Melodi Asmara di kota Sakura
Rina Tamaki murid baru di sekolah SMU Negeri Sakura, menemui tunangannya Mitsuru Mugita, dengan membawa tugas dari keluarga, untuk menguak suatu misteri.
Namun, pertemuannya dengan tetangga depan rumah yaitu Taiga Yuki, di hari pertama, membuatnya terkesan.
Lalu, seperti apa kisah asmara yang di penuhi oleh gula? yuk ikuti kisahnya di kota Sakura yang penuh dengan misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitray Uni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cat Butler kalah.
Day 19-06.30
Cat Butler memakai stelan jas warna putih, melayang terbang menerbangkan bola-bola api. Kawasan Momo-gumi luluh lantak, berubah menjadi lautan api. Dua gedung tinggi pencakar langit berlantai dan berdinding kaca hancur lebur.
Pasukan berjas pink keluar dari sarang, menyerbu cat butler yang datang sendiri. Beberapa saat, cat butler masih bertahan, tetapi, ketika pasukan jas hitam datang, memuntahkan peluru panas ke arah kucing besar itu, akhirnya ia tumbang.
Pasukan berjas putih hadir, dan ikut menghajar tubuh cat butler dengan senjata, meski tubuh kucing besar itu sudah terbujur kaku, tak bergerak.
Tiga pasukan berpesta atas kemenangan mereka, pasukan jas pink, pasukan jas hitam dan pasukan jas putih.
"Yang Mulia selir kedua, Baginda Cat Butler datang berkunjung!"
Teriakan dayang Teddy dari luar, membangunkan Rina dari tidur nyenyak nya.
Rina menggeliat, dan duduk di atas pembaringan nya, tepat ketika cat butler masuk.
"Selirku, kau masih tidur?" cat butler tersenyum menatap selir kedua yang masih sangat belia.
"Ah maaf Baginda, tempat tidur ku sangat nyaman, dan suasana kamar ini membuat ku tidur dengan nyenyak," jawab Rina segera bangkit menemui cat butler.
"Itu bagus, aku senang kau nyaman di kamar ini, aku hanya pamit, pagi ini aku akan menyerang Momo-gumi, dan segera menyerahkannya kepada mu, sebagai hadiah penobatan mu menjadi selir kedua," ucap cat butler masih dengan senyum.
Rina langsung ingat pada mimpinya barusan, itu terlihat sangat nyata, dan Rina takut itu akan segera menjadi nyata.
"Baginda, aku sudah tidak menginginkan nya lagi, jangan pergi, diam lah di sini, temani aku hari ini," ucap Rina berusaha membatalkan keberangkatan cat butler.
Kucing besar itu tampak kaget, dan tertawa menatap selir kedua yang menyenangkan hatinya.
"Mana bisa begitu, aku sudah berjanji, tidak bisa mundur lagi, kau bersenang-senang lah hari ini, setelah ini selesai aku akan menemanimu," ucap cat butler dan bersiap keluar kamar kaca itu.
"Tunggu Yang Mulia ..." Rina menahan lengan cat butler.
"Apa lagi?" cat butler membiarkan Rina mendekat dan memeluknya erat sangat lama.
"Berjanjilah untuk pulang, dan kita akan menghabiskan hari berdua," bisik Rina di telinga besar itu.
Cat Butler menjadi hangat, pelukan manis Rina membuat hatinya bahagia.
"Tak usah kuatir, aku tidak akan lama," cat butler menepuk-nepuk kepala Rina dengan sayang.
Perpisahan itu membuat hati Rina bergetar, ia cemas pada mimpinya pagi itu. Kalau itu benar terjadi, ia akan sangat menyesal.
Rina menuju pemandian hangat dengan tergesa, ia harus bersiap, menunggu kepulangan cat butler sesuai dengan janjinya, walau di hati kecilnya mengatakan, itu hanya sia-sia.
Rina memakai pakaian princess putih berhias kan bunga sakura pink, mahkota putih kecil menghias rambut gelapnya yang pendek. Melangkah jauh dari kata anggun menuju aula pertemuan, di iringi oleh tiga dayang Teddy hijau yang setia menemaninya.
Beberapa Teddy sudah menunggu di tengah aula, permaisuri dan selir pertama sudah hadir dan berdiri di sisi yang berbeda.
"Akhirnya kau datang selir kedua," permaisuri menegur Rina yang baru saja bergabung di aula besar itu.
