Alexa Rahmania atau biasa di panggil Ale mahasiswi berprestasi penyuka anak kecil. Ale anak kedua dari pasangan Rahmat Hudaya seorang pegawai pemerintahan dan Ida ningsih ibu rumah tangga.
Ardan Ramadhan kakak dari Ale seorang abdi negara kebanggaan Ibu Ida. Ibu Ida kerap kali membedakan kedua putra putrinya.
Bagaimana kisahnya??
Ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Sita
Sampai di rumah Opa Faris, Oma Winda dan Keira menyambut hangat kedatangan Ale dan Bima. Bukan hanya mereka melainkan ada Pak Rahmat dan Ardan juga. Tak ketinggalan Ayah Rehan, Bunda Sarah, Dinda dan Nayla. Hanya keluarga Arif dan Dina juga si tampan Kelen yang tak bisa hadir karena Arif harus keluar kota.
"Ayah,,," Ucap Ale memeluk Pak Rahmat.
Tak ada Bu Ida di sana karena Bang Ardan tak ingin Ibu nya merusak suasana kehangatan keluarga Anggara. Ardan dan Pak Rahmat pun masih mengenakan pakaian dinasnya. Cukup lama Ale memeluk Pak Rahmat kemudian pelukannya berpindah pada Ardan. Ardan mendaratkan kecupan sayangnya di puncak kepala Ale.
"Makasih Bang, udah sempetin datang ke sini." Ale.
"Akan selalu ada waktu untuk adek Abang ini." Ardan.
Semua pun ikut larut dalam keharuan Ale dan Ardan. Pasalnya semua tau jika hubungan Ale dan Ardan baru saja membaik setelah bertahun-tahun bersitegang yang tak pernah tau akar permasalahannya. Seperti halnya dengan ibu Ida yang selalu bersikap ketus pada Ale.
Merasa terabaikan oleh Ale tangis Keira pun pecah. Ale melepaskan pelukannya pada Ardan karena dirinya baru menyadari ada hal yang lebih penting dari Ayah dan Kakaknya yakni putri kecilnya yang satu minggu ini telah di tinggalkan. Ale mendekat pada Keira mengulurkan tangannya dan tak di sangka Keira segera menghambur dan memeluk Ale dengan erat.
"Ya Tuhan ada yang lebih merindukan adikku Dan." Bisik Pak Rahmat pada Putra sulungnya.
Ardan hanya mengulas senyumannya melihat kedekatan Ale dan Keira.
"Man, besok jangan lupa ya. Atau kamu menginap saja di sini sekalian." Ayah Rehan.
"Iya Bang Firman pamit ke apartemen dulu nanti malam balik ke sini." Firman.
"Ke apartemen apa ketemu cewek lu?" Sindir Bima.
"Loh, udah ada calon Man?" Bunda Sarah.
"Jangan dengerin Bima Kak. Dia suka ngaco emang kalo baru turun dari pesawat." Firman.
Setelah bercengkrama sebentar Firman berpamitan pulang terlebih dahulu karena harus mengurus pekerjaannya terlebih dahulu sebelum ke apartemen dan kembali ke kediaman Anggara. Bersamaan dengan itu Pak Rahmat dan Ardan pun berpamitan pulang karena mereka pun harus kembali ke kantor masing-masing.
"Ayah jaga kesehatan ya jangan sampai sakit." Pesan Ale.
"Iya Adik juga ya. Kuliah mu tinggal sedikit lagi jangan sampai terabaikan. Semua harus sejalan." Pak Rahmat.
"Siap Ayah." Ale.
"Abang pamit juga ya. Jangan malas-malasan ngerjain skripsinya biar cepet selesai kasian ponakan Abang di tinggal-tinggal terus." Ardan.
"Iya Bang. Abang jaga kesehatan ya. Sama jangan lupa cepet kasih Onty buat Keira." Ale.
"Hahaha... Do'akan saja ya." Ardan.
Pak Rahmat dan Ardan pun berpamitan pada Bima dan seluruh keluarga Anggara. Bima memeluk Ale dari samping karena jelas terlihat jika Ale masih merindukan Ayah nya. Orang yang selalu ada, cinta pertama sang istri. Bima tak dapat menggantikan posisi Pak Rahmat di hati Ale.
"Tan, ini jadwal bimbingan Tante ya. Nanti Tante barengan sama Tiwi. Aku sama April berpisah." Keluh Dinda memberikan map pada Ale.
"Kenapa bisa begitu?" Ale.
"Ga tau Tan. Coba cek grup aja di sana juga ada keterangannya." Dinda.
