NovelToon NovelToon
Sang Pelindung (Volume 1)

Sang Pelindung (Volume 1)

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / Reinkarnasi / Sistem / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:8k
Nilai: 5
Nama Author: Lotzer

Pada Volume pertama novel ini menceritakan tentang seorang pria biasa yang tewas ditembak oleh sekelompok preman karena berusaha melawan mereka.

Setelah Pria itu tewas dia dipanggil oleh seorang dewi, karena sang Dewi itu merasa terharu karena pria itu tewas dengan cara yang mulia dia memberikan kesempatan kedua kepada pria itu untuk hidup.

Karena tekadnya yang mulia itu sang dewi memberi pria itu sebuah kekuatan sebelum pria itu bereinkarnasi ke dunia yang berbeda, lalu setelahnya sang dewi mereinkarnasi jiwa pria itu ke tubuh seorang bayi yang baru lahir dari pasangan bangsawan yang memiliki tingkat terendah.

Dan dari sinilah kisah pria itu kembali dimulai.

CATATAN : PROSES REVISI BARU SAMPAI BAB 2

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lotzer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tantangan

"Begini penjaga, sebenarnya kami adalah pedagang yang menjual aneka barang." jawab Ricarad.

"Kalau begitu boleh aku lihat lisensi pedagang milikmu?" tanya penjaga perbatasan tersebut.

Setelah itu Ricarad mengambil secarik kertas yang berada di kantungnya lalu menyerahkannya kepada penjaga perbatasan tersebut, secarik kertas itu berisi tentang lisensi pedagang yang dimiliki oleh Ricarad.

Akan tetapi isi dari lisensi itu disebutkan bahwa Ricarad hanya diizinkan untuk menjual pakaian dan bukan perlengkapan perang, melihat ada kejanggalan penjaga perbatasan tersebut memanggil beberapa rekannya.

"Di sini tertulis bahwa kamu hanya diizinkan untuk menjual pakaian, apakah kamu bisa menjelaskannya?" tanya penjaga perbatasan tersebut.

Setelah mendengar pertanyaan dari penjaga perbatasan tersebut Ricarad menatap Alaric dengan wajah panik, melihat wajah panik Ricarad Alaric mencoba untuk membantunya sebisa mungkin.

"Begini penjaga, sebenarnya kami membawa peralatan perang itu untuk dijual oleh Conrad." jawab Alaric.

"Oh aku kenal Conrad, dia memang menjual beragam peralatan perang, kalian diizinkan untuk lewat." ujar penjaga perbatasan tersebut.

Setelah berhasil mendapatkan izin untuk melewati gerbang perbatasan akhirnya Alaric dan Ricarad bisa bernafas dengan lega, selanjutnya mereka bergerak menuju ke arah rumah yang sudah terbengkalai untuk menyimpan kereta kuda beserta isinya.

Sesampainya mereka di depan halaman rumah yang sudah terbengkalai itu, Ricarad dan Alaric dengan segera menyembunyikan kereta kuda milik mereka di samping halaman rumah tersebut lalu turun dari kereta kudanya.

"Tolong simpan barang-barang rampasan itu di dalam rumah, hari sudah mulai gelap dan aku harus segera pulang." ujar Alaric sembari melepas jubah dan topengnya.

"Begitu, baiklah!" balas Ricarad.

"Aku percayakan barang-barang itu kepadamu." sambung Alaric.

"Tenang saja, aku berjanji akan mengamankannya!" balas Ricarad.

Setelah berpamitan dengan Ricarad lantas Alaric segera berlari pergi menuju rumahnya dengan tergesa-gesa, akan tetapi saat Alaric baru saja sampai di persimpangan jalan dia berpapasan langsung dengan Estrilda dan secara tidak sengaja menabraknya.

"Kemana saja kamu dasar anak nakal!" ujar Estrilda dengan geram.

"Hehehehe, aku hanya berkeliling sebentar." balas Alaric.

Tanpa bicara apa-apa Estrilda langsung memanggul tubuh Alaric lalu membawanya kembali ke rumah, sesampainya di depan rumah Alaric membuka pintu rumah itu dengan hati-hati.

Setelah pintu tersebut terbuka terlihat ada Cecilia dan Alyva yang sedang duduk di atas sebuah sofa yang berada di ruang tamu dengan wajah yang terlihat cemas karena sedang menunggu kedatangan Alaric.

"Bu, aku pulang" ucap Alaric dengan suara yang pelan.

Cecilia dan Alyva yang sedang duduk langsung berdiri dari sofanya setelah mendengar suara Alaric, setelah melihat Alaric kembali dengan selamat wajah mereka yang awalnya cemas kini dengan seketika berubah menjadi wajah yang penuh amarah.

"Dasar anak nakal! ibu tidak akan mengizinkanmu untuk keluar rumah sama sekali sampai bulan monster usai!" teriak Cecilia.

"Kamu selalu saja menyusahkan orang lain, Alaric!" ujar Alyva dengan wajah geramnya.

"Tadi tidak begitu." batin Alaric.

Setelahnya Alaric dimarahi habis-habisan oleh Cecilia di ruang tamu itu, karena Alaric tidak bisa melawan ibunya dia hanya bisa terus menerus meminta maaf, sementara itu Alyva hanya bisa menertawakannya secara diam-diam.

Beberapa jam kemudian waktunya makan malam telah tiba, Cecilia, Alyva, dan Alaric duduk bersama di atas meja makan sembari menyantap beberapa hidangan yang telah tersedia.

Disaat sedang menyantap hidangannya Alaric terlihat melamun sembari memikirkan tentang bagaimana keadaan Ricarad dan Richar di dalam rumah yang sudah terbengkalai itu, Cecilia yang melihat Alaric sedang melamun mencoba untuk menegurnya.

