NovelToon NovelToon
Surrogate Bride

Surrogate Bride

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pengganti / Keluarga / Romansa
Popularitas:17.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nblue

"Pernikahan ini cuma status. Kau hanya pengantin pengganti menggantikan Ina dan tidak lebih dari itu. Di hatiku cuma ada Ina. Selamanya hatiku untuk Ina. Jadi.." Saka menjeda kalimatnya sambil menghela nafas. Ia berbalik membelakangi Tania.
"Aku mohon agar kau jangan berharap lebih dari pernikahan ini !" Saka berlalu melangkahkan kakinya keluar kamar.
Tania menatap sendu kepada punggung kokoh Saka yang kian menjauh. Ia meletakkan telapak tangan kanannya di dada yang masih terbalut gaun pernikahan.
"Aku tau posisi ku kok kak."
'Sampai kapanpun aku tak akan bisa menggantikan posisi Kak Ina di hati Kakak.' Lirih Tania di dalam hati. Setetes butiran bening lolos jatuh membasahi pipi. Telapak tangan kanannya kini mengepal kuat di dada. Merasakan sesak yang menyesakkan dada. Inilah jalan takdir hidupnya. Terjebak dalam pernikahan tanpa cinta. Ia hanya Seorang Surrogate Bride -mengantikan calon pengantin yang melarikan diri dari pernikahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nblue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

"Hoeek!" Tania berlari ke arah wastafel yang ada di dapur. Menyalakan kran air lalu muntah di sana. Cairan menjijikan berwarna putih bercampur kuning keluar dari mulutnya. Dia baru saja sampai di apartemen dan tiba-tiba perutnya bergejolak tak enak, rasanya mual ingin muntah.

"Hoeek!" Tania kembali memuntahkan cairan menjijikan itu.

"Hoeek!"

"Hoeek!"

Tania menarik nafas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan. Bulir bulir keringat tampak mengalir di dahi dan daerah sekitaran leher. Tania membasuh mulut dan wajah, mematikan kran air setelah itu mengambil air putih hangat untuk meredakan rasa mualnya.

"Apa gara-gara aku belum makan dari pagi ya? Makanya mual begini." Gumam Tania sambil minum air putih hangat.

Ting! Tong!

Terdengar suara bel Apartemen berbunyi.

Siapa ya?

Tania menaruh gelas di atas meja bar lalu berjalan ke arah pintu.

"Mama?!" Ucap Tania kaget melihat Laila berdiri di depan unit apartemen sambil menenteng rantang 4 susun berwarna putih.

"Tania!" Wanita paruh baya itu langsung berhambur memeluk Tania.

"Ya ampun nak mama merindukanmu, kau ini tidak pernah main ke rumah!

Mama dan papa merindukan kalian tapi kalian tidak pernah mengunjungi kami." Keluh Laila.

"Maaf mama." Hanya dua kata itu yang bisa Tania ucapkan sambil tersenyum tak enak.

Laila mengangguk sambil tersenyum tipis, memaklumi mungkin saja anak dan menantunya dalam kesibukan yang padat makanya mereka belum sempat mengunjungi dirinya.

"Bagaimana kabarmu sayang?" Tanya Laila. Wanita paruh baya itu merangkul lengan Tania.

"Kabar baik mama." Jawab Tania. Mereka masuk ke dalam apartemen.

"Mama dan papa bagaimana kabarnya?" Tanya Tania balik.

"Mama dan papa kabar baik juga sayang."

"Saka bagaimana kabarnya? Dia memperlakukanmu dengan baik kan?" Tanya Laila lagi.

"Kakak kabar baik ma dan Kak Saka memperlakukanku dengan baik." Jawab Tania.

"Syukurlah."

"Beritahu mama kalau Saka memperlakukanmu tidak baik atau menyakitimu ya.."

"Cepat beritahu mama nanti akan aku kasih dia pelajaran karena sudah menyakitimu."

Tania hanya mengangguk saja mendengar penuturan Laila.

"Kau sudah makan?"

"Belum."

"Ayo kita makan bersama, mama membawakan makanan kesukaanmu dan kesukaan Saka." Ajak Laila sembari menunjukkan rantang yang ia bawa.

Tania mengangguk mengiyakan ajakan Laila. Mereka berjalan ke arah dapur.

.

.

.

"Pak bos sekedar mengingatkan, jangan lupa datang ke undangan Nona Melisa Andi nanti malam." Ucap Nicholas mengingatkan sambil memeriksa buku agenda.

"Dan maaf aku tidak bisa menemanimu Saka." Lanjut Nicholas seraya menatap Saka.

Saka yang sedang membubuhkan tandatangan pada dokumen mendongak menatap Nicholas sambil mengernyit.

"Kenapa?" Tanyanya.

Nicholas tampak tersenyum malu-malu membuat Saka semakin mengernyit keheranan dengan tingkah laku Nicholas.

"Istriku sedang manja-manjanya." Ucap Nicholas malu-malu. Semburat merah menghiasi pipi Nicholas.

"Hana tidak mau makan kalau aku tidak menyuapinya, Hana akan setia duduk di sofa menunggu kepulanganku, dan dia tidak mau tidur kalau aku belum pulang." Ucap Nicholas bercerita.

"Apa semua perempuan akan bersikap seperti itu?" Tanya Saka.

Kini giliran Nicholas yang mengernyit mendengar pertanyaan Saka barusan.

"Maksudnya?"

Nicholas menatap Saka lama dan langsung tersenyum seraya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Oh! Maksudmu, perempuan akan bersikap manja ketika hamil begitu?"

"Ehmm...-," Nicholas menggantung ucapannya, pria itu tampak berpikir sejenak.

"Mungkin." Jawab Nicholas sekenanya.

