NovelToon NovelToon
11:12 - Rooks Stand Sentinel

11:12 - Rooks Stand Sentinel

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Bullying di Tempat Kerja / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Suryavajra

Trust-issue bukanlah kelainan jiwa. Semua orang dapat mengalaminya.

Di saat ekspektasi kita terlalu tinggi dan ternyata tidak tercapai, maka kekecewaan bisa saja terjadi.

Cerita fiksi dengan latar belakang kota London, Inggris di tahun 2019. Semua karakter, nama, tempat, maupun organisasi adalah bagian dari cerita, bukan mewakili kondisi sebenarnya di dunia nyata.

Disarankan berusia di atas 18 tahun untuk membaca cerita fiksi ini karena mengandung adegan kekerasan, pembunuhan, perkataan kasar, penyalahgunaan obat, dan aktivitas merokok.

Cerita mengandung beberapa ungkapan yang ditulis dalam bahasa asing dan istilah keuangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suryavajra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 33 - London, Victoria Line - 11/12/2011 0807 HRS

11 Desember 2011 adalah hari yang penting bagi anak-anak sekolah yang tergabung di dalam Army Cadet Force karena acara ini dibuka oleh Pangeran Charles.

Untuk melatih kemandirian anak-anak usia 12 sampai 18 tahun tersebut, orang tua murid dilarang mengantar anaknya ke lokasi Unity Day. Namun ternyata di Tower of London, para orang tua murid sudah ramai berkumpul siap mengabadikan kegiatan anak-anaknya di Unity Day 2011.

Usaha untuk mencegah kemacetan yang terjadi di sekitar Tower of London akhirnya sia-sia.

Meskipun ada fotografer resmi dari kerajaan, dan setiap anak dijamin akan mendapat fotonya, tetap saja banyak orang tua murid yang mendadak jadi “Uncle Bob” - sebutan bagi fotografer dadakan yang menggunakan peralatan mutakhir seperti lensa premium 100-300 dengan bukaan f/2.8 dan sejenisnya.

Di tahun 2011, Keelan Flynn menanjak usia 18 tahun. Ia bergabung di ACF sejak usia 12 tahun. Prestasinya di ACF juga sangat baik, sehingga di tahun tersebut ia mendapat pangkat tertinggi untuk cadet muda yaitu CWO atau Cadet Warrant Officer.

Keelan Flynn ditugaskan di markas Greater London South West Sector Army Cadet Force, di Battersea. Soft skill yang dicapai Keelan sejak pertama bergabung menjadi ACF diakui sebagai yang terbaik di sektor Barat Daya, sehingga ia dipercaya untuk menjadi pemimpin di gerbong tube nomor 5 yang sudah dikhususkan untuk para anggota ACF dari sektor Barat Daya London yang mengikuti Unity Day.

Saat itu waktu menunjukkan pukul 08.07, beberapa menit setelah matahari terbit pukul 07.56 di musim dingin tahun 2011. Keelan tidak mengenal semua anak yang berada di gerbong 5, karena rekan yang lain sesama cadet dari Battersea juga memimpin rombongan lain yang menggunakan transportasi bus dan jalur transportasi lain. Hanya ada satu anak yang ia kenal dari detasemennya, masih berusia 15 tahun.

Sesaat setelah rombongan cadet ini masuk ke tube, Keelan hanya berkeliling di gerbong 5 sambil menghitung jumlah anak yang ikut di gerbong tersebut.

Rombongan di tube ini sangat berisik karena didominasi anak-anak usia 12 sampai 15 tahun yang terlalu bersemangat untuk unjuk gigi masing-masing detasemennya, berbaris dalam parade di hadapan orang tua, media, dan tentu saja Pangeran Charles. Hanya beberapa anak saja yang berusia 16 sampai 18 tahun termasuk Keelan yang bertugas menjadi kepala rombongan.

"Ladies and gentlemen, we are approaching Cannon Street station," terdengar suara pengumuman bahwa kereta hampir sampai di stasiun Cannon Street.

Pengumuman ini disambut sorak-sorai anak-anak kecil cadet yang gembira bahwa tinggal satu stasiun lagi, mereka akan sampai di tujuan.