"Maaf Permaisuri, aku tidak tau kalau ada pertemuan pagi ini," ucap Rina membungkukkan badannya sedikit.
"Tidak usah sungkan, memang tidak ada pertemuan, hanya saja, kepergian Baginda Cat Butler ke Medan pertempuran, itu suatu hal yang luar biasa," jawab permaisuri angkuh.
'Masa sih? Aku pikir itu hal biasa, kan memang kerajaan selalu bertempur untuk memperluas daerah kekuasaan nya'. Pikir Rina malas.
Rina menatap selir pertama, tersenyum dan mendekati perempuan cantik yang penuh kharisma itu.
"Selamat pagi Yang Mulia selir pertama," tegur Rina sopan dan santun.
"Selamat pagi juga, selir kedua, apa istirahat mu cukup? Apa di istana ini ada yang tidak membuat mu nyaman?" tanya selir pertama penuh perhatian, bagai seorang kakak terhadap adiknya.
"Ah, semuanya sempurna Yang Mulia, terimakasih anda sudah begitu perhatian," jawab Rina senang.
"Oh ya, kalian berdua, bersiap-siap lah," ucap permaisuri dengan tatapan tajam, kepada selir pertama dan Rina.
Rina dan selir pertama menatapnya aneh, membingungkan, apa maksud dari kata-kata permaisuri itu.
Saat ini di hadapan mereka, terdapat layar besar yang memperlihatkan pertemuan antar cat butler dengan kelompok berjas pink.
Rina seakan kembali pada mimpi pagi tadi, sebelum cat butler datang berkunjung. Dalam pertempuran itu, cat butler kalah telah. Dan ada tiga kelompok musuh yang ia hadapi. Rina hanya ingin memastikan, apa impiannya itu sama dengan kenyataannya.
Pertempuran itu benar-benar kacau, api membakar seluruh area, bom nuklir meluncur bagai petasan tanpa henti. Tidak butuh waktu lama, akhirnya cat butler tumbang, dan hadir siapa saja musuhnya. Pasukan berjas pink, hitam, dan putih.
Sempurna, sangat sama seperti yang Rina lihat di dalam mimpinya.
"Seperti yang kalian lihat, Cat Butler tewas di tempat, itu artinya kalian berdua harus pergi dari sini, gelar selir kalian di cabut, saat ini kalian berdua hanyalah rakyat jelata," permaisuri dengan kasar mengatakan hal itu.
Pasukan Teddy berwarna kuning langsung mendekati selir pertama dan mengambil Tiara yang ada di atas kepalanya, begitu juga dengan Rina, mereka melakukan hal yang sama.
Rina benar-benar tidak menyangka, belum genap dua hari ia menjadi selir, tetapi sekarang ia sudah kembali menjadi rakyat biasa.
Teddy kuning mengusirnya dengan kasar, Rina tak sempat bicara apapun kepada selir pertama ataupun dayangnya yang juga terlihat di usir ke arah yang berbeda.
"Kok bisa ya berakhir seperti ini, aku pikir cat butler itu sangat kuat dan tidak ada tandingannya, ternyata, kalah juga dia. Hadeeh kalau tau begini, aku nggak minta macam-macam deh". Oceh Rina melangkah meninggalkan istana hijau yang mewah itu.
Amusement park terlihat seperti biasa, meriah dan penuh kegembiraan, seakan tidak terjadi sesuatu hal yang sangat besar.
"Uh, apa perduli ku," bisik Rina dan terus melangkah menuju gerbang depan.
Rina berjalan dan berpikir kemana ia harus pergi.
"Taiga, kau di mana?" bisik Rina dan mencari keberadaan rumah kediaman Taiga di radar tangannya.
Meski sudah tinggal beberapa lama, tetap ingatannya sangat buruk, meski hanya sekedar mengingat di bagian mana rumah pemuda maroon itu.
"Ah, aku lelah," bisik Rina, sebelum ia memutuskan untuk berteleportasi.
Rumah itu masih sama, seperti hari sebelum ia pergi, tidak terkunci dan terlihat sepi.
"Taigaaaa," teriak Rina dan berlari masuk ke kamar yang juga tidak di kunci.
"Hei, kau mengagetkan ku," Taiga terbangun dan mengucek matanya beberapa kali.
"Bangunlah, dasar pemalas," kata Rina melempar selimut Taiga jatuh ke lantai.
Bersambung...
semangat terus
ijin follow yaaa dan jangan lupa follback /Smile/