LANJUTAN OH MY JASSON. HARAP BACA OH MY JASSON TERLEBIH DULU
Kimmy mencoba berusaha melupakan Jasson, laki-laki yang sudah ia sukai sejak dari kecil. Ia memilih fokus dengan pendidikannya untuk menjadi calon dokter.
Setelah tiga tahun, Kimmy kembali menjadi wanita dewasa dan mendapat gelar sebagai seorang dokter muda. Namun pertemuannya kembali dengan Jasson, pria yang memiliki sikap dingin itu justru malah membuat usahanya selama ini menjadi sia-sia.
Sebuah jebakan memerangkap mereka berdua dalam sebuah ikatan pernikahan. Namun pernikahan mereka berdua semata hanya tertulis di atas kertas dan di depan keluarga saja. Perjanjian demi perjanjian mereka sepakati bersama. Meskipun dalam hubungan ini Kimmy yang paling banyak menderita karna memendam perasaannya.
Banyak sekali wanita yang ingin mendapatkan hati Jasson, tak terkecuali teman sekaligus sekretaris pribadinya. Lantas, akankah Kimmy mampu meluluhkan hati laki-laki yang ia sukai sejak kecil itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nona lancaster, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menenangkan diri
Ken mengguncang tubuh Jasson hingga tubuh adiknya itu berpindah dari posisinya. Ia ingin segera melampiaskan rasa kesalnya terhadap Jasson. Namun, itu tidaklah mungkin karena di sini ada Alea. Ken tidak mau memarahi adiknya di depan orang lain. Kedua mata Ken beralih melirik ke arah Alea yang masih berada di sana.
“Apa yang sedang kautunggu di sini, Nona Alea?” tanya Ken dengan sarkastik. “Ini bukan jam kerja. Dan kau sudah tidak terikat pekerjaan lagi dengan adikku, jadi lebih baik pulanglah!”
“Ma-maaf, Tuan Ken, aku kemari hanya bermaksud ingin melihat keadaan Nona Kimmy. Jasson tadi sudah melarangku dan menyuruhku pergi, tapi aku yang tidak tau diri. Maaf, aku akan pergi sekarang, selamat malam.”
"Iya, kau memang tidak tau diri!" celetuk Jesslyn. Alea menundukan pandangannya dan berlalu pergi meninggalkan ketiga saudara tersebut.
Saat dirasa Alea sudah pergi dari sana, Ken kembali beralih memandang ke arah Jasson. Manik mata berwarna coklat keemasan yang berkilat-kilat akibat sorotan lampu, kini menatapnya dengan tegas. Seolah tengah menerkamnya tanpa ampun.
“Kenapa Kimmy bisa sampai terluka?” tanya Ken.
“Karena Paman Alert, sopir pribadinya.” Ken dan Jesslyn pun begitu terkesiap. Mulanya mereka sama seperti Louis dan Kelly, yang tidak mempercayai perkataan Jasson, tetapi setelah Jasson menceritakan semuanya, akhirnya Ken dan Jesslyn pun percaya. Jasson pun juga menceritakan alasan dirinya membohongi Kimmy dan Ken tentang proyek baru hingga akhirnya memilih untuk mempertahankan Alea untuk sementara waktu. Namun, alasan Jasson tidak diterima dengan baik oleh Ken. Laki-laki itu tetap menyalahkan adiknya.
“Tetap saja ini semua gara-gara kau! Kimmy terluka gara-gara kau. Kalau kau tidak ke rumah Alea dan membohongi Kimmy, ini semua tidak akan terjadi!” seru Jesslyn. “Gara-gara kau Paman Alert memiliki kesempatan untuk melukai Kimmy!”
“Jesslyn diamlah, jangan ikut campur!” tegur Ken. Adik perempuannya itu seketika diam menuruti perintahnya.
Tatapan mata Ken yang begitu tegas, kini menghakimi Jasson yang menundukan wajahnya dengun rasa penuh bersalah.
“Kau ini seorang laki-laki dan sudah menjadi suami, tetapi sama sekali tidak berguna!” Suara Ken penuh dengan kekecewaan. Jasson merasa sakit hati akan perkataan kakaknya. Namun, ia hanya memilih diam dan mendengarkan untuk cacian-cacian selanjutnya.
“Untuk menjaga istrimu saja tidak bisa! Lalu apa gunanya kau menikah?" ujar Ken. "Hanya untuk menyakitinya?!”
Jasson memberanikan diri mengangkat dagunya. Ia menatap tegas Kendrick. Ia ingin sekali mendebat kakaknya. Namun, ini bukanlah waktu yang tepat. Ia lebih memilih bungkam karena menyadari kesalahannya. Karena dirinya, Kimmy jadi terluka seperti ini. Ya, ini memang salahnya.
“Kalau kau masih mementingkan dirimu sendiri dan keinginanmu, lebih baik baik kau kembalikan saja Kimmy kepada Paman Louis!”
Amarah Jasson seketika memuncak. Terlihat jelas saat kerutan-kerutan yang cukup dalam menggurat di keningnya. “Apa yang kaukatakan? Kakak menyuruhku berpisah dengan Kimmy?”
