NovelToon NovelToon
Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Guru Dingin Itu Adalah Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari dari Pernikahan / Konflik etika / Anak Kembar / Anak Yatim Piatu / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Gywnee

"Untuk sementara waktu menyamarlah jadi guru disana, entah kenapa aku merasa orang itu juga berada di sekolah itu." Ucap seorang pria 35 tahun, dia bernama Leon, dia adalah ketua kepolisian.
"Tenang saja Axel, tidak ada yang mengenalimu aku akan mengganti identitasmu. Namamu akan aku ubah menjadi Gavin Alexander." Jelas Leon sambil menyentuh pundak Axel, lalu Axel menatap Leon dengan tatapan dinginnya.

"Tujuanku bersembunyi dari orang-orang, kenapa malah menyuruhku jadi guru disana?" Tanya Axel dengan kesal.
Leon menatap Axel dengan kesal, "Aku tidak mau membicarakan ini tapi putra dan putrimu sekolah disana, apa kau tidak takut jika terjadi sesutu dengan mereka?" Tanya Leon.
"Ini saatnya kau bekerja sebagai polisi sungguhan bukan polisi bayangan lagi Axel." Ucap Leon sambil tersenyum.

Axel hanya diam, dia sebenarnya lebih memikirkan tentang kedua anaknya daripada orang itu.

"Leon, apa kau tahu siapa nama anak-anakku?" Tanyaa Axel dengan raut wajahnya yang sedih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gywnee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16

"Pak Gavin..." Sontak Vyan dengan terkejut. Axel menghela nafas dengan lega, dia berhasil mematikan timer di bom itu.

Lalu Axel menoleh ke Vyan dengan senyuman kecilnya, "Semua baik-baik saja." Ucapnya.

Mereka semua bernafas lega, dan tentu saja anak-anak itu heran kenapa bisa ada bom disini.

Vani memperhatikan Axel, entah kenapa Vani sangat ingin dekat dengan guru olahraganya itu.

Lalu Axel menoleh ke Vani, dia lega karena putrinya juga baik-baik saja.

Dan semua anak di suruh berkumpul di aula, karena polisi akan melakukan penyelidikan lagi.

"Vyan masuklah ke aula." Ucap Axel.

Vyan menganggukkan kepalanya dengan mengerti, "Oh iya pak Gavin, lain kita bicara ya pak." Ajak Vyan sambil tersenyum. Axel hanya diam dia terkejut karena Vyan mengajaknya bicara.

"I.iya." Jawab Axel dengan gugup. Vyan tersenyum lalu dia segera pergi.

Vyan dan Aldo duduk di depan Vani dan Falen, mereka semua duduk di lantai sambil menunggu perintah dari guru-guru. Tentu saja keadaaan di aula sangat ricuh dan ramai, mereka membicarakan tentang bom itu dan polisi yang tiba-tiba ada di sekolahan.

"Ada apa sih sebenarnya," Gumam Aldo dengan heran.

"Entahlah," Jawab Vyan dengan mengangkat kedua bahunya.

"Vyan kau sudah tidak keren lagi, ternyata kerenmu cuma di panggung aja ya." Ucap Falen dengan kesal.

Vyan menoleh ke belakang, "Aku selalu seperti ini setiap hari," Jawab Vyan dengan menyombongkan dirinya.

"Cihh...sok banget.." Gumam Falen dengan kesal. Lalu Vani keluar dari aula begitu saja.

"Mau kemana tu anak," Ucap Falen dengan heran, Vyan menghela nafas dengan kesal.

Vani kembali ke luar gedung sekolah, dia sedang mencari keberadaan Gavin.

"Oeyy kau mau ngapain sih?" Tanya Vyan dengan nada kesal.

"Kenapa kesini, masuk sana!" Ucap Vani dengan kesal.

"Kau tidak tahu ha situasinya berbahaya seperti ini, aku tidak bisa membiarkanmu kabur seenaknya begini." Omel Vyan dengan kesal.

"Aku disekap apa emangnya," Jawab Vani dengan kesal.

"Kau cari apa sih?" Tanya Vyan dengan heran.

DOORRRR!!!!!

Mereka berdua sontak terkejut mendengar suara tembakan itu, dan dengan cepat Vyan menarik Vani agar berada di belakangnya.

"Itu seperti suara tembakan kan," Tanya Vyan dengan cemas.

"Iya..." Jawab Vani dengan panik.

"Kenapa kalian berdua disini?" Omel Axel dengan kesal. Mereka berdua menoleh ke Axel dengan terkejut. Dan Axel terlihat sangat marah karena mereka keluar dari aula padahal situasinya berbahaya disini.

"Pak Gavin kita-"

Axel terkejut melihat beberapa orang berbaju hitam itu dengan membawa pistol menyelinap masuk ke gedung sekolah. Dan dengan cepat Axel menggandeng tangan kedua anaknya itu dan membawanya ke mobilnya.

"Kita mau kemana pak?" Tanya Vyan dengan kesal.

"Masuklah dulu!" Jawab Axel dengan panik, lalu mereka berdua masuk ke dalam mobil Axel dan Axel membawa mereka menjauh dari area sekolah.

"Pak kenapa kita pergi," Tanya Vyan dengan heran. Lalu Axel menerima telepon dari rekan polisinya.

'Kita sudah mengamankan anak-anak, kita menyuruh mereka segera keluar dari gedung sekolah.'

'Iya, aku akan kesana setelah ini.'

