NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Menjadi Istri Kontrak Dari Pria Asing

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rheaaa

Lyra tak pernah menyangka bahwa orang yang paling ia percayai telah mengkhianatinya sebulan sebelum pernikahannya.

Alih-alih membelanya, ibu tirinya justru memilih untuk menikahkan tunangannya dengan kakaknya sendiri dan menjodohkannya dengan Adrian— seorang pria yang tak pernah ia tahu.

Namun, di tengah huru hara itu Adrian justru menawarkan padanya sebuah kontrak pernikahan yang menguntungkan keduanya. Apakah Lyra dan Adrian akan selamanya terjebak dalam kontrak pernikahan itu? Atau salah satunya akan luluh dan melanggar kontrak yang telah mereka setujui?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rheaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Teriakan Pak Satria barusan langsung membungkam mulut wanita itu. Kepalanya tertunduk, berusaha menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca.

"Papa! Kenapa papa membentak Safira seperti itu?!" bentar Bu Sintia menyorot tajam ke arah suaminya.

"Safira sedang hamil, Pa. Hhh ... baiklah, kalau ini semua terjadi karena pertanyaan mama pada Lyra. Mama minta maaf. Tapi bukan berarti papa bisa berteriak sesuka hati papa pada Safira!" lanjut wanita setengah baya itu memutar bola matanya.

Safira yang duduk di kursi penumpang belakang hanya bisa menunduk. Bibirnya gemetar, mencoba menahan tangis.

"Mama ... Papa tidak bermaksud untuk menyakiti hati Safira. Tapi perkataan Safira barusan—"

"Keterlaluan? Itukan maksud papa? Ternyata kami berdua hanya menambah bebanmu saja! Safira ayo pergi dari sini! Kehadiran kita rupanya hanya menjadi beban untuk papa dan adik tirimu!" potong Bu Sintia lalu melepas sabuk pengaman yang melingkari tubuhnya.

Wanita itu segera membuka pintu mobil diikuti dengan putrinya di belakang. Wanita muda itu berjalan cepat, menyusul ibunya yang berjalan beberapa meter di depannya. "Apa yang baru saja mama perbuat?! Aku tidak mau hidup serba kekurangan seperti sebelumnya, Ma!" bisik Safira sambil menggandeng lengan ibunya dan tangan yang lain mengelus perutnya yang sudah semakin membesar.

"Ssstt! Diamlah! Sebentar lagi papamu pasti akan turun dari mobil dan mengejar kita," ucap Bu Sintia pelan.

Namun alih-alih turun dari mobil untuk membujuk istrinya, Pak Satria justru melakukan hal sebaliknya. Pria itu melajukan kendaraannya tanpa basa-basi. Meninggalkan ibu dan anak itu di kawasan apartemen tempat tinggal putri bungsunya.

"Ma! Papa pergi! Apa yang harus kita lakukan sekarang?!" seru Safira ketika melihat mobil ayahnya semakin menjauh.

Mata Bu Sintia terbelalak seketika, "Apa?! Bagaimana mungkin?!" tubuhnya seketika mematung.

Safira menyisir kasar rambutnya dengan jemari, sedangkan tangan yang lain menopang pinggangnya. "Ini semua terjadi karena mama!" ujar wanita itu seraya menghempaskan tangannya di udara.

"Hah?! Kau menyalahkan mama? Mama melakukan ini semua untuk membelamu, Safira!"

Di sisi lain, Pak Satria fokus mengemudi dengan napas yang memburu. "Mereka benar-benar menguji kesabaranku hari ini!" desis pria itu seraya menggertakkan giginya. Ponselnya terus berdering sejak tadi, menampilkan nama Bu Sintia di layar kecil itu.

Bukannya mengangkat telepon istrinya, pria itu justru menolak panggilannya dan menelpon menyambungkan panggilan pada nomor lain.

Dion : Aku baru saja menerima pesan dari Safira untuk menjemputnya di rumah sakit.

Pak Satria : Ah tolong jemput ibu dan istrimu di kompleks apartemen W, Nak. Ada sesuatu yang harus papa urus.

Dion : Baiklah.

Sambungan telepon terputus, kemudian Pak Satria melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit.

Pak Satria, Lyra, dan Adrian akhirnya bertemu di rumah sakit tepat di ruangan Bu Olivia dirawat. Lyra berusaha menahan diri untuk tidak bertanya ke mana saudari dan ibu tirinya pergi hingga tak terlihat sama sekali keberadaannya.

Tak terasa, langit biru mulai ditelan oleh gelapnya malam. Pak Satria sudah kembali ke rumah sejak tadi, menyisakan Lyra, Adrian, dan Pak Hardi. "Adrian, bawa istrimu pulang. Biarkan dia istirahat," perintah Pak Hardi dengan tegas namun tetap tenang pada putranya.

"Tapi ... bagaimana dengan mama?" tanya Adrian dengan dahi yang berkerut seolah enggan beranjak sejengkal pun dari wanita yang ia sayangi.

"Jangan khawatirkan mama, Papa ada di sini. Lagi pula kau sudah menikah, Nak. Istrimu sekarang adalah tanggung jawabmu, jangan biarkan egomu membuatnya tak nyaman," ucap Pak Hardi lalu menyandarkan tubuhnya pada dinding ruang rawat.

Adrian terdiam sejenak, pandangannya jatuh pada sosok Bu Olivia yang tengah tertidur pulas karena obat yang diminumnya. "Lihat," sahut pria paruh baya itu, menyorot Lyra yang juga tertidur dengan tatapannya.

Keheningan menyelimuti mereka sesaat, lalu senyum tipis muncul di wajah pria itu. "Hari ini seharusnya kalian berdua sedang beristirahat atau paling tidak menghabiskan waktu berdua. Jika suatu saat kalian telah diberi amanah untuk memiliki seorang anak, Papa rasa itu akan menjadi hadiah terindah untuk kami."

"Anak? Benar juga, mama menginginkan seorang cucu. Tapi aku hanya fokus pada pernikahan untuk menyenangkan mama sesaat," batin Adrian, pandangannya menatap potongan ubin berwarna putih yang dipijaknya.

Adrian menelan ludahnya kasar, seakan sedang mengumpulkan keberanian untuk mengeluarkan hal yang mengganjal hatinya. "Tapi ... bagaimana jika hubunganku dengan Lyra tidak bertahan lama, Pa?"

Pak Hardi refleks menoleh ke arah putranya dengan mata yang membelalak. "Apa maksudmu? Kau punya rencana untuk bercerai?" tanyanya tanpa berkedip.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!