Broken

Diego duduk diam diruang depan ditemani oleh Dev, pria arogan itu terlihat sedang sangat kesal. Bagaimana tidak kesal jika rencana indahnya mandi bersama hanya tinggal rencana. Bella ternyata mengunci kamarnya yang merupakan kamar utama, dan sudah hampir satu jam gadis itu tak juga keluar dari sana.

"Apa tidak sebaiknya kita tinggal saja Tuan? Mungkin Nona Bella sedang istirahat, peristiwa tadi pasti membuatnya sangat lelah!" kata Dev yang langsung mendapat hadiah tatapan tajam dari pria didepannya.

"Jika aku tinggal maka bisa saja dia pergi.. " tukas Diego, dia tidak tahu dimana gadis itu tinggal. Akan butuh waktu lama untuk mencari Bella, karena setelah kejadian malam ini dia yakin jika Bella bukanlah gadis sederhana seperti yang ia pikir.

Duku Diego berpikir jika luka di punggungnya hanyalah sebuah reaksi reflek ketika seseorang sedang membela dirinya. Tapi menyelesaikan dua pria terlatih dengan begitu mudahnya adalah hal luar biasa untuk gadis pendiam itu.

"Tapi Nona adalah gadis yang masih bebas, dia bisa menuntut kita karena telah dianggap menculiknya," ujar Dev yang masih ingat bagaimana cara Diego membawa Bella pergi pagi tadi dari kafe.

Tapi kemudian keduanya terdiam ketika melihat seorang bidadari turun dari tangga atas, dan berjalan ke arah mereka. Dress model sabrina warna hitam dengan panjang satu jengkal diatas lutut. Rambut hitam setengah basah yang dibiarkan tergerai begitu saja. Dan riasan natural tak berlebihan membuat wajah cantik itu terlihat sangat elegan.

"Kenapa masih diam? Apa penampilanku aneh?! Aku sudah kelaparan, bukannya tadi kalian bilang jika kita akan keluar makan!?" tanya Bella mengibaskan satu tangannya di depan wajah Diego dan Dev yang masih diam melihatnya. Banyak sekali gaun yang ia temukan di lemari ibu Diego, banyak juga aksesori atau perhiasan yang ia yakin sangat mahal harganya. Dan ia memutuskan untuk memilih gaun yang paling sederhana tanpa memakai satupun perhiasan. Bella hanya merasa aneh jika memakai salah satu koleksi perhiasan disana.

Sedang Diego kemudian mendengus kesal, kenapa untuk keluar makan malam saja gadis itu malah berdandan dengan begitu cantiknya.

"Jaga matamu!" lirih Diego menyikut keras pria disampingnya, Dev memang masih terpaku dengan penampakan didepannya. Gadis sederhana dengan gaya 'berantakan' itu menjelma menjadi seorang bidadari, pantas jika Diego rela terluka hanya agar bisa tetap bersama Bella.

"Aku sendiri yang akan membawa mobilnya!" ujar Diego ketika Dev beranjak bersamaan dengannya. Dia segera menarik lembut tangan Bella untuk berjalan keluar menuju mobilnya. Apapun alasannya hanya dia yang berhak menikmati kecantikan gadis itu.

Setelah setengah jam perjalanan akhirnya mereka sampai di sebuah hotel mewah yang letaknya ada di bawah perbukitan. Dev memang sengaja mengatur pertemuan jauh dari pusat kota agar Victoria tidak menggangu pertemuan ini. Sebagai nyonya besar Rathore tentu saja wanita itu punya orang orang yang sangat loyal padanya.

Diego terus menggenggam tangan Bella sepanjang perjalanannya menuju restoran yang sudah di reservasi oleh Dev. Entah, tapi ia merasa jika gadis itu menjadi magnet yang kuat untuk mata semua orang.

"Selamat malam Tuan Diego! Wow istri anda cantik sekali, senang bertemu dengan anda Nyonya... " sapa seorang pria ketika mereka masuk sebuah ruangan luas yang khusus dipesan Dev untuk pertemuan ini.

Sebuah meja bundar dengan ukuran besar terdapat ditengah ruangan, dan terdapat taman kecil dengan air terjun kecil buatan yang membuat suasana terasa sangat damai.

"Selamat malam juga Tuan Welly dan Nyonya Deasy, maaf jika saya sudah merepotkan anda. Seharusnya saya yang datang pada anda!" sahut Diego sedikit menarik tubuh Bella ke belakang, dia tak suka pandangan pria parubaya bernama Welly itu. Dengan sangat jelas pria itu menampakkan kekagumannya.

Sedang istri Welly bernama Deasy itu seakan menganggap remeh Bella yang saat ini duduk di samping Diego. Wanita dengan setelan setengah formal serba hitam dengan make up tebal, beserta perhiasan lengkap yang menempel ditubuhnya itu seolah ingin memperlihatkan status sosialnya yang tinggi. Suaminya adalah pengusaha sekaligus seorang pejabat di kota tempat ia tinggal.

