat senang, idolanya berada di sini," ucap ramah Roy yang kini berdiri di samping brankar Tuan Grizella.

Dengan ragu, Bianca mulai melangkah.

*Bukankah tuan ini tadi di makam? Ternyata dia sakit. Kukira dia diculik...

Kasihan, pasti keluarganya sedih melihatnya dengan banyak alat di tubuhnya...*

Kini Bianca sudah berada di samping Roy. Ia menatap prihatin ke arah Tuan Grizella.

"Tuanku sangat mengidolakan Anda. Bahkan tujuannya kembali ke Korea hanya untuk menemui Anda setelah mendengar Anda masuk rumah sakit kemarin," lanjut Roy.

Mendengar itu, Bianca sedikit terharu.

"Tuanmu memiliki jiwa yang tulus sebagai fans. Seharusnya tidak perlu sampai seperti itu. Media juga sudah menginformasikan keadaanku."

"Oh iya, maaf sebelumnya... kalian dari mana?" lanjut Bianca.

"Kami tinggal beberapa bulan ini di Kanada untuk pengobatan Tuanku. Dan dua jam lagi, kami akan kembali."

"Ah, ternyata begitu. Maaf kalau membuat Anda dan Tuan Anda repot."

"Tidak apa-apa. Sekalian Tuanku mengunjungi makam istrinya."

Mendengar itu, Bianca tak heran kenapa tadi dia melihat Tuan Grizella.

"Kalau boleh tahu, Tuan Anda sakit apa? Maaf kalau saya lancang."

"Tuan saya gagal ginjal stadium 4, sudah hampir memasuki stadium 5."

Bianca terkaget sejadi-jadinya.

"Kenapa tidak disembuhkan?"

"Kami sudah ke berbagai negara untuk pengobatan. Tapi karena Tuan saya sudah stadium 3 saat mulai berobat, jadi sulit untuk disembuhkan," tutur panjang Roy.

"Ternyata begitu..."

"Di mana keluarganya? Harusnya mereka berada di sisinya."

Roy tersenyum mendengar itu.

*Anda berada di sisinya sekarang...*

"Tuan saya memiliki tiga orang anak."

"Lalu, di mana mereka?"

"Anak pertamanya perempuan, sudah menikah dan tinggal di Korea. Anak keduanya laki-laki, kini bepergian ke berbagai negara untuk menikmati hobinya. Sedangkan anak bungsunya, juga perempuan, sudah menikah dan tinggal di negara yang sama dengan kakaknya, hanya beda kota," tutur Roy panjang lebar.

"Mereka tidak peduli?" Bianca kaget mendengarnya. Harusnya mereka semua berada di sisinya.* Ckckck... Anak durhaka, menelantarkan ayahnya...*

"Mereka bukan tidak peduli, hanya tidak tahu keadaan Tuan saya."

"Kenapa bisa begitu?"

"Setelah istri Tuan saya meninggal, beliau memutuskan untuk pergi jauh. Karena saat itu, tubuhnya mulai melemah. Jadi dia pergi agar anak-anaknya tidak khawatir. Dia tidak ingin mereka merasa kehilangan untuk kedua kalinya."

"Walau itu membuat anak-anaknya benci dan memutuskan hubungan dengan beliau."

"Sosok ayah sejati memang seperti itu. Perjuangannya tidak bisa dipungkiri," raut wajah Bianca berubah menjadi sedih.

"Anak-anaknya beruntung punya ayah seperti dia. Tidak seperti aku, yang ditinggal sejak dalam kandungan."

Kali ini, bukan Bianca yang mengeluarkan suara hatinya—melainkan Shasa, si penghuni raga.

Roy yang mendengar itu mengernyit.

*Bukankah Tuan meninggalkan mereka sejak kematian Nyonya Alina?

Dan aku baru ingat, bodyguard yang dikirim Tuan mengatakan Nona muda sedang amnesia. Terus, yang dibicarakan tadi itu apa?*

Di tengah batin Roy yang sedang sibuk berpikir, di sisi lain, Bianca terperangkap dalam kesedihannya, yang sangat penasaran akan keberadaan sosok ayah.