Namun tiba-tiba, seorang pria Asia berlari dengan panik memasuki gerbong 5, tempat Keelan dan anak-anak ACF berada. Pria itu mengenakan rompi bunuh diri yang penuh kabel dan detonator.

“Jangan bergerak kalian tentara-tentara sialan!” teriak pria tersebut, “Pulanglah kalian dari Afghanistan!”

Saat itu juga panik melanda, teriakan dan tangisan anak-anak cadet usia 12-13 tahun terdengar di mana-mana.

Keelan Flynn langsung maju ke depan pria tersebut, “Sir! Kami bukan tentara. Kami memang menggunakan seragam militer untuk upacara, tapi kami adalah cadet, bukan militer,”

“Persetan dengan ucapanmu!” teriak pria tersebut mengacungkan detonator ke wajah Keelan.

“Sir,” kata Keelan lagi.

“DIAM!” teriak pria itu.

Mendadak semua diam dan gerbong 5 jadi hening. Beberapa cadet kagum dengan keberanian dan kenekatan Keelan. Seperti yang diucapkan Keelan barusan, mereka hanya kadet dengan seragam militer. Mereka diajarkan menembak dan keterampilan militer lainnya, tapi tidak diajarkan menanggulangi teror seperti saat itu. Juga, mereka bukan anggota militer.

"Ladies and gentlemen, we are approaching Cannon Street station. Please ensure you have all your belongings with you as you prepare to disembark. Mind the gap between the train and the platform, and thank you for traveling with us on the London Underground." kembali terdengar pengumuman di kereta, tapi kali ini tidak ada yang menyorakinya sama sekali.

“Apakah ada Cadet Staff Sergeant dan Cadet Sergeant di sini?” tiba-tiba Keelan bertanya tanpa berpaling dari pria dengan detonator di tangan kanannya.

Di ujung kereta ada Amisha Catterson, seorang Cadet Sergeant menoleh ke arah Keelan. Di dekat Keelan ada Cadet Sergeant Jane Park berdiri perlahan, dan di tengah kereta seorang Cadet Staff Sergeant bernama Charlotte Alison juga berdiri pelan-pelan.

“DIAM KAU!” teriak pria itu, “Aku aktifkan bom ini sekarang jika kalian bergerak!”

“Dengar kalian semua! Cadet Staff Sergeant dan Cadet Sergeant bawa seluruh cadet ke gerbong 4 SEKARANG!” Seketika itu juga Keelan menangkap tangan pria yang memegang detonator tersebut dan mendorongnya ke pintu menuju gerbong 6.

Teriakan dan tangisan semakin histeris. Tapi Amisha, Jane dan Charlotte yang sudah mendapatkan FTX atau Field Training Exercise dalam latihan evakuasi sederhana, secara refleks mengikuti instruksi Keelan untuk mengevakuasi para cadet muda ke gerbong 4.

Kepanikan pindah ke gerbong 4 karena penumpang di gerbong 4 kaget atas berhamburnya para cadet cilik ini dengan teriakan dan tangisan.

Anggota regu Keelan ada yang tidak menuruti perintah Keelan, ia bersembunyi di balik Keelan dan mencoba berkomunikasi dalam bahasa Arab untuk negosiasi.

“Apa yang kau lakukan?” Keelan kaget ada anggota regunya belum dievakuasi, “Cepat kau lari ke gerbong 4!”

Keelan masih menahan tangan pria itu. Anak itu hanya menatap Keelan kebingungan.

“Aku tidak mengerti bahasa Arab!” kata pria Asia tersebut yang logatnya seperti dari Birmingham, “Bicaralah dalam bahasa Inggris!”

Pria itu hanya berwajah seperti dari Afghanistan atau sekitarnya, tapi bahasa Inggrisnya sangat lancar. Anak itu belum juga beranjak ke gerbong 4, malah berpegangan pada pinggang Keelan sambil gemetar hebat.

“Cadet Sergeant!” teriak Keelan, “Tolong tarik anak ini ke gerbong 4!”

Jane Park yang ada di ujung pintu segera lari menarik anak 15 tahun itu dari belakang Keelan ke gerbong 4, “Ayo, ayo sini!”

