NovelToon NovelToon
Tuan Adipati, Sang Putri Hanya Ingin Punya Bayi

Tuan Adipati, Sang Putri Hanya Ingin Punya Bayi

Status: sedang berlangsung
Genre:cintamanis / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Romansa / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:202.7k
Nilai: 5
Nama Author: Zhuzhu

Setelah bertransformasi menjadi bayi, mantan kepala badan intelijen rahasia, Cheng Yao yang tumbuh besar dan dikenal sebagai Putri Danyang yang malas dan tidak berguna ditipu oleh Kaisar dan dikirim ke perbatasan untuk menikahi Adipati Ning. Adipati Ning adalah adik sepupu Kaisar, dan Cheng Yao menganggap bahwa suaminya adalah pria tua yang jelek.

Namun, setelah melihat wajah asli Adipati Ning, Cheng Yao mengubah pemikirannya dan berkata ingin punya anak dengan Adipati Ning.

Adipati Ning mengabaikannya, namun dia kemudian menyadari bahwa Cheng Yao berkaitan erat dengan Master Qiheng dari Paviliun Zhanbai, organisasi intelijen rahasia nomor satu di dunia persilatan.

Akankah Cheng Yao mendapatkan keinginannya untuk memiliki anak dari Adipati Ning, Ning Ziyu tanpa menyingkirkan bayangan yang ia sembunyikan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 33: Kebencian

Pagi harinya, kediaman adipati benar-benar ramai. Pelayan setia yang mendampingi Chengjia datang mengatur segalanya, hingga membuat pelayan-pelayan tetap di kediaman adipati merasa mereka tidak perlu lagi bekerja. Itu tidak menyenangkan, seolah pekerjaan mereka telah direbut orang asing yang baru datang dalam semalam.

Cheng Yao, dengan ekspresi tidak suka menatap kumpulan pelayan istana yang sok memerintah ini. Mereka pikir mereka siapa hingga bisa mengatur pelayan di kediaman ini sesuka hati?

Sudah datang tanpa undangan, mereka malah sok berkuasa. Ini adalah wilayah kekuasaan Cheng Yao, mereka seharusnya tahu!

“Sekumpulan orang bodoh itu membuatku sakit kepala!”

Xiuli yang tidak senang pada pelayan-pelayan Chengjia juga mengangguk. Di istana kekaisaran, dia sering dipersulit ketika mengambil sesuatu. Melihat mereka kembali, rasanya semua kenangan buruk yang mengesalkan itu kembali lagi.

“Putri, bagaimana jika kamu menghajar mereka? Pelayan-pelayan itu masih saja merasa dirinya adalah penguasa pelayan istana! Huh, sungguh tidak tahu malu.”

“Aku rasa sudah saatnya membuat mereka tahu siapa penguasa harem di kediaman ini yang sebenarnya.”

Cheng Yao menghampiri mereka, lalu menampar dua pelayan pribadi Chengjia dengan keras. Melihat sosok yang menampar mereka adalah Putri Danyang yang dibenci majikan mereka, wajah mereka seketika jadi buruk. Beraninya putri yang tidak berguna itu menampar!

“Kamu-kamu apa yang kamu lakukan?” tanya mereka tidak terima.

Plak. Cheng Yao menampar mereka sekali lagi secara bergantian.

“Lancang sekali. Beginikah cara kalian memanggil seorang putri dan istri adipati? Apakah majikan kalian tidak pernah mengajari sopan santun?”

Mereka diam. Cheng Yao mulai dikuasai emosi, “Atau, kalian merasa tempat ini adalah istana kekaisaran, di mana kalian masih berkuasa seperti biasa?”

“Dengar baik-baik! Kediaman Adipati Ning bukan istana kekaisaran! Di sini, tidak seorang pun bisa lebih berkuasa atas para pelayan daripada aku!”

Dua pelayan tersebut seolah teringat sesuatu. Putri Danyang yang nakal, malas dan tidak berguna tampaknya semakin menunjukkan warna aslinya setelah keluar dari istana kekaisaran.

Meski penampilannya tidak banyak berubah, tetapi pembawaan dan gaya bicaranya sungguh jauh berbeda dengan saat masih berada di istana. Putri Danyang yang mereka temui kali ini… sedikit menakutkan.

Dua pelayan itu seketika berlutut dan kepala mereka menunduk takut. Mereka memang telah lancang, tapi mereka pikir Putri Danyang tidak akan peduli karena dia sangat malas dan tidak berguna. Mereka salah besar kali ini. Mereka sudah menyinggung nyonya pemilik rumah secara terang-terangan!

“Putri, mohon maafkan kami.”

“Putri, mohon maafkan kelancangan kami.”

Xiuli yang berdiri di belakang Cheng Yao mencibir, “Tidak tulus!”

“Xiuli, urus mereka. Sudah saatnya aku menemui majikan pelayan tidak tahu diri ini.”