“Ya, daripada kau menyakitinya! Lebih baik kau fokus saja dengan keinginanmu. Kau menginginkan memiliki perusahaan sendiri, kan? Kejarlah ambisimu!” seru Ken dengan sarkastik.
“Memiliki perusahaan sendiri adalah cita-citaku dari dulu. Aku tidak bermaksud menyakiti Kimmy. Kakak tidak memiliki hak untuk ikut campur rumah tanggaku. Jadi lebih baik Kakak diamlah!” seru Jasson.
“Ya, Kakak memang tidak memiliki hak untuk ikut campur rumah tanggamu. Tetapi Kakak memiliki hak untuk memberi nasehat kepada adik-adik Kakak!”
“Kimmy juga adikku, dan Kakak tidak akan pilih kasih untuk hal itu! Kau sudah bukan anak kecil yang harus dinasehati ribuan kali, Jasson!”
Ken menarik kerah baju yang dikenakan oleh Jasson, lalu mencengramnya kuat. “Kakak sudah seringkali bilang kepadamu. Jauhi Alea! Kau masih dekat dengannya dengan alasan proyek besar? Dan kau membohongi Kimmy hanya karena hal ini?!”
“Aku tidak bermaksud ingin membohonginya!” bantah Jasson.
“Lalu apa?” pungkas Ken. “Papa tidak semiskin itu membiarkan anak-anaknya sampai terlantar! Kau pikir siapa yang kelak akan meneruskan dan mengelola perusahaan Papa jika bukan kita?”
Ken menggelengkan singkat kepalanya. Tatapan kecewa masih tak menyurut dari sorot matanya. “Kau bukan hanya menyakiti Kimmy, tetapi kau juga menyakiti Papa! Karena dengan ambisimu ini kau sama juga menghina Papa yang seakan-akan tidak sanggup memberikan anak-anaknya tempat di perusahaannya!”
“Aku sama sekali tidak berniat untuk menghina Papa, Kak. Aku hanya ingin—”
“Kakak tidak peduli apapun alasanmu!” Ken mengguncang kuat tubuh Jasson hingga tubuh adik laki-lakinya itu terjatuh dan mengenai kursi besi yang ada di sana. Ken pun berlalu masuk ke dalam ruangan meninggalkan Jasson yang meringis kesakitan.
Jesslyn tak berpindah akan posisinya setelah melihat perseteruan antar kedua saudaranya yang membuat suasana begitu mencekam. Ia yang semula menyalahkan Jasson, tiba-tiba merasa kasihan terhadap saudara kembarnya tersebut.
“Jasson apa kau baik-baik saja?” Jesslyn berjongkok dan mencoba membantu Jasson untuk berdiri.
Jasson berusaha menampakan bahwa dirinya baik-baik saja. “Aku baik-baik saja. Masuklah ke dalam dan temui Kimmy, dia pasti sedang menunggumu,” tutur Jasson.
Jesslyn tak mengindahkan perintah Jasson. Ia menatap iba saudaranya tersebut. Merasa bersalah, karena Kakak dan orang tuanya marah kepada Jasson itu karena dirinya yang sudah memberitahukan tentang ambisi Jasson tentang proyek besar supaya bisa memiliki perusahaan sendiri. Bukan hanya itu, Jesslyn juga mengompori kakaknya supaya memarahi Jasson karena ia tidak terima Kimmy disakiti. Tapi nyatanya, Jesslyn malah tidak tega melihat Jasson dimarahi habis-habisan oleh kakaknya seperti ini.
***
Saat Jasson mengetahui Kimmy akan pulang malam itu juga, dan diantarkan oleh Ken dan juga Papa Gio. Jasson pun meminta berbicara berdua bersama Kimmy. Namun, Kimmy tidak mau. Ia meminta Jesslyn tetap berada di dalam ruangan untuk ikut menemaninya.
“Kimmy ….” Jasson berdiri di samping ranjang dorong yang menampakan Kimmy duduk tegap di atas sana. Suara Dan tatapan mata itu rasanya melemahkan hati Kimmy. Ia pun tak kuasa hingga wanita itu memilih untuk menghindar dari pandangan Jasson.
“Kau tidak mau pulang ke rumah kita saja?” Jasson merengkuh jemari tangan Kimmy. Namun, wanita itu membiarkannya.
“Aku mau tinggal di rumah Mama untuk sementara waktu,” ucapnya dengan suara dingin. Tangan Kimmy berupaya untuk lepas dari tangan Jasson. Masih menatap ke sembarang arah.
“Kau pasti marah kepadaku karena masalah Alea, bukan?” Jasson menyelipkan rambut Kimmy yang berhamburan menutupi sebagian dahinya ke belakang telinga. Kimmy hanya diam saja. Ia sama sekali tidak mau melihat ke arah Jasson. Rasanya, ia malas untuk membahas hal ini.
“Kimmy … aku sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Alea, atau bermaksud menyakitimu. Aku tadi ke rumah Alea hanya ingin memperingatkannya.”