“Tutup pintunya!” tambah Keelan.

“Sok pahlawan!” teriak pria tersebut.

Penumpang di gerbong 6 mulai panik ketika salah satu dari mereka melihat seorang cadet muda sedang berkelahi dengan seorang pria yang menggunakan rompi bom bunuh diri.

Saat itu tinggal Keelan dan pria Asia tersebut yang tersisa di dalam gerbong 5. Keelan segera menarik pria tersebut ke tengah kereta untuk menghindari bom meledak di dekat gerbong 6 yang penuh penumpang juga.

Tube akhirnya sampai di stasiun Cannon Street dan pintu kereta terbuka. Para penumpang di gerbong 4 dan 6 berhamburan keluar dengan panik sambil berteriak tentang ancaman bom, mengejutkan penumpang lain sehingga timbul kekacauan.

Meskipun BTP atau British Transport Police minta para penumpang untuk tertib, tapi kepanikan luar biasa menyelimuti stasiun Cannon Street di pagi itu.

Cadet Sergeant Jane Park lari menghubungi salah satu anggota BTP untuk konfirmasi kondisi di gerbong 5. Sebelumnya di gerbong 4, Cadet Staff Sergeant Charlotte Alison sudah lapor kepada TfL mengenai situasi darurat melalui interkom kereta.

BTP langsung mengaktifkan protokol keamanan dan memberitahu TfL dan CTSFO. Petugas TfL pun bergegas menutup stasiun dan menghentikan semua kereta yang menuju ke stasiun tersebut. CTSFO akan dikerahkan ke stasiun Cannon Street untuk menangani situasi tersebut.

Sedangkan Cadet Sergeant Amisha Catterson sibuk menenangkan bocah-bocah cadet kecil yang awalnya bersemangat hendak bertemu Pangeran Charles, sekarang berubah mencari orang tuanya masing-masing.

Seorang cadet perempuan berusia 12 tahun menangis keras memanggil orangtuanya. Charlotte segera menggendongnya dan menitipkan kepada seorang BTP.

Petugas TfL dan BTP dengan sigap membantu penumpang keluar dari stasiun dengan aman. Penumpang di gerbong yang terkena dampak akan dievakuasi terlebih dahulu. Penumpang di gerbong lain dievakuasi setelahnya.

Kekuatan Keelan rupanya masih kalah dengan pria itu. Pria itu berhasil merebut kembali detonator yang sudah direbut Keelan.

Pria itu tertawa dan bermaksud menekan detonatornya.

Keelan terkejut dan segera lari keluar dari kereta.

“AWAS LEDAKAN!” teriak Keelan yang berhasil keluar dari kereta, kemudian lari ke arah platform, tapi tergelincir jatuh.

“Matilah kalian semua!” pria itu menekan detonator.

Ternyata bomnya gagal berfungsi. Ia menekan sekali lagi, tapi tidak berfungsi lagi.

“Ke sini! Ke sini!” Charlotte berteriak kepada Keelan yang awalnya pasrah tengkurap menunggu bom meledak.

Ketika Keelan menyadari bahwa bom gagal meledak, ia berlari ke arah Charlotte. Amisha dan Jane juga berlari menjemput Keelan. Sementara itu seorang BTP berjaga dengan taser, karena ia tidak dilengkapi dengan senjata api. Ia menunggu rekannya yang mempunyai kualifikasi senjata api untuk datang ke lokasi.

Meskipun BTP dilengkapi senjata api, tetapi penggunaannya diatur secara ketat. Petugas BTP hanya akan menggunakan senjata api jika mereka yakin bahwa itu adalah cara yang tepat untuk melindungi diri mereka sendiri atau orang lain dari bahaya.

Frustrasi dengan detonator yang rusak, pria Asia itu  mengeluarkan granat dan melemparkannya ke arah Charlotte.

Keelan kebetulan melihat granat tersebut, langsung bereaksi dengan sigap. Dia mendorong Jane Park, Charlotte Alison, dan Amisha Catterson ke bawah kursi, melindungi mereka dari ledakan.