"Alaric, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Cecilia dengan suara yang lembut.

"Saat aku sedang berjalan-jalan di pinggiran desa aku melihat ada sebuah rumah kecil yang sudah terbengkalai di sana." jawab Alaric.

"Apa ibu tahu tentang rumah yang sudah terbengkalai itu? aku merasa penasaran sebenarnya siapa pemilik rumah tersebut." imbuhnya.

Setelah mendengar jawaban Alaric lantas Cecilia mencoba untuk mengingat-ingat sesuatu tentang rumah tersebut, setelah berpikir selama beberapa saat akhirnya Cecilia mengingat sesuatu tentang rumah tersebut.

"Oh! Ibu ingat, rumah itu adalah peninggalan dari kakek dan yang ibu tahu nenek sedang menjual rumah tersebut, akan tetapi entah kenapa sampai sekarang belum ada yang mau membelinya." Ujar Cecilia.

"Kenapa rumah itu tidak diwariskan untuk kita?" Tanya Alaric.

"Dulu kakekmu pernah berpesan bahwa rumah itu harus dijual dan hasil dari penjualannya harus didonasikan." Jawab Cecilia.

"Kakekmu adalah orang yang sangat dermawan." Imbuhnya.

Setelah mendapatkan informasi yang menarik dari Cecilia lantas Alaric mendapatkan sebuah ide untuk membeli rumah tersebut, akan tetapi karena Alaric tidak dibolehkan untuk keluar dia harus kembali memutar otaknya untuk menjalankan ide tersebut.

Setelah itu Alaric menyelesaikan makan malamnya lalu beranjak pergi ke kamar miliknya, setelah sampai di kamarnya Alaric mengambil sebuah pena dari meja belajarnya lalu mulai menulis surat di sebuah secarik kertas.

Keesokan paginya Alaric yang baru saja terbangun dari tidurnya karena dibangunkan oleh seorang pelayan langsung segera pergi menuju ruang makan untuk sarapan.

Sesampainya di ruang makan terlihat Melvil, Cecilia, dan Alyva sudah duduk bersama di atas meja makan dan sedang menunggu hidangan mereka datang sembari berbincang-bincang satu sama lain.

Melihat hal itu, Alaric dengan segera berjalan menuruni tangga dan mulai ikut bergabung dengan mereka, Melvil yang sudah seharian tidak melihat Alaric menyambutnya dengan sebuah pelukan.

"Anak ayah kemana saja, Estrilda bilang kepada ayah bahwa dia menemukanmu saat sedang berjalan-jalan di sekitaran desa." ujar Melvil sembari tersenyum.

"Ya, desa ini sangat indah dan cocok untuk berjalan-jalan, itulah sebabnya aku terlambat pulang ke rumah." balas Alaric.

"Apakah itu artinya kamu sudah mengakui kesalahanmu? kalau begitu ayah setuju dengan usulan ibumu untuk melarangmu keluar rumah sampai bulan monster usai." ujar Melvil dengan wajah marah.

"Baiklah, ayah." balas Alaric dengan pasrah.

Beberapa menit telah berlalu dan Alaric baru saja menyelesaikan sarapannya, setelah selesai sarapan lantas Alaric beranjak dari tempat duduknya dan kemudian berjalan menuju ke arah pintu keluar rumah untuk menyambut Sanchia seperti yang biasa dia lakukan sehari-hari.

Akan tetapi, Cecilia yang sedang duduk di meja makan dan melihat Alaric sedang berjalan menuju ke pintu keluar rumah dengan segera memanggilnya kembali lalu mengingatkan Alaric tentang hukuman yang sedang dia jalani.

"Alaric, jangan lupakan hukumanmu." ujar Cecilia.

"Tenang saja, bu, aku hanya ingin berbicara dengan Sanchia." balas Alaric.

Setelah itu, lantas Alaric keluar dari rumahnya dan terlihat ada Sanchia dan Firmin yang sudah berdiri di depan pintu gerbang rumahnya, melihat kedatangan mereka lantas Alaric segera memanggil mereka untuk masuk.

"Paman Firmin, Sanchia, selamat datang!" tegur Alaric sembari menjabat tangan mereka.

"Terima kasih atas sambutannya tuan muda, maksud kedatangan saya kemari adalah untuk berpamitan karena saya harus segera kembali ke kota." ujar Firmin.

"Tunggu paman, sebenarnya aku memiliki ide yang lebih baik, daripada anda harus bekerja di tempat yang jauh kenapa anda tidak bekerja denganku saja di sini?" bisik Alaric.

1
Aegis Aetna
iya bener masa boong
Aegis Aetna
iya lu udah mati, malah nanya.
Aegis Aetna
iya bang, mending ke isekai aja sh kalo kata gw mah
Aisyah Suyuti
seru
MR: Terima kasih Kak, mohon maaf jika masih terdapat banyak kata-kata atau kalimat yang masih sulit untuk dipahami /Pray/
total 1 replies
Jackie chen
Ini chapter terbaik sih menurut gw
MR: Gk main film?
total 1 replies
Vemas Ardian
crot😭 astaghfirullah
MR: Serigala : aku crot...
total 1 replies
Agung M
Di awal agak ngebosenin tapi makin kesini makin menarik ceritanya
MR: Terima kasih telah membaca /Pray/
total 1 replies
Agung M
Lanjut Thor
MR: Ditunggu ya ka, Terima kasih /Pray/
total 1 replies
Yoihoi Yoi
Tapi itu malam
MR: segera bang
Hioshi: revisi ulang
total 3 replies
MR
Terima kasih telah membaca /Coffee/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!