NovelToon NovelToon
Pernikahan Keduaku Yang Pertama

Pernikahan Keduaku Yang Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Lari dari Pernikahan / Selingkuh / Mengubah Takdir / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:14.7k
Nilai: 5
Nama Author: Seraphine E

Caroline menikah dengan Bastian selama 13 tahun, dan selama itu juga tidak pernah ada kebahagiaan didalam pernikahannya. Bahkan ketika Caroline menjadi buta karena menyelamatkan Bastian, pria itu seolah tidak peduli bahkan tega berselingkuh. Di saat terakhirnya, Caroline berdoa jika dia bisa memutar kembali waktu, dia tidak akan pernah menikah dengan Bastian.
Tak disangka dewa mengabulkan permohonannya dan membuat Caroline kembali ke masa lalu. Caroline kembali di hari ketika dirinya dan Bastian menikah.
....
"Aku Caroline Rexalion membatalkan pernikahanku dengan Bastian. Aku tidak sudi menikah dengan sampah sepertimu" seru Caroline dihadapan semua tamu undangan.
"Caroline, jangan main - main. Apa - apaan sikapmu ini?" Bastian marah dan mencengkeram Caroline.
"Kau baji*ngan sialan. Mati saja kau.. Buagh" Ucap Caroline dan meninju Bastian tepat dihidungnya lalu segera pergi meninggalkan altar.
"Caroline.. Kembali kau!!!" Teriakan Bastian dibalas dengan acungan jari tengah oleh Caroline.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seraphine E, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 33

Sejak pertemuan terakhirnya dengan Caroline, Louis tidak lagi menampakkan diri atau menemui Caroline secara diam - diam. Pengecut, itulah sekarang yang dia rasakan. Keberaniannya seolah hilang entah kemana setiap kali dia berhadapan dengan Caroline. Semua kepedihan yang dia torehkan dalam kalbu Caroline mungkin tidak akan pernah termaafkan seberapa sering dia meminta maaf.

Mengetahui bahwa Caroline memiliki perasaan terhadap dirinya saja sudah sangat terlambat untuk Louis menyadari hal itu. Penyesalan yang ada di dalam hatinya tidak akan mudah terhapus begitu saja. Sekarang yang bisa dia lakukan adalah membuktikan bahwa dirinya telah berubah dan layak untuk bersama dengan Caroline.

"Benarkah itu? Dokter Johanna bersedia datang meskipun dia sedang mengandung saat ini?" tanya Edward pada Beatrice begitu dia menerima email dari Johanna.

"Iya benar, mungkin dia tidak bisa melakukan operasi segera karena dia harus mengobservasi kondisi Caroline terlebih dahulu, tapi dengan dia bersedia datang kemari sudah cukup memberi harapan bagi kita untuk kesembuhan Caroline" jelas Beatrice lagi.

"Iya, aku mengerti... Aku akan mempersiapkan semuanya untuk menyambut kedatangan dokter Johanna agar dia bisa merasa nyaman disini. Theo, kau siapkan segala sesuatunya" perintah Edward.

Beatrice juga mengatakan soal Louis yang ketahuan menyusup ke kamar Caroline, "Kurasa dia benar - benar mencintai Caroline" kata Beatrice lagi.

"Rasa cinta saja tidak akan cukup jika dia tidak membuktikan dirinya sendiri layak, putriku sudah cukup melakukan yang dia bisa lakukan untuk meyakinkan anak itu. Tapi lihat apa yang terjadi sekarang? Aku tidak menyalahkan Louis atas kecelakaan yang dialami oleh Caroline, tapi setiap kali aku mengingat bagaimana dia memperlakukan Caroline membuat darahku mendidih" ungkap Edward.

Beatrice hanya bisa diam mendengar ucapan suaminya, meskipun dia tidak mengingat semua hal tentang suami ataupun putrinya, tapi dari yang dia lihat dan alami sudah cukup membuktikan jika mereka bertiga memang saling menyayangi.

Selama ini Beatrice mencoba mengingat kembali kepingan kenangan yang terkubur dalam memorinya, berusaha menggali dalam - dalam apa yang hilang dalam ingatannya. Setiap kali dia melakukan itu, saat itu juga dia akan merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa di kepalanya, seperti kepalanya terkoyak oleh sesuatu yang tak kasat mata.

Beatrice telah melakukan berbagai cara untuk mengembalikan ingatannya dengan bantuan dari kolega dekatnya yang untuk melakukan hypno terapi. Dia berharap setidaknya dengan cara itu, dia dapat mengingat kembali dan menjawab rasa penasarannya selama ini. Namun hasilnya nihil, dan dia tetap tidak dapat memanggil ingatannya sekecil apapun itu.

"Dokter, apa ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya Evan disela - sela pertemuan mereka. Beatrice tersenyum saat melihat Evan datang, dia kini telah menjadi mahasiswa kedokteran masih panjang jalan baginya untuk menjadi dokter yang sesungguhnya.

"Bagaimana kuliahmu? Apa ada masalah?" tanya Beatrice.

Evan menggeleng, "Tidak sama sekali, semuanya baik - baik saja. Aku berkuliah di tempat yang baik semuanya karena jasa ibu... ah maaf, dokter Beatrice"

Beatrice tersenyum, "Kau bisa memanggilku ibu. Aku tidak keberatan dengan hal itu, bagaimanapun juga aku telah mengangkatmu sebagai anakku. Kalau bukan karena kalian, aku tidak tahu bagaimana nasibku saat itu. Aku berterima kasih padamu dan juga mendiang ibumu yang sudah menolongku dan memberikan identitas baru untukku" kata Beatrice.