Mereka berdua tersadarkan oleh suara lemah:

"Air... ambilkan aku air..."

Suara serak itu membuyarkan lamunan mereka. Dengan cepat, salah satu dari mereka mengambil air.

"Ini, Tuan. Silakan." Bianca langsung memberikan air yang ada di nakas samping brankar itu.

"Roy, bantu aku duduk," pinta Tuan Grizella. Ia belum sadar akan keberadaan sang putri kesayangannya. Mungkin efek obat yang diminumnya sebelum tidur membuat penglihatannya masih buram.

"Baik, Tuan." Dengan cepat Roy mematuhi perintahnya.

"Berikan airnya."

"Ini, Tuan. Biar saya bantu."

Bianca membantu Tuan Grizella untuk minum. Setelah air menyentuh tenggorokannya, mungkin kesadarannya mulai kembali. Tuan Grizella langsung menitihkan air mata.

*Aku tidak bermimpi, kan? Dia... putri kesayanganku?*

"Eh, Tuan... Anda kenapa? Jangan nangis..." Entah apa yang mendorong Bianca untuk menyeka air mata Tuan Grizella.

*Mungkinkah ini hanya halusinasi...?*

"Roy, itu..." Tuan Grizella melirik ke arah asistennya, memastikan apa yang ia lihat.

"Benar, Tuan. Dia Nona Kim Bianca Grizella, model kesukaan Anda." Roy mengedip ke arah Tuan-nya.

Mendengar itu, Tuan Grizella langsung memeluk Bianca. Gadis itu tersentak kaget dan hendak mendorong, tapi isak tangis sendu dari Tuan Grizella membuatnya membalas pelukan itu.

*Akhirnya, Papa bisa memelukmu lagi...

Papa kangen pelukan ini. Maafkan Papa, sayang...*

Roy menyaksikan keduanya dengan mata yang berkaca-kaca.

Di sisi lain, batin Bianca kini mulai luluh. Ia ikut menitihkan air mata.

*Kenapa rasanya aku sangat akrab dengan orang ini?

Kenapa pelukan ini terasa nyaman sekali?

Apa ini rasanya dipeluk sosok ayah?

Entah... ayah yang meninggalkanku dan ibu, apakah dia masih hidup atau sudah tiada...*

Roy yang melihat air mata Bianca langsung menyadarkan keduanya.

"Maaf, Nona Bianca, atas ketidaksopanan Tuan saya."

Keduanya pun langsung melepaskan pelukan itu.

"Tidak apa-apa," ucap lembut Bianca sambil menyeka air matanya.

"Maaf mengagetkanmu, Nak," suara Tuan Grizella seperti suara yang selama ini dirindukan Bianca.

"Tidak apa-apa. Saya tidak keberatan. Oh iya, sepertinya saya harus pergi."

"Tidak bisakah kamu tinggal sebentar?"

"Maaf, Tuan. Saya harus pergi, Kakak saya pasti sudah menunggu."

Terlihat raut kecewa di wajah Tuan Grizella.

"Bagaimana jika kita tukaran nomor telepon saja? Jadi kalau Anda berkunjung ke Korea lagi, Anda bisa hubungi saya, dan kita bisa bertemu. Bagaimana?"

Usul dari Bianca langsung disetujui oleh Tuan Grizella.

Akhirnya, mereka tukaran nomor telepon. Yang bertanya-tanya, loh, Bianca dengan ayahnya emang nggak ada nomor telepon? Jawabannya: ada. Terus, kalau begitu pasti bisa langsung tahu dong kalau itu papanya? Ya enggak lah... Soalnya Roy memberikan nomor telepon yang baru ke Bianca, dan disimpan dengan nama ‘Tuan David’.

Loh, emang itu namanya? Ya bukanlah! Itu cuma nama samaran.

Setelah pertukaran nomor telepon, Bianca langsung pergi dan kembali ke ruangan tempat kakaknya berada.

---

•TBC•

Jangan lupa like, komen, vote, dan subscribe 💐💐💞❣️

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!