“Baik, Tuan Putri.”

Cheng Yao mendatangi kediaman samping yang diatur Ning Ziyu untuk ditinggali Chengjia. Cheng Yao sebenarnya enggan menemui saudarinya itu, tapi dia juga tidak ingin melewatkan kesempatan untuk melihat penderitaannya.

Setelah membuatnya menikahi Adipati Ning, sekarang Chengjia malah dikirim ke negara lain untuk menjalani pernikahan politik. Rubah wanita itu pasti sangat tidak terima.

Ketika dia masuk, dia melihat sosok Chengjia sedang duduk di sofa. Pakaian merahnya yang belum diganti membuatnya seperti hantu pengantin wanita yang gentayangan. Mungkin sejak kemarin, saudarinya itu belum menghapus riasannya dan tidak sadar kalau dia sungguh sudah jelek.

Orang yang biasanya begitu mementingkan kecantikan dan penampilannya sendiri sekarang begitu menyedihkan. Chengjia seperti sangat tertekan. Dalam hatinya, Cheng Yao tertawa, dia menertawakan nasib yang diterima saudarinya. Menurutnya itu adalah balasan atas sikapnya yang sok itu.

“Pantas saja dua pelayan itu begitu kurang ajar. Ternyata, majikan mereka lebih suka menikmati suasana tertekan sendiri dibanding memperhatikan apakah mereka berbuat onar atau tidak.”

Nada menyindir tersebut menarik perhatian Chengjia. Cheng Yao berjalan menuju tengah ruangan dengan santai dan elegan.

Chengjia mengabaikannya, dia memalingkan wajahnya dan melemparkan tatapannya keluar jendela. Ini masih udara di Dayan, tapi dadanya malah terasa sesak seakan ada batu besar menindihnya.

“Danyang? Untuk apa kamu kemari?”

“Tuan Putri Chengjia yang terhormat, ini adalah kediamanku. Siapa yang memberimu hak mempertanyakan keberadaanku? Apakah ibumu yang Permaisuri itu tidak mengajarkanmu untuk bersikap sopan ketika berada di rumah orang lain?”

Secara alami Cheng Yao menyindirnya, bahwa seorang tamu tidak boleh kurang ajar terhadap pemilik rumah. Chengjia terbiasa hidup bebas, mendominasi banyak hal tanpa ada yang menegurnya. Sekarang saat datang ke tempat lain yang sudah memiliki pemilik, jauh dari istana, Chengjia sungguh tertekan.

“Beraninya kamu menyebut ibuku!”

“Kenapa? Kamu marah? Ayo, marah saja dan kalau berani pukul aku! Di sini, tidak seorang pun akan memihakmu!”

Chengjia mengepalkan lengannya menahan marah. Benar, di sini, di tempat yang jauh dari istana kekaisaran, siapa yang akan memihaknya selain dirinya sendiri?

Kaisar mengutusnya untuk pergi menikah ke negara lain, dan Chengjia tidak dapat menentangnya meski dia ingin. Bahkan ibunya yang seorang Permaisuri juga tidak dapat membantunya karena hal ini berkaitan dengan politik negara.

Chengjia merasa benci dan tidak terima. Segala hal sebelumnya selalu ada di bawah kendalinya. Bahkan, Cheng Yao yang biasanya suka dia tindas dan bertengkar hebat dengannya pun masih bisa ditekan. Kini, semua itu hilang. Chengjia seolah telah kehilangan segalanya.

“Kamu datang untuk menertawakanku,” ucap Chengjia.

“Ya. Aku memang datang untuk menertawakanmu. Chengjia, bagaimana rasanya kehilangan kebebasan dan kendali atas situasi? Bagaimana rasanya dipaksa menikah ke negara lain? Bagaimana rasanya diperlakukan seperti barang pertukaran? Bukankah sangat mengesalkan?”

Di ujung kalimatnya, Cheng Yao tertawa sambil bertepuk tangan. Chengjia yang sekarang menyedihkan. Orang yang begitu menganggap dirinya tinggi ternyata juga tidak bisa lari ketika dekrit pernikahan datang padanya. Dia beruntung karena dia masih punya waktu menikmati kesendiriannya dan situasi tertekannya, tidak seperti Cheng Yao.

Chengjia tidak bisa membalas kata-kata Cheng Yao karena yang dia katakan itu sangat benar. Hari saat Kaisar memanggilnya ke Aula Linze serta menyuruhnya menikah ke Negara Jin adalah hari ketika seluruh kebebasannya direnggut.

Itu adalah hari ketika seluruh kehidupan mewah dan megahnya berakhir. Kehidupannya yang begitu nyaman di istana kekaisaran benar-benar lepas dari tangannya.

“Chengjia, pada saat kamu menyarankan aku menikah dengan Ning Ziyu pada Kaisar, pernahkah kamu membayangkan ada di posisi seperti sekarang?”