Ledakan granat mengguncang platform. Teriakan keras dari seorang BTP menggema di stasiun. Rupanya petugas BTP yang baru tiba membawa senjata api tadi tidak melihat granat. Sebagian wajah dan tangannya terluka pecahan granat.

Keelan terhuyung-huyung, kepalanya berdengung. Meskipun ledakannya kecil, tapi asap mengepul di udara, bau mesiu dari granat menusuk hidung.

“POLISI BERSENJATA!” tiba-tiba CTSFO sudah tiba di lokasi dan mengarahkan H&K MP5-nya ke arah pria tersebut. Beberapa anggota CTSFO mengevakuasi anggota BTP yang terluka.

CTSFO langsung menilai situasi dan menentukan tingkat ancaman. Sementara itu beberapa anggota BTP memindahkan  keempat cadet yang masih terguncang akibat ledakan granat tadi ke tempat yang lebih aman dari ancaman. Tapi sayangnya mereka belum bisa dievakuasi ke luar stasiun karena kondisi stasiun masih panik penumpang berebut keluar.

“Control, ini November Nine,” kata seorang CTSFO melapor, “Perilaku target panik, kemungkinan besar tidak terlatih. Jarak antara CTSFO dan target sekitar 50 meter, tidak ada sandera dalam visual. Potensi bahaya bagi publik sangat tinggi, satu granat meledak!”

“Terima kasih November Nine,” jawab seorang inspektur CTSFO, “Negosiasi diambil alih oleh Control! Eagle Eye, standby untuk menembak jika ada indikasi detonator akan ditekan!”

“Roger that, Control!” terdengar jawaban di radio dari seorang penembak runduk atau sniper.

Pria Asia dengan rompi bunuh diri tersebut berdiri di depan gerbong 5 dengan pandangan bingung dan panik. Detonator-nya macet, granat hanya satu dan sudah meledak. CTSFO telah mengepung gerbong dan mencoba menegosiasikan dengan pria tersebut untuk menyerahkan diri.

"Halo, bisakah anda mendengar saya?"

"Ya, saya bisa mendengar! Aku tidak tuli!" jawab pria itu dengan bahasa Inggris yang fasih.

"Nama saya John Chatham, saya inspektur dari CTSFO. Kami di sini untuk membantu anda. Siapa nama anda?"

"Anda tidak bisa membantu saya. Saya sudah mati! Kami semua sudah mati!"

"Anda tidak harus mati. Tidak ada yang mati, tuan! Anda masih bisa menyerahkan diri dan menjalani hidup anda yang lebih baik."

"Tidak ada gunanya. Saya sudah melakukan apa yang harus saya lakukan."

"Anda masih bisa menyelamatkan nyawa orang lain. Tolong, serahkan diri anda."

"Saya tidak peduli dengan orang lain. Saya hanya peduli dengan diri saya sendiri."

"Pikirkan tentang keluarga Anda. Pikirkan tentang teman-teman Anda. Anda tidak ingin menyakiti mereka, bukan?"

"Sudah terlambat untuk itu. Kalian semua yang menyakiti keluarga dan negara kami! Sudah terlambat! Sudah terlambat!"

"Tidak pernah terlambat untuk melakukan hal yang benar. Tolong, serahkan diri anda."

“Eagle Eye mendapatkan clear shot!” kata salah satu sniper CTSFO dari SCO19, “Mohon izin menembak!”

Namun tiba-tiba terdengar ledakan dahsyat di stasiun tersebut. Rupanya kali itu detonator bekerja walau tanpa ditekan oleh pria tersebut. Energi kimia dalam bahan peledak diubah menjadi energi panas, cahaya, dan suara.

Hukum kekekalan energi di stasiun itu menghasilkan energi panas menyebabkan luka bakar dan kerusakan pada bangunan. Energi cahaya menyebabkan kilatan terang. Energi suara menyebabkan ledakan keras.

Charlotte menutup telinganya karena energi suara yang dihasilkan cukup besar walau ia berada di jarak 200 meter dari pria tersebut. Ia tanpa sadar berguling menabrak kolom bangunan.