"Oh." Saka hanya ber'oh' ria saja sambil menganggukkan kepala. Pria itu menutup dokumen yang sudah ditandatangani.

"Hei bos!" Panggil Nicholas. Dia mendekat ke arah Saka dan kini wajahnya hanya berjarak 5 sentimeter dari wajah Saka.

"Apa?" Balas Saka.

"Segeralah menyusul ku hehe..." Bisik Nicholas.

"Masa kalah!" Imbuh Nicholas seraya menaik turunkan sebelah alisnya, menggoda Saka.

"Kurang ajar!" Saka melempar berkas dokumen ke arah Nicholas.

Sedangkan Nicholas tertawa terbahak-bahak sambil menangkap berkas dokumen yang di lempar oleh Saka.

"Hahaha." Tawanya terdengar menggema di ruangan.

"Sudah sana pergi!" Usir Saka.

"Iya, ini juga mau pergi kok."

"Tapi sekali lagi maaf ya Pak bos aku tidak bisa menemanimu."

"Atau begini saja aku akan menyuruh Ciko untuk menemanimu." Usul Nicholas memberikan solusi.

"Tidak perlu. Aku akan mengajak Tania."

Nicholas tersenyum lebar, "Ide bagus."

"Baiklah aku permisi keluar." Ucap Nicholas, berpamitan.

"Hn." Sahut Saka singkat.

"Menyebalkan." Gumam Saka setelah Nicholas keluar dari ruangannya dan menutup pintu.

.

.

.

Sore harinya Saka sudah pulang dari kantor pukul 5 sore dan saat ini pria itu sedang berjalan menyusuri lorong apartemen sembari menenteng paper bag yang berisi kue kesukaan Tania.

Membawakan sesuatu ketika pulang kerja sepertinya akan menjadi kebiasaan barunya untuk kedepannya. Saka tersenyum membayangkan.

Melihat wajah ceria Tania saat ia membawakan makanan kesukaan perempuan itu membuat Saka ikut senang dan terharu karena istrinya begitu menghargai pemberiannya.

"Tumben kok sepi." Saka berucap spontan setelah membuka pintu apartemen dan melihat keadaan apartemennya yang sepi. Biasanya wangi harum masakan menyambut kepulangannya atau melihat pemandangan Tania yang duduk di sofa ruang tamu sembari membaca buku.

Saka mengerutkan kening, dia berjalan ke arah dapur. Melihat rantang 4 susun berwarna putih ada di atas meja bar. Menaruh paper bag berisi kue di meja bar. Saka mengalihkan pandang menatap pintu kamarnya. Berjalan ke arah kamar lalu membuka pintu.

Tatapan matanya langsung tertuju ke arah Tania yang tengah tertidur pulas. Ia berjalan mendekati ranjang dan duduk di tepi ranjang. Sebelah tangannya terangkat menyentuh surai pirang milik Tania lalu mengelusnya pelan. Menunduk mengecup kening Tania dengan lembut. Setelah itu Saka berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Tania bangun."

"Sayang bangun." Saka menggoyangkan bahu Tania pelan. Perempuan itu tampak menggeliat lalu perlahan sepasang kelopak mata berbulu lentik itu terbuka, menampilkan binarnya yang sayu.

"Kakak?" Ucap Tania dengan suara serak khas bangun tidur.

"Kakak sudah pulang? Tanya Tania sambil bangkit bangun. Menyandarkan punggung pada kepala ranjang.

"Sudah, dari tadi." Jawab Saka.

"Maaf Kak aku ketiduran."

"Ya tidak apa-apa."

"Kak Saka sudah makan?"

Saka menggeleng, "Belum."

"Tadi mama ke sini. Mama membawakan makanan kesukaan ku dan kesukaan Kakak." Ucap Tania, memberitahu.

"Kak Saka mau makan apa? Mau aku masakin apa malam ini?" Tanya Tania.

"Makan itu saja. Kau tidak usah masak lagi."

"Ya sudah nanti aku panaskan dulu makanannya."

Saka mengangguk, "Iya."

"Habis makan malam ikut denganku ya."

Tania memiringkan kepala, "Ke mana?" Tanyanya.

"Ke pesta rekan bisnis."

"Ehm...-," Tania tampak berpikir lama.

"Kenapa?" Tanya Saka.

"Aku sedang tidak enak badan Kak sepertinya masuk angin."

"Masuk angin?" Saka mengerutkan kening.

"Wajahmu sedikit pucat. Kau sudah makan?" Tanyanya khawatir.

"Sudah."

"Sudah minum obat. Apa perlu kita ke dokter?"

"Ayo aku antar!" Ajak Saka.

Tania menggeleng-gelengkan kepala, menolak.

"Tidak usah Kak. Nanti sembuh dengan minum obat dan beristirahat."

"Yakin?"

"Iya."

Saka menghela nafas.

"Ya sudah. Nanti aku tinggal sebentar ke pesta tidak apa-apa kan?"

"Iya Kak."

Bersambung...

1
Anita Jenius
Lanjut ya kak ceritanya.
4 like meluncur buatmu. semangat
Bluepink: Makasih like nya ♥️👍
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak..
Bluepink: Salam kenal juga🙏
total 1 replies
Nethy Sunny
nah jangan2 kecelakaan omg tania kejam amat nyiksa saka yg g bersalah bukanny minta maaf karna terhasut fitnahan ina malah lanjut ngambekny 🤨
Bluepink
👍
Nethy Sunny
kalau g suka brokoli knp dia nyetok brokoli 🤔
Nethy Sunny
saka kalau g cinta sama tania tapi g usah benci juga kali kan semua bukan salah tania 😗
Nethy Sunny
ina kmn y kaya terpaksa pergi tp knp 🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!