Suara penuh kelembutan yang lolos dari bibir Jasson, membuat Jesslyn yang melihat dan mendengarnya merasa ibah kepada saudaranya itu. Sebab, saudara kembarnya itu tidak pernah berbicara selembut ini selain kepada Mamanya.
“Aku tidak peduli apa yang kaulakukan di rumah Alea. Aku mau pulang sekarang!” Kimmy menjauhkan tangannya dari Jasson yang nyaris disentuh. Hati Jasson serasa sakit. Mata kuyunya tak henti menatap Kimmy yang sama sekali tidak mau melihat ke arahnya.
“Baiklah, aku akan ikut pulang ke rumah Mama.”
“Kakak Ken yang akan mengantarkanku dan Mama pulang. Lebih baik kau pulanglah ke rumah. Untuk beberapa hari jangan temui aku. Aku ingin sendiri dulu.” Pernyataan Kimmy membuat sakit hati Jasson semakin bertambah.
“Kau ingin menyiksaku?” tanyanya seraya menangkup kedua pipi Kimmy. Kimmy pun memberanikan diri melihat ke arah Jasson. Tatapan mata sendu mereka kini saling bertemu, dan saling terkunci satu sama lain. Jasson rasanya ingin sekali memeluk wanita itu dan mengatakan bahwa ia sangat mencintainya, tetapi dirinya sangat malu karena di sini ada Jesslyn. Entah kenapa, Jasson tidak pandai mengucapkan kata seperti itu.
“Aku mau pulang sekarang.” Kimmy menjauhkan tangan Jasson dari wajahnya. Ia mengerjap-ngerjap, berusaha menahan air matanya supaya tidak jatuh di depan laki-laki itu.
Kimmy pun memanggil Mama Kelly. Ia pun dibantu oleh Ken turun dari ranjang dan berjalan meninggalkan ruangan. Sementara Jasson, ia hanya bisa mematung di dalam sana sembari memandangi bayangan Kimmy yang kini lenyap dari jangkauan matanya. Karena, Kimmy pun tadi sempat menolak untuk dibantu berjalan olehnya. Dalam situasi seperti ini, ia tidak bisa memaksakan kehendak siapapun, atau menyuruh orang lain untuk bisa mengertikannya.
Jasson bergantian melihat ke arah Papa Gio dan juga Mama Merry. Tatapan kecewa paling tersirat di kedua manik mata papanya yang pandangannya mulai memudar.
“Pa ….”
“Besok pagi temui Papa di rumah, kau masih berhutang penjelasan kepada Papa,” kata Gio dengan suara dingin. Ia pun berlalu pergi dari sana tanpa banyak bicara seperti biasanya, atau sekedar mengajak putranya itu untuk pulang. Papa Gio pasti marah. Jasson sangat tahu betul bagaimana papanya tersebut. Merry berjalan mendekati Jasson dan mengusap kepala putranya..
“Mama, apa Papa marah kepada Jasson?” tanyanya seperti orang yang sudah kehabisan tenaga untuk berbicara.
Merry sejenak diam menyusun jawaban. “Tidak, Sayang, Papa tidak marah. Besok jelaskan kepada Papa. Sekerang kau pulanglah.” Merry memeluk tubuh Jasson dan meniggalkan ciuman di pelipis putranya tersebut, sebelum kemudian, wanita yang telah melahirkan tiga orang anak itu berlalu pergi dari sana. Kini hanya tinggal dirinya dan juga Jesslyn yang masih mematung di dalam ruangan itu.
Jesslyn pun bergeming, menatap iba saudara kembarnya yang berusaha tampak baik-baik saja. Padahal, Jesslyn tau bahwa Jasson saat ini sedang sangat terluka. Ia bisa ikut merasakan apa yang tengah dirasakan oleh saudara kembarnya yang sangat menyebalkan itu.
“Kenapa jadi seperti ini?” Jasson memejamkan singkat kedua matanya seraya mengembuskan napasnya dengan begitu berat. Pikiran dan hati Jasson benar-benar kacau. Ia sungguh menyesali ini semua.
"Jasson ...." Suara manja itu. Jasson lupa bahwa ternyata Jesslyn masih berada di sana.
“Kenapa kau masih di sini?” tanya Jasson. Ia menyembunyikan wajahnya dari Jesslyn, supaya saudara perempuannya itu tidak melihat matanya yang kian memerah penuh.
“Jasson, maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu dimarahi oleh Kakak ataupun Papa. Maafkan aku.” Jesslyn tiba-tiba berhambur memeluk Jasson. Wanita itu menangis karena merasa bersalah. Jasson sudah bersusah payah menyembunyikan air matanya, kini karena Jesslyn menangis, dirinya pun ingin ikut menangis.
“Aku tidak berniat menyakiti siapapun. Aku sangat mencintai Kimmy. Aku sangat menyayangi dan menghormati Papa. Aku tidak berniat menyakiti siapapun.” Kini hanya bahu Jesslyn yang dibuatnya untuk bersandar menuangkan rasa sakitnya saat air matanya tak mampu lagi ia bendung.