Amisha berteriak keras, tubuhnya terdorong ke dinding oleh gaya energi yang dilepaskan bom. Hukum Newton tentang gerak dari ledakan bom di saat itu, menghasilkan gaya yang mendorong benda-benda di sekitarnya.

Begitu pula Jane dan Keelan sama-sama terkena imbas hukum termodinamika. Ledakan menghasilkan panas dan entropi. Mereka yang di posisi lebih depan dari Amisha dan Charlotte merasakan energi panas hingga Keelan jatuh terhempas ke lantai hingga pingsan tersengat energi panas tinggi.

Beberapa anggota CTSFO yang mengepung pun banyak yang terjungkal karena ledakan besar itu, karena jarak antara mereka hanya 50-100 meter kecuali penembak runduk.

Ledakan di ruang tertutup menghasilkan efek yang lebih besar daripada ledakan di ruang terbuka. Kerusakan yang ditimbulkan ledakan yang tidak sengaja tersebut memakan korban jiwa dan kerusakan bangunan yang tidak sedikit.

Pria pelaku bom bunuh diri tersebut saat itu sudah tidak berbentuk manusia utuh. Kemungkinan besar, ketika tadi detonator tidak berfungsi, ada seseorang yang memicu ledakan dari jarak jauh.

Beberapa detik kemudian Keelan sadar dari pingsan. Ia melihat ke sekeliling, keadaan kacau balau. Beberapa petugas CTSFO dan BTP terluka, beberapa bahkan tergeletak tak bernyawa.

CTSFO (Counter Terrorism Specialist Firearms Officers) adalah unit elit dalam Kepolisian Metropolitan London yang bertanggung jawab untuk menanggulangi terorisme. Unit ini terdiri dari sekitar 500 petugas yang terlatih dan dilengkapi dengan baik untuk menangani situasi berbahaya. Hari itu beberapa yang terbaik gugur dalam ledakan.

Keelan kemudian memeriksa sekelilingnya, lalu menemukan Charlotte yang tergeletak lemas. Keelan melihat tag namanya, “Er.. Cadet Staff Sergeant Alison, apakah kau sadar?”

Charlotte mengangguk perlahan.

Api berkobar, asap tebal mengepul, dan puing-puing berjatuhan. Jalur evakuasi yang sebelumnya aman terhalang. Keelan berteriak minta tolong sambil membopong Charlotte.

Tiba-tiba, Keelan melihat sebuah lubang kecil di dinding stasiun. Lubang itu cukup besar untuk dilalui seorang anak. Ia segera membawa Charlotte ke sana dan berteriak minta tolong.

Tak lama kemudian ada jawaban dari balik lubang tersebut, seorang petugas NHS bertanya status Keelan.

Keelan membantu Charlotte untuk naik ke lubang tersebut sehingga petugas National Health Service bisa menariknya dari balik dinding tersebut. Charlotte mengerang kesakitan karena celah tersebut tidak cukup besar. Tubuhnya bergesekan dengan sisi celah yang berakibat luka goresan.

Setelah Charlotte berhasil dievakuasi, kemudian Keelan kembali ke lokasi awal, mencari yang bisa dibantu lagi. Ia mendapati Amisha yang mulai bangkit dari reruntuhan kursi.

Keelan dengan cepat menggendong Amisha untuk dievakuasi lewat lubang kecil tadi. Kali ini lubang sudah mulai lebih besar karena sudah diperbesar oleh pemadam kebakaran yang membawa alat penghancur tembok. Dengan demikian, Amisha tidak perlu kesakitan melalui lubang itu.

Setelah para petugas NHS mengevakuasi Amisha, petugas pemadam kebakaran kembali berusaha membobol dinding tersebut supaya lebih besar, sehingga orang dewasa bisa melaluinya.

Sementara itu Keelan langsung berlari ke lokasi awal lagi karena ketika ia menggendong Amisha, ia melihat Jane mulai siuman.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Keelan kepada Jane.

Jane hanya meringis kesakitan, kaki kirinya terluka. Kacamatanya kehilangan satu lensa.

“Kau bisa bergerak?” tanya Keelan.

Jane menggeleng, kakinya dirasa sakit sekali.