"lstri anda mempunyai selera berpakaian yang sangat bagus Tuan, Nyonya muda terlihat sangat cantik dalam balutan koleksi musim panas dari Armani. Saya rasa ibu anda pernah memakainya, dia mempostingnya di media sosialnya ketika sedang liburan ke Hawai!"

"Anda tidak salah Nyonya, kadang suami saya terlalu memperlihatkan cintanya pada saya atau ibunya. Hanya ada dua piece dengan warna yang sama untuk model ini, dan pria tampan ini membeli keduanya untuk membuktikan jika cintanya pada istrinya tak lebih besar dari cintanya pada ibunya. Dia memang sangat manis..." sahut Bella dengan senyum yang dibuat sangat manis. Walau bukan gadis kaya raya tapi ia tetaplah seorang wanita.

Sedikit banyak ia mengetahui tentang koleksi perancang dunia. Dan jawaban itu sukses membuat Deasy terdiam dengan kepala tertunduk. Dibawah meja kaki suaminya sudah menendangnya cukup keras untuk memperingatkan jika mereka bukan lawan sepadan untuk Diego dan gadis yang ia sangka sebagai istrinya.

Diego meraih satu tangan Bella kemudian mengecupnya dengan lembut. Dia tahu Bella memang memakai baju ibunya, tapi ia tak menyangka jika gadis itu mampu menanggapi sebuah hinaan dengan sangat elegan.

"Dan anda pasti sangat mencintai suami anda karena memanjakan anda dengan perhiasan perhiasan indah yang anda kenakan. Mungkin nanti saya akan meminta pria tampan ini untuk bertanya dimana suami anda bisa mendapatkannya!" ujar Bella dengan tatapan penuh arti pada pria bernama Welly itu.

Dia terbiasa hidup di jalanan jadi dia sangat tahu apa dan bagaimana barang barang mewah palsu yang sering dibeli orang kaya hanya untuk menaikkan pamor mereka. Hal yang menurutnya tidak perlu dilakukan karena menurutnya seseorang akan dihormati karena attitude mereka, bukan karena apa yang menempel di tubuh mereka!

"Hari semakin malam saya rasa saya akan bicara intinya saja..Anda berdua adalah sahabat sahabat ibu saya, Victoria. Saya hanya ingin bertanya apakah kalian juga mengenal pria bernama Dharma? Beliau kuliah jurusan kedokteran. Apakah ibu saya pernah dekat dengan beliau?"

Welly dan Deasy tampak saling menatap, mereka mengerti jika mereka tak bisa membohongi pria dingin di depan mereka.

"Ehhmm .. sebenarnya Dharma bukanlah salah satu teman kami. Kami punya lingkaran pertemanan sendiri yang kesemuanya adalah anak para pengusaha. Bukan bermaksud menghina, tapi Dharma hanyalah anak seorang imigran yang berprofesi sebagai petani.... "

"Bukan itu yang ingin saya dengar!!" kata Diego penuh penekanan, dia tak suka jawaban yang terlalu berputar putar. Dia ingin segera pergi dari tempat ini karena tak nyaman dengan Welly yang sering mencuri pandang pada gadisnya, ataupun pada kesombongan Deasy yang terlalu menganggap dirinya paling tinggi. Semua memuakkan!

"Victoria adalah gadis tercantik di kampus waktu itu, dia banyak berhubungan dengan teman pria..."

BRAKKKKKK ...

Welly dan Deasy berjingkat kaget dengan wajah pucat pasi, sedang Bella meraih bahu Diego agar tetap berada ditempatnya. Gadis itu tahu jika Diego mulai tidak bisa mengendalikan dirinya.

"Sayang , tetap duduk ditempatmu. Mereka lebih tua dari kita jadi sudah seharusnya kita menghormatinya!" ujar Bella tatapan penuh arti pada pria disampingnya, akan memalukan jika orang orang tahu seorang Rathore mengamuk di tempat ini. Bella tak mau berita ini bisa memicu penyakit jantung Tuan Besar Rathore.

Akhirnya Deasy yang kemudian membuka suara,

"Ya, Dharma adalah cinta pertama Victoria! Dari sekian banyak putra pengusaha yang mendekatinya, anak petani miskin itu yang telah memenangkan hatinya. Tapi hubungan mereka tak bertahan lama karena orang tua Victoria menentang mereka. Setelah bertahun tahun kemudian mereka bertemu di acara pernikahan ibumu. Victoria menikah dengan pewaris tunggal Rathore ... Faiz Saad! Hanya itu yang kami tahu..."

"Kita pergi... " tiba tiba Diego menarik tangan Bella untuk pergi dari tempat itu.

"Bagaimana dengan kerjasama kita Tuan Diego!! " pekik Welly karena setahunya Diego mengundang mereka untuk membicarakan kerjasama perusahaan.

"Aku tak ingin bekerjasama dengan orang orang sombong seperti kalian!!"