Lalu Axel mematikan teleponnya.

"Pak Gavin sebenarnya ada apa?" Tanya Vani dengan heran.

Axel menghela nafas dengan sedih, "Tenang saja, kalian sudah aman tapi sekolahnya akan..."

DUARRRRRRR!!!!!!!!!!

Mereka berdua sontak terkejut mendengar suara ledakan besar dari arah sekolah mereka itu.

"Apa yang terjadi pak?" Tanya Vyan dengan cemas.

"Vyan Vina sementara ini kalian akan saya bawa ke rumah saya dulu," Ucap Axel, karena dia masih merasa belum aman. Jika dia membiarkan mereka pulang dia takut jika ada suruhan seperti Dion yang masih penasaran dengan Keara.

"Tapi pak-" Vyan.

"Dengarkan saja!" Sahut Axel dengan tegas, mereka berdua langsung diam dan Axel segera membawa mereka ke rumahnya.

.

Rumah Axel.

Axel membawa mereka masuk ke dalam rumahnya. Lalu Axel berbalik badan ke arah mereka berdua dengan wajah resahnya.

"Vyan...Vani dengarkan saya, kalian jangan kemana-mana sampai saya datang kesini lagi. Kalau kalian lapar ada banyak makanan disini," Ucap Axel.

"Apa terjadi sesuatu yang buruk?" Tanya Vyan dengan sedih.

Axel menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Lalu bapak akan kesana lagi?" Tanya Vani dengan heran.

"Iya." Jawab Axel.

"Kalian istirahat disini." Ucap Axel lalu dia melangkahkan kakinya untuk pergi.

"Pak Gavin..." Panggil Vani. Axel menoleh ke belakang dengan wajah datarnya itu.

"Hati-hati." Ucap Vani dengan malu.

Axel sangat senang mendengar kata itu dari anaknya sendiri, dia ingin tersenyum tapi gengsi jika mereka melihatnya.

"Ya." Jawabnya dengan singkat lalu dia segera pergi, dan Axel tersenyum kecil setelah keluar dari rumahnya itu.

"Ada apa sebenarnya," Gumam Vyan dengan cemas.

Vani tiba-tiba ambruk di lantai, dan Vyan terkejut melihatnya.

"Kau kenapa?" Tanya Vyan dengan cemas, lalu Vyan melihat wajah Vani yang pucat dan dia keringat dingin.

"Kenapa kau tiba-tiba sakit begini tadi baik-baik saja kok, kau salah makan lagi kah?" Omel Vyan dengan kesal.

Vani hanya diam, dia benar-benar lemas dan kepalanya sangat pusing dan juga nafasnya menjadi sesak.

.

Axel kembali ke sekolahan itu dan dia terkejut karena melihat gedung sekolahnya sudah hancur.

"Axel..." Panggil Eric dengan raut wajahnya yang sedih.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Axel dengan heran. Eric menganggukkan kepalanya.

"Semua anak sudah pergi. Tidak ada korban terluka." Jelas Eric.

"Maaf, seharusnya aku lebih teliti lagi. Aku tidak tahu jika ada bom di dalam gitar itu." Ucap Axel dengan merasa bersalah.

"Tidak Axel, kita sudah menonaktifkan bom itu, tapi pria yang menembak kaca tadi masuk ke dalam. Aku rasa dia yang meledakan bom baru disana. Tapi kita sudah menangkapnya sekarang dia di kantor polisi." Jelas rekan polisi itu.

Axel menganggukkan kepalanya dengan mengerti.

"Ini masalah keluargaku jadi sebesar ini...terimakasih kalian semua sudah banyak membantuku. Selanjutnya aku akan mengurus semua. Terimakasih juga Axel...." Ucap Eric sambil tersenyum.

"Ya." Jawab Axel.

"Aku akan ke kantor polisi sekarang," Pamit Eric lalu dia segera pergi ke kantor polisi.

Axel menghela nafas dengan lega, meskipun pada akhirnya semuanya tetap hancur tapi dia lega karena tidak ada korban.

.

Setelah Axel menyelesaikan semuanya dia segera pulang ke rumahnya karena anak-anaknya berada disana sekarang.

Saat Axel masuk ke dalam dia terkejut melihat Vani yang terbaring di sofa dan Vyan yang duduk jongkok di sebelahnya.

"Vyan ada apa? kenapa dengan Vani?" Tanya Axel dengan cemas.

"Pak Gavin aku tidak tahu tapi Vina lemas begitu saja, aku tidak bisa telepon bapak karena Hpku berada di tas." Jelas Vyan dengan cemas.

Vina menghela nafas, "Aku baik-baik saja kenapa tidak percaya sih..." Ucap Vani dengan suara lemasnya.

Axel langsung jongkok di sebelah Vyan, dan dia menyentuh kening Vani karena dia takut jika Vani mengalami demam. Vani menoleh ke Axel, dia merasa nyaman saat Axel berada di sampingnya, dia juga heran kenapa dia merasakan hal ini. Dan Vani menyamakan perasaannya saat dekat dengan Ivan sama seperti sekarang.

Beginikah rasanya punya papa? kenapa rasanya lebih nyaman daripada dengan paman Ivan. (Batin Vina).

1
hitijahubessyjeane 01
keren
Mbak Thia
cerita nya bagus tapi tolong di tetap kan namannya Vina apa vani
Gywnee: namanya vina, kadang salah ketik ☺🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!