Keelan melihat ke sekeliling, dilihatnya ada seorang anggota CTSFO yang tidak selamat. Kondisinya mengenaskan karena salah satu kakinya hilang entah ke mana.

Keelan melihat ada first aid pouch di jasad anggota CTSFO itu. Ia mengambilnya lalu segera kembali ke lokasi Jane.

Sementara itu petugas pemadam kebakaran rupanya masih berupaya keras memperbesar lubang supaya bisa dilalui. Terdengar suara bor dan penghancur didinding bekerja keras di celah tadi.

Keelan segera memberikan pertolongan pertama pada luka Jane. Untung saja ada tas P3K dari petugas CTSFO yang gugur di stasiun tersebut, karena luka Jane cukup serius.

Setelah selesai membalut luka Jane, Keelan bersiap menggendong Jane.

“Cadet Warrant Officer,” kata Jane lemah, “Siapa namamu?”

“CWO Flynn,” jawab Keelan, “Keelan Flynn.”

“CWO Flynn,” kata Jane perlahan, “Aku Cadet Sergeant Park, Jane Park. Greater London South West Sector Army Cadet Force, 13 Company, 137 Cadet Detachment, Putney. Kau dari detasemen mana?”

“Simpan tenaga, Cadet Sergeant Park! Kita kekurangan oksigen di sini,” kata Keelan sambil terbatuk-batuk, “Aku dari HQ, Battersea. Jangan terlalu banyak bicara sampai kita menemukan petugas NHS yang bisa memeriksa kondisimu.”

Keelan bersiap menggendong Jane, “Aku akan membopongmu, siap.. Satu dua tiga!”

Keelan mengangkat tubuh Jane.

“Aku sebenarnya medical support, CWO Flynn.” kata Jane lagi. Jane juga ikut batuk-batuk.

“Selalu ada yang pertama kali, CS Park. Kadang medical support juga memerlukan support,” sahut Keelan dengan nafas berat, “Ayo kita lalui bersama krisis ini!”

“Aku tidak akan lupa nama dan wajahmu,” kata Jane Park, “Terima kasih, mate!”

Keelan tidak menjawab, ia hanya membopong Jane menuju lubang evakuasi tadi.

“Nona!” teriak petugas pemadam kebakaran, “Mundur sedikit!”

Keelan mundur sambil membopong Jane yang terluka.

“Lagi,” kata petugas itu, “Mundur lagi, kami akan menggunakan peledak low explosive untuk memperbesar lubang ini!”

Keelan mundur ke posisi aman di balik pilar besar dan melindungi Jane.

"Fire in a hole!" terdengar ada teriakan dari luar.

“BLAR!” terdengar sebuah ledakan kecil, diiringi derap langkah beberapa orang masuk.

Di barisan depan, tampak dua regu CTSFO masuk lebih dahulu. CTSFO segera bergegas mengamankan area tersebut untuk menelusuri platform dan mencegah ledakan berikutnya. Mereka melakukan penyisiran untuk mencari bahan peledak atau perangkat berbahaya lainnya.

“CLEAR!” teriak seorang petugas CTSFO, yang kemudian diikuti pemadam kebakaran dan NHS yang berlarian masuk ke dalam.

Keelan sudah kehabisan tenaga, nafasnya mulai pendek karena asap dari sisa kobaran api yang masih berkobar. Ia hanya bisa duduk terkulai dengan Jane Park di pangkuannya.

Keelan melihat samar beberapa orang dari London Fire Brigade memadamkan api dengan alat pemadam api ringan, diikuti petugas lain yang membawa masuk selang air.

“Nona, kami NHS!” dua orang petugas menghampiri Keelan, “Bisa konfirmasikan identitas anda?”

“Aku CWO Keelan Flynn,” jawab Keelan pelan, “Dan ini Cadet Sergeant Jane Park,”

Dua emergency stretcher yang diusung empat petugas NHS menghampiri mereka. Mereka memakaikan masker oksigen kepada Keelan dan Jane yang mulai kehabisan nafas. Mereka berdua segera dievakuasi ke luar.

Jane memperlihatkan bekas luka di kakinya, “Delapan tahun berlalu, tapi bekas jahitan ini belum hilang.”