Masih banyak hal yang ingin dikatakan Cheng Yao, tapi emosinya terlalu mendominasi. Kebencian menahun yang menumpuk di hatinya telah membuatnya menganggap penderitaan Chengjia adalah kesenangan tersendiri. Itu memang salah, tapi Cheng Yao sulit mengendalikan perasaannya. Mungkin orang menyebutnya sebagai karma, meski bagi Cheng Yao ini adalah hukum sebab akibat.

“Chengjia, kamu hanya perlu mengingat satu hal. Jika kamu melarikan diri, mereka yang datang bersamamu akan mati.”

Chengjia memikirkannya dalam beberapa jam. Di malam hari setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian biasa, Chengjia menyelinap keluar kediaman. Penjagaan ketat, tapi dia berhasil lolos. Itu aneh, tapi Chengjia tidak punya banyak waktu. Lebih baik dia menyelamatkan dirinya sendiri dulu.

Dia berjalan di tengah kota sendirian dengan sebuah buntalan di punggungnya. Tidak, dia tidak mau pergi ke Negara Jin dan menikah dengan Putra Mahkota Jin. Dia ingin punya kebebasan sendiri. Kalau mau lari, sekarang adalah waktu yang tepat. Dia bisa bersembunyi di suatu tempat sampai situasinya aman.

Akan tetapi, Chengjia kemudian tertegun. Di gerbang kota, Ning Ziyu dan Cheng Yao sudah berdiri seperti menunggunya. Di antara mereka ada orang-orang yang datang bersamanya, termasuk beberapa prajurit yang mengawal. Orang-orang itu ditahan oleh Ling Ren dan Ling Yun.

“Putri, apakah kamu ingin pergi?” tanya Ning Ziyu.

“Ning Ziyu, jangan menghalangiku!”

Ning Ziyu mengangguk. “Baik. Karena Putri ingin pergi, maka aku akan membunuh orang-orang ini agar tidak ada yang tahu kamu melarikan diri.”

Pedang tajam siap mengeksekusi orang-orang itu. Chengjia langsung berteriak, “Ning Ziyu apakah kamu gila? Hentikan! Mereka tidak bersalah!”

“Kenapa? Kamu kasihan? Bukankah jika mereka mati, tidak ada saksi yang akan melapor kamu melarikan diri?” Cheng Yao berkata padanya. “Kalau kamu kasihan pada mereka, maka jangan melarikan diri lagi. Kamu lari, negara ini juga akan sengsara karenamu.”

Chengjia mematung di tempatnya berdiri. Benar, dia adalah Putri Chengjia, yang dirinya bukan lagi miliknya sendiri. Ada tanggungjawab besar yang dipikul di balik gelarnya. Chengjia menikmati kemuliaan sepanjang hidupnya, dia harus membayarnya dengan pengabdiannya. Kaisar sudah menunjuknya, kalau dia lari maka itu adalah bencana yang sebenarnya.

“Aku…”

“Putri Chengjia, silakan kembali bersama kami.”

Chengjia bimbang untuk sesaat. Benar, sama seperti Cheng Yao, dia juga tidak bisa melarikan diri.

1
vio~~~~
iya ular tapi ular buntung..🤭🤭
vio~~~~
isshhh gangguan lagi..😤😤😤
vio~~~~
njirrrr gangguan lagi...😂🤦‍♀️
erna wijayanti
gpp kak

semangat selalu biar cepat update cerita terbaru ya🙏🤗
Yurniati
tetap semangat terus update nya thorr
Yurniati
nanggung thorr,,,,jadi penasaran,,,,, 🤔🤔
Yuli Ani
ya thoor..tetap sehat dan tetap💪💪💪💪🤗🤗😍❤❤
sahabat pena
aduh part yg menegangkan..lanjut thor
alqayusi
otor kenapa di gantung kayak kain basah..hadeehh diriku sangat penasaran nunggu bab selanjunya..💪💪💪
Ayu Septiani
di tunggu kelanjutan ceritanya kak author.... 😍😍😍😍😍😍😍
Yurniati
terus update nya thorr
Yurniati
semangat terus thorr
Thia Alyfia
perjalanan ninja hatori ini mah thor🤣🤣🤣
Thia Alyfia: ku panah adza ularnya😁
Sun Flower: awas kepatuk ular
total 2 replies
Thia Alyfia
so sweet bgt sih kalian🥰
erna wijayanti
ditunggu update berikutnya ya kak

terimakasih 🙏🤗
alqayusi
akhirnya yaoyao bisa merasakan hangatnya sebuah keluarga..
Andi Ilma Apriani
mantap
Yunita Widiastuti
weeewww
Bang Mekanik
astaga...suami nya sampai takut di perkaos 🤣
erna wijayanti
makasih kak update terbaru nya

ditunggu update berikutnya ya/Pray//Good//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!