"Ah, iya selama liburan ponselku di sita Mas Bima." Ale.
"Loh, kenapa begitu Bim?" Tanya Bunda Sarah.
"Ponselnya bunyi terus Kak. Bima silent jadinya terus di simpan di tas." Bima.
"Kenapa begitu?" Oma Winda.
"Ganggu dong Mi." Bunda Sarah.
"Nah, itu tau." Bima.
"Astaga! Jahat banget sih Om.." Dinda.
"Iya ih... Masa gitu sih Om?" Nayla.
"Ngga apa-apa. Lagian aku juga ga apa-apa kok." Bela Ale pada Bima.
"Nah, kan." Bima.
"Ya Ale sih pasrah ya Le. Orang ga sempet juga pegang hape." Bunda Sarah.
Blush...
Pipi Ale merona saat Bunda Sarah menyindirnya. Bukan merasa tersindir memang benar adanya. Ale hanya bisa meringkuk di ranjang akibat perbuatan suaminya. Hanya di dua hari terakhir Ale bisa leluasa bergerak namun itupun tak bisa membuatnya fokus pada ponsel karena Ale asik menikmati pemandangan tempat wisata di sana.
"Mamam.." Celoteh Keira membuat semua atensi tertuju padanya.
"Kesayangan Mommy laper ya?" Tanya Ale pada Keira.
Dan wow Keira menganggukkan kepalanya membuat semua tercengang. Ini kali pertama Keira menjawab pertanyaan yang entah itu kebetulan atau tidak. Karena satu minggu ini setiap kali Oma Winda dan Suster Yuli melayangkan pertanyaan Keira hanya diam atau merengek.
"Wah, Ngga di ragukan lagi memang Keira anak Tante Alexa fix no debat." Dinda.
"Apaan sih De." Nayla.
"Kakak lihat sendiri dong. Keira belum pernah menjawab apapun yang di tanyakan Oma ataupun sus. Nah, lihat saat Mommy nya bertanya Keira langsung menganggukkan kepalanya." Dinda.
"Hanya kebetulan Din." Ale.
Ale menitipkan Keira pada Bima sementara dirinya menyiapkan makanan untuk Keira. Karena belum masuk jam makan Ale pun hanya menyiapkan makanan ringan saja agar putrinya tak begitu kelaparan. Kebetulan Bibi baru saja selesai membuat puding. Dan Ale pun hanya memberikan Keira sepotong puding saja.
"Kakak makan puding saja ya. Biar saat makan nanti Kakak tidak terlalu kenyang oke." Ucap Ale dan lagi-lagi Keira menganggukkan kepalanya.
Semua pun tertawa karena Keira kini bisa di ajak berkomunikasi padahal usianya belum genap 8 bulan.
"Kakak mau Daddy suap puding nya?" Tanya Bima.
Dan semua benar-benar di buat terkesima Keira menggelengkan kepalanya.
"Aaa... Keira kamu cepet gede. Kakak terharu. Kamu mau punya adik?" Tanya Dinda. Dan Keira menganggukkan kepalanya.
"Nah, sudah acc tuh Le." Opa Faris.
"Semoga terkabul Pi." Jawab Ale malu-malu.
"Kakak beneran mau Adik?" Tanya Bunda Sarah dan lagi-lagi Keira mengangguk.
"Gas Bim." Ayah Rehan.
"Itu sih iya Bang." Bima.
"Makanya kemarin Ale susah di hubungi. Nah itu salah satunya." Oma Winda.
"Hahaha..."
Gelak tawa pun tercipta membuat suasana ruang keluarga bertambah hangat. Setelah menghabiskan pudingnya Keira meminta susu karena sepertinya Keira mengantuk. Namun belum sempat Suster Yuli datang membawa susu nya Keira sudah tertidur di atas pangkuan Ale. Saat Ale menyodorkan dot susu pada Keira mulutnya tak terbuka lagi nampaknya Keira sudah tertidur pulas.
"Sini biar Mas gendong Kakak ke kamar." Ucap Bima mengambil alih Keira.
"Kalo begitu kalian istirahat juga nanti turun makan malam saja." Oma Winda.
"Iya Mi." Ale.
Ale pun mengikuti langkah Bima yang lebih dulu menaiki anak tangga. Jika sudah ada Ale maka pekerjaan Suster Yuli pun berkurang dan Suster Yuli pun kembali merecoki teman-temannya di dapur. Namun, walau demikian tak pernah mereka saling iri dengan pekerjaan masing-masing.
🌹🌹🌹