Ann memperhatikan bekas jahitan itu dengan seksama. Ia masih terkesima seakan tidak percaya dengan cerita mendadak dari Charlotte, Amisha, dan Jane mengenai kejadian 8 tahun yang lalu di stasiun Cannon Street.

Ann sangat tercengang, “Ini rasanya seperti di film action, aku hampir tidak percaya jika kalian benar-benar mengalaminya di dunia nyata!”

Ann juga tidak menyangka bahwa keempat gadis di depannya secara kebetulan adalah saksi mata, dan ternyata pernah bertemu sebelumnya tanpa sempat berkenalan. Hanya Jane yang sempat mengenalkan dirinya kepada Scarlett.

“Ketika sampai di rumah sakit, dokter bertanya siapa yang merawat pertolongan luka kaki kiriku,” kata Jane Park, “Kata dokter, jika pertolongan pertama itu tidak dilakukan, maka saat itu mereka harus amputasi kaki kiriku.”

Scarlett hanya memegang kepalanya. Amisha menghampiri Scarlett, duduk di sampingnya - lalu merangkul Scarlett.

“Itu sebabnya aku tidak mungkin melupakan Keelan Flynn,” kata Jane lagi, “Tapi sayangnya ketika aku sembuh, aku mencarimu ke Battersea, mereka bilang CWO Flynn sudah tidak di HQ. Mereka tidak bersedia mengatakan kau di mana.”

“Ya,” Charlotte menambahkan, “Aku juga mencarinya, tapi dia tidak lagi di Battersea. Aku juga tidak tahu Keelan Flynn dari SMA mana. Tidak sangka bahwa kita bertemu kembali di sini, tapi dengan nama Scarlett Corbyn.”

“Aku dan Charlotte tidak mengenali Scarlett sebagai Keelan karena kurangnya informasi kontekstual.” Amisha menatap Scarlett.

Scarlett memandang ke-empat rekannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Kebetulan kami bertemu Keelan di luar konteks di mana kami mengenalnya. Sehingga mungkin sulit untuk mengingatnya ketika Keelan muncul dengan Nama Scarlett.” kata Amisha perlahan, “Scarlett, er.. Keelan, apakah kau mulai ingat?”

“Ya,” jawab Scarlett lirih, “Sekarang aku mengingatnya. Setiap detail kejadian itu aku sekarang ingat setelah kalian bertiga menceritakannya. Tapi untuk bagian lain aku belum ingat, termasuk ke mana aku pergi setelah dari Battersea,”

“Sudah jangan terlalu dipaksakan untuk ingat,” kata Amisha lalu memeluk Scarlett dari samping, “Pantas saja aku merasa pernah mengenalmu sebelum ini. Bahkan di Trafalgar Square dan di Yat Hei, aku merasa tidak asing walau aku tidak yakin.”

“Yat Hei?” Ann tidak mengerti, “Chinatown? Restoran itu? Yang selalu bertanya berapa orang? Yang kalau tidak memesan Chinese tea, tagihannya jadi lebih mahal?”

Amisha kaget dengan rentetan pertanyaan itu.

"Gawat kalau Ann sampai tahu!" teriak Amisha dalam hati.

“Kalian pernah ke sana?” tanya Ann lagi.

“Er itu aku..” Amisha terbata-bata menjawab.

Charlotte memotong pembicaraan, “Aku sebenarnya lega, Scar! Atau Keelan..”

“Mohon panggil aku Scarlett saja,” pinta Scarlett, “Aku tidak terbiasa dengan nama Keelan, sepertinya nama itu asing, meskipun ternyata itu nama asliku.”

Ann duduk di samping Scarlett, bersama Amisha. “Meskipun sulit dipahami soal tadi kau pingsan di St Pancras, lalu tiba-tiba mengalami penglihatan masa lalu di kereta itu. Tapi sebenarnya aku senang bahwa kau sudah mengingat sebagian.”

Ann menghempaskan punggungnya di sofa, “Oh, betapa lega.. Aku tidak bisa membayangkan seseorang hidup dalam kondisi amnesia seperti Jason Bourne di dunia nyata.”

