NovelToon NovelToon
Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rifaat Pratama

Menganggur selama 3 tahun sejak aku lulus dari Sekolah Menengah Atas, aku tidak mengetahui ada kejadian yang mengubah hidupku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifaat Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

Sesampainya aku di depan tanah yang telah digali sedalam 2 meter, kami semua mulai mengeluarkan tubuh Ayah dari peti mati. Aku masuk ke dalam tanah dengan 2 orang lainnya, sementara orang yang berada di atas mencoba menurunkan tubuh Ayah secara perlahan.

Ketika aku sudah menerima tubuh Ayah, aku merasakan berat yang tidak bisa kutahan. Aku tidak pernah tahu menggendong seseorang yang sudah tidak bernyawa akan seberat ini. Kami menaruh tubuh Ayah secara perlahan di tanah, kemudian seseorang dari atas memberikan kami kayu untuk menutupi tubuh Ayah.

Ketika aku naik ke atas, penggali kuburan mulai mengisi lubang kuburan itu dengan tanah dan perlahan-lahan kain putih yang Ayah kenakan mulai berwarna coklat karena tercampur dengan tanah dan beberapa saat kemudian aku sudah tidak bisa melihat Ayah lagi untuk selama-lamanya.

Setelah berdoa, semua orang bergiliran untuk pulang. Aku tidak pulang dengan kendaraan yang kugunakan saat kemari, aku naik ke mobil Pamanku. Mobilnya sangat kecil dan hanya memiliki 2 pintu, Aku, Nenek, Tante, Ibu dan Adik-adikku berdesakan di dalam.

Di sepanjang jalan aku tidak bisa memikirkan apapun lagi, aku hanya melihat jalan di depan dengan mobil dan motor yang melewati kami. Sesampainya di rumah, semua orang duduk di ruang keluarga. Mencoba menghibur satu sama lain.

Aku kemudian duduk di sofa ruang tamu, di tempat Ayah biasa duduk menghabiskan harinya. Belum lama aku duduk, aku seperti merasakan perasaan Ayah ketika duduk di sini. Rumahku saat ini sedang ramai, tapi aku merasakan kesepian yang sangat menggerogoti tubuhku. Aku melihat ke sekitar, dan bertanya pada diriku sendiri. “Apakah ini perasaan yang selalu Ayah rasakan ketika duduk di sini?”

Aku hanya diam memikirkan Ayah, mencoba mengerti perasaannya ketika duduk di sini. Sepi dan sendiri, aku menjadi merasa bersalah kepada Ayah. Sekarang aku mengerti perasaan Ayah dan sesuatu yang Ayah tidak pernah katakan. Saat aku duduk di sini, aku ingin seseorang datang kepadaku, bertanya apapun kepadaku atau sekedar mengobrol denganku.

Hatiku menangis lagi, aku merasa menyesal karena tidak menghabiskan waktu dengan Ayah lebih banyak. Ayah tidak pernah mengatakan apapun tentang perasaannya, dia selalu menahan itu sendirian. Sekarang, aku mulai mengerti apa yang Ayah rasakan ketika aku duduk di tempatnya.

Sekarang sudah jam 7 pagi, dan aku belum tidur semalaman. Tapi anehnya aku tidak merasa mengantuk, karena aku masih berharap bahwa aku akan terbangun dari tidurku dan melihat Ayah sedang duduk di sini.

Ketika aku sedang mendalami perasaanku, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu rumahku. Aku menoleh ke arah pintu dan melihat Melissa di sana.

Melissa menggunakan serba putih dari atas ke bawah. Pakaiannya sangat sopan dan membuatku berpikir bahwa dia memang ingin pergi ke pemakaman seseorang.

“Hai.” Melissa menyapaku dengan senyumnya. Biasanya, aku akan sangat menyukai ketika Melissa tersenyum seperti itu, walaupun aku tidak pernah mengatakannya. Hatiku pasti akan berdebar dengan kencang jika melihat wajahnya. Namun, sekarang aku tidak merasakan itu.

 

Aku beranjak dari tempat dudukku dan menghampiri Melissa. Walaupun aku sedang sedih, aku mencoba menjadi tuan rumah yang baik dan menyapa tamu yang datang.

Melissa juga menunjukkan kesopanannya, dia tidak langsung masuk dan hanya menunggu di depan pintu.

“Hai.” Aku balik menyapa Melissa, aku tidak tahu apa ekspresi yang kutampakkan saat ini. Tetapi aku tidak bisa membalas senyumannya bagaimanapun aku mencoba. “Silakan masuk.”