Evan menunduk, tak bisa dipungkiri dia sangat merindukan ibu kandungnya sendiri, dan setelah Beatrice mengangkatnya sebagai anak, rasa kerinduannya itu bisa sedikit mereda.

"Terima kasih ibu..." jawab Evan.

Beatrice meletakkan cangkir teh yang dia minum dengan hati - hati, "Evan... Apa kau sudah tahu kabar tentang ayahmu? Maksudku ayah kandungmu" tanya Beatrice.

Evan mendongak, "Kenapa kau tiba - tiba menanyakan hal itu?" tanya Evan.

Beatrice berkata mungkin jika Evan mengetahui ayah kandungnya, dia tidak akan merasa kesepian. Bersama dengan Edward dan Caroline membuat Caroline menyadari pentingnya sebuah keluarga dan Evan adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tidak beruntung dengan keluarganya sendiri.

Ayah tirinya yang suka berjudi dan memukuli ibunya saat dia masih kecil membuat Evan memiliki sedikit rasa trauma untuk memiliki keluarga, di universitasnya sendiri Evan terkenal sebagai mahasiswa yang berprestasi dan cukup tampan. Banyak wanita yang mengejarnya untuk menjadi kekasihnya, tapi Evan selalu bersikap acuh tak acuh terhadap para gadis itu.

"Aku tidak membutuhkan mereka, aku hanya membutuhkan ibu disampingku" ucap Evan sambil menggenggam tangan Beatrice lembut.

"Ayah kandungku meninggalkan kami, dia tidak jauh berbeda dengan ayah tiriku yang hanya membuat ibuku menderita. Untuk apa aku merindukannya?" tanya Evan.

Beatrice mendesah mengerti, "Kau sudah dewasa, bisa menentukan apa yang ingin kau lakukan dalam hidupmu. Kalau begitu, aku permisi dulu. Caroline akan mencariku jika aku terlalu lama pergi keluar. Ibu akan menghubungimu nanti jika ingin bertemu lagi denganmu" senyum Beatrice. Evan mengangguk dan tersenyum, seperginya Beatrice, pria itu masih berada di tempatnya menatap kursi kosong tempat dimana Beatrice duduk.

"Ibu....." Evan tersenyum tipis.

"Sampai kapan kau akan memperlakukanku seperti anak kecil seperti ini? Kapan kau akan menganggapku sebagai seorang pria seutuhnya" kata Evan pada dirinya sendiri.

Dia kemudian bangkit berdiri, mengambil tissu yang telah digunakan oleh Beatrice dan memasukkannya dengan hati - hati kedalam sakunya seolah itu adalah barang berharga, dengan mengendarai bus, Evan menuju asrama mahasiswa tempat dia tinggal selama menjadi mahasiswa.

Kamar yang dia tempati sendirian itu merupakan fasilitas yang bisa dia dapatkan dengan mudah tanpa harus bersusah payah seperti mahasiswa lain, semua itu berkat koneksi antara keluarga Rexalion dengan pihak universitas. Terlihat curang memang, tapi jika dia bisa memanfaatkan privillege yang bisa dia dapatkan sekarang, dia tidak peduli selama dia bisa menggapai impiannya menjadi seorang dokter dan bersanding bersama dengan dokter Beatrice.

Evan meletakkan tissu itu ke sebuah botol kaca, dan menempelkan sebuah label yang sudah dia beri tanggal bersama dengan koleksinya yang lain. Jepit rambut, sobekan kain, dan berbagai macam pernak - pernik yang pernah digunakan oleh Beatrice sejak 5 tahun yang lalu.

"Beatrice, aku harap kau bisa melihatku sebagai pria seutuhnya seperti aku melihatmu sebagai seorang wanita yang aku cintai. Aku tidak ingin memandangmu sebagai ibu, tapi aku ingin melihatmu sebagai kekasihku" kata Evan seraya menatap fotonya dengan Beatrice.

Tanpa Beatrice ketahui, selama 5 tahun terakhir Evan telah menumbuhkan perasaan cinta yang cukup intens di hatinya. Bisa dikatakan jika saat ini Evan sedang mengidap oedipus complex.

Oedipus Complex sendiri merupakan kondisi sek*sual dimana seorang pria menyukai atau lebih tertarik terhadap wanita yang memiliki perbedaan usia yang cukup signifikan dibanding usianya sendiri.

"Apa kau bahagia bersama dengan keluarga yang tidak pernah kau ingat sama sekali Beatrice?? Tenang saja, aku akan membebaskanmu dari hal itu dan kita akan hidup bahagia selamanya seperti dulu" lirih Evan seraya tertidur dengan memeluk foto mereka.

***

1
Aiko Clearesta
up thor wlau badai mnghdang
Anita Jenius
Ceritanya keren kak.
5 like + /Rose/buatmu sebagai hadiah perkenalan dariku. semangat ya kak.
Seraphine E: terima kasih banyak kak. 🙏🙏🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Aku mampir kak.. salam kenal..
Seraphine E: salam kenal juga kak.
total 1 replies
IndraAsya
👣👣👣
Bilqies
hai kak aku mampir yaach

jangan lupa mampir juga di karyaku
"Mencintaimu dalam DIAM"
Seraphine E: thank you kak
total 1 replies
Araa
Semangat thoor😆
Seraphine E: thank you kak /Angry//Determined/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!