Scarlett tersenyum menoleh pada Ann.

“Kau tahu film Jason Bourne?” tanya Ann, “Amnesia juga tapi ternyata dia seorang CID..”

“CIA, Ann..” kata Charlotte, “CID itu Criminal Investigation Division.”

Ann menunjukkan wajah kurang senang ketika dikoreksi Charlotte. Ia segera memonyongkan bibirnya meledek Charlotte.

“Aku mungkin pernah melihat film itu, tapi belum ingat.” jawab Scarlett.

“Setidaknya kita tahu,” kata Ann, “Kau ternyata orang Irlandia. Flynn nama keluarga Irlandia, Jadi kau bukan Scouse. Rencana kita ke Liverpool batal. Sayang sekali,”

“Kau berencana ke Liverpool?” tanya Charlotte, “Bukannya mau ke Folkestone lagi?”

“Eejit!” Ann menendang Charlotte dari sofa. Untung saja Charlotte berhasil menghindar.

Semua tertawa melihat ulah Ann, kecuali Jane yang tidak mengerti.

“Er by the way,” kata Jane membuka pembicaraan lagi, “Mengapa kok Keelan, Amisha dan Charlotte agak babak belur ya? Er, Keelan bukan agak.. Tapi sangat babak belur?”

“Cape deh,” kata Ann terbayang harus mengulangi cerita kejadian di Dover Place sekali lagi.

Ia mencari Elara Windsor tanpa beranjak dari sofa, “Bibi Ela, gantian kau yang cerita kepada Jane! Aku lapar!”

“Bibi Ela kan sudah pulang,” kata Charlotte.

1
Suryavajra
ini kelewatan ga riset dulu kak.. semoga ada.. pas ngetik episode ini, pas baru pulang dari Alfamart. Dekat kasir ada Chupa Chups hahahaha 🤣🤣🤣🤣
Suryavajra
wahahahahahahaha.. itu yang di profile picture namanya Bumbung kak.. tadinya mau dibikin cerita fabel tapi takutnya boring, karena kerjaan kucing cuma tidur, makan, kejar cicak, tangkap lalat, mengamati laba-laba.. ga ada plot twist 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rona Risa
ibaratnya angan film romantis kenyataan kocak kayak film domba... yah pertanda bertepuk sebelah tangan kalau begini 😂
Suryavajra: wkwkwkwkwkwkwkwk 🤣🤣🤣🤣🤣
Rona Risa: lah emang tanda-tandanya sejelas mendung mau hujan 😂😂😂
total 3 replies
Rona Risa
kayak fifty shades of grey gitu? 😂
Suryavajra: wkwowkwowkwowkwowkwowk
total 1 replies
Rona Risa
ditangkap lalu disiksa sampai amnesia?
Suryavajra: nyaris kirim 3 batang coklat almond hahahahahaha 🤣🤣🤣🤣
Rona Risa: haha bagus saya masih manusia, bisa keliru 😆
total 3 replies
Rona Risa
bau ya? 🤣🤣🤣
Suryavajra: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Rona Risa
hai pus 🐱 apa itu kamu yang di profil picture author? 😂
Rona Risa
oh di london juga ada chupa chups ya? 😂
Rona Risa
sugar rush. awas lompat-lompat dalam mobil nanti 🤣
Rona Risa
jangan kebanyakan melamun ann 😂
Rona Risa
hmmm menarik
Rona Risa
true 😅😁
Rona Risa
interesting... kakek buyutku juga panjang umur walau perokok berat. tapi dulu dia merokok dengan rokok organik--tembakau yang dilinting pakai klobot (daun jagung kering kalau gak salah). sementara rokok buatan pabrik sekarang kan ada zat kimianya. bukankah benar jadi ada resiko membunuh? 🙃
Rona Risa
ini sudah setara mafia sih
Rona Risa
sekolahin dulu makanya biar pintar 🤣
Rona Risa
junior kalah sama senior 😂
Rona Risa
wah dapat istilah baru... 😯
Rona Risa
mix feelings ya ann 😅🥲
Rona Risa
😂😂😂😂😂😂😂
Rona Risa
olok-olok khas untuk polisi 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!