Aku mempersilakan Melissa masuk dan duduk. Saat ini kami duduk bersebelahan, aku duduk di tempat Ayahku biasa duduk dan dia duduk di hadapanku, dengan lutut dan tubuh yang menghadap kepadaku.

Aku tidak tahu apa yang harus kami bicarakan, tapi aku ingat ini adalah hari Selasa dan Melissa harusnya ada di kampus dan belajar.

“Bukannya kamu kuliah sekarang?” Tanyaku kepada Melissa.

Melissa menoleh dan melihatku sedikit lama sebelum dia menjawab. “Gapapa, aku sudah izin.”

Jawaban Melissa membuatku menjadi tidak enak, tetapi di sisi lain aku juga senang karena dia terlihat seperti orang yang mengkhawatirkan dan sangat peduli kepadaku. Aku bahkan berpikir bahwa dia sengaja tidak masuk kuliah hanya untuk datang kemari.

Aku hanya mengangguk perlahan saat Melissa menjawab, aku ingin mengatakan terima kasih kepadanya. Tetapi mulutku tidak bisa terbuka.

Ibuku kemudian menyingkirkan tirai yang memisahkan ruang tamu dan ruang keluarga, dengan wajah terkejut Ibu sedang melihat aku berbicara dengan seorang wanita.

Melissa yang menoleh ke belakang melihat Ibuku, dia langsung berdiri dari tempat duduknya, menyapa Ibuku dan menyalaminya. “Tante.”

“Aduh siapa ini?” Ibu berkata ketika Melissa membungkuk untuk menyalaminya.

“Saya Melissa, Tante.” Melissa mengangkat kembali wajahnya, tetapi tubuhnya masih sedikit membungkuk di hadapan Ibuku.

Sikap yang Melissa perlihatkan kepadaku membuatku semakin menyukainya, dia sopan kepada Ibuku dan dia juga tampak seperti orang yang menghargai Ibuku.

Ketika aku melihat Melissa yang sedang menyapa Ibu, Ibu kembali tersenyum sambil memegang pundak Melissa. Aku tidak tahu apakah kehadiran Melissa mengusir kesedihan Ibu atau Ibu hanya tersenyum karena tidak ingin memperlihatkan kesedihannya di depan orang lain.

“Kok gak dikasih minum?” Ibu melihat ke arahku.

“Oh iya, bentar.” Ya sialnya diriku, aku melupakan sesuatu untuk menjadi seorang tuan rumah yang baik. Aku hanya menawari tamuku masuk dan tidak menyuguhkan apapun kepadanya. Saat aku ingin berdiri, Melissa tiba-tiba menghalangiku.

“Udah gausah gapapa, Tante.” Melissa berbicara kepada Ibuku dan menoleh ke arahku sambil menunjukkan gestur tangannya.

“Yaudah tante masuk lagi ya.” Ibuku kemudian masuk lagi, Aku yang sudah beranjak dari tempat dudukku kembali duduk dan Melissa kembali duduk di sampingku.

Aku merasa aneh, Melissa saat ini sedang berada di hadapanku. Tetapi aku tidak merasakan suasana canggung atau semacamnya seperti yang kurasakan sebelumnya, aku seperti merasa biasa saja ketika duduk di hadapannya.

Melissa menatapku, aku merasakan energi dari tatapannya. Tetapi aku tidak menatapnya balik dan hanya memfokuskan mataku ke arah lantai.

Kami tidak bergerak sedikitpun dan tidak berbicara apapun kepada satu sama lain. Kami hanya diam seakan menunggu seseorang untuk berbicara terlebih dahulu.

Tiba-tiba, Melissa meraih tanganku. Dia menggenggam tanganku, seketika perasaan hangat masuk ke dalam tubuhku. Tangannya sangat lembut dan memberikan kehangatan, aku menyukai situasi ini. Aku bahkan tidak lagi bereaksi untuk menghindar dan ingin terus dia memegang tanganku.

Tapi aku sangat menghargai Melissa sebagai wanita, aku kemudian melepaskan tangan Melissa dan mengatakan sesuatu yang tidak pernah kupikirkan.

“Kamu bisa biarin aku sendiri dulu?” Aku tidak tahu apa yang merasukiku sampai aku berkata seperti ini, setelah mengeluarkan pertanyaan ini. Aku baru memikirkan apakah aku akan menyakiti hatinya jika aku berkata seperti ini?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!