Tiga orang pria bersahabat dengan seorang gadis cantik dari masa bangku SMP hingga mereka dewasa. Persahabatan yang pada akhirnya diwarnai bumbu cinta yang saling terpendam hingga akhirnya sang gadis tersebut hamil dan membuat persahabatan mereka nyaris retak.
Siapa sangka sebenarnya salah satu di antaranya mencintai seorang gadis yang sebenarnya selama ini amat sangat dekat di antara mereka.
Seiring berjalannya waktu, rasa sakit mulai terobati dengan hadirnya si pelipur lara. Hari mulai terasa bermakna namun gangguan tidak terhindarkan. Mampukah mereka meyakinkan hati gadis masing-masing, terutama gadis yang salah satunya memiliki rentang usia bahkan 'dunia' yang berbeda dengan mereka.
SKIP yang tidak suka dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Cantiknya Nadia.
Nadia merasa malu setengah mati karena sejak kemarin Bang Arma yang mengurusnya. Ingin sekali rasanya berontak tapi dirinya sudah konsisten untuk 'berani' pada semua laki-laki. Dirinya harus kuat dengan kejamnya dunia luar. Paling tidak dirinya harus membuat para laki-laki menjauh darinya terutama pria yang di anggapnya berbahaya.
"Abang kompres lagi, ndhuk..!!"
"Nadia bisa sendiri." Jawab Nadia kemudian mengambil handuk hangat dari tangan Bang Arma. "Abang keluar dulu..!!" Pintanya.
"Nggak, Abang mau disini. Bagaimana kalau kamu kedatangan ular lagi?" Kata Bang Arma.
Jelas saja Nadia takut setengah mati jika mengingat soal ular yang sudah membuatnya terpeleset hingga pingsan. Dirinya pun tidak bisa mengingat jelas bagaimana ular tersebut bisa mematuk tepat di bagian 'terindah' miliknya hingga kini terasa begitu lecet dan bengkak bahkan untuk menyentuhnya saja Nadia tidak berani karena rasanya begitu pedih dan ngilu.
Tak ada pilihan lain, Nadia pun terdiam saat Bang Arma kembali mengambil kain dari tangan Nadia.
"Cepat berbaring, biar Abang kompres..!!" Kata Bang Arma.
:
Tak tau kenapa, setiap Bang Arma merawatnya tidak pernah letak luka yang meleset. Tekanan dari tangan Bang Arma juga tidak terlalu kuat namun cukup terasa tapi yang paling di herankan kenapa Bang Angger tidak melarang dirinya berduaan di dalam kamar bersama Bang Arma.
"Sudah Bang..!!" Kata Nadia sedikit salah tingkah meskipun Bang Arma tidak menatap bagian yang sakit secara langsung.
Bang Arma menarik tangannya kemudian mengambil salep di atas meja. Nadia pun semakin malu di buatnya.
"Nadia bisa."
Bang Arma tidak menjawabnya dan langsung mengambil cairan steril lalu menekan sedikit tube nya dan langsung mengoles di area yang sakit. Lagi-lagi tidak ada yang salah dan benar-benar tepat berada pada kulitnya yang sakit.
"Pedih?" Bang Arma nyengir sendiri karena Nadia memegangi pergelangan tangannya.
"Seperti inikah perlakuan Abang dengan perempuan lain?" Tanya Nadia.
"Tidak pernah. Kamu satu-satunya."
"Buaya mana bisa di percaya." Jawab Nadia.
Bang Arma menghela nafas. "Begitulah perempuan. Sebanyak apapun Abang jelaskan, kamu tidak akan percaya sekalipun Abang jujur. Kenapa kaum mu berbakat sekali mencari pertengkaran. Apakah hati tidak tenang kalau tidak buat kaum hawa pusing tujuh keliling?"
"Tapi laki-laki yang suka mulai duluan."
"'Jangan selalu berpikiran negatif..!!" Sambar Bang Arma.
"Lalu apa positifnya? Cepat bilang..!!"
"Sabar, beberapa bulan lagi Abang buat positif." Jawab Bang Arma.
Kening Nadia berkerut tapi ia mulai mengerti arah pembicaraan Bang Arma, pembicaraan yang wajar dan pastinya sering ia dengar dari orang-orang. "Aahh.. kelamaan." Timpalnya.
"Wooooo.. nantang betul kamu ya..!! Okeee.. siapa takut..!!!!!" Bang Arma manggut-manggut dengan senyum penuh kelicikan.
"Buktikan kalau berani, ingat ya Bang.. kalau Nadia adukan ke Bang Angger, habislah Abang di buat bonyok." Nadia pun balik tersenyum licik merasa di atas angin.
Bang Arma memasang wajah takutnya di depan Nadia. "Jangan donk, Abang takut nih bermasalah sama Abangmu..!!"
Tau Bang Arma kemungkinan takut dengan Bang Angger, Nadia pun semakin berani dan nakal. Ia memainkan kakinya tapi kemudian wajahnya meringis kesakitan.
"Kenapa? Sakit lagi?" Tanya Bang Arma.
Nadia mengangguk kecil. Ingin hatinya tidak mengatakan tapi dirinya juga takut bisa racun itu bisa membunuhnya karena rasa sakit yang ia rasakan hingga ke bagian dalam tubuhnya.
"Apa ada antibiotik untuk bisa ular?"
Bang Arma berpikir sejenak namun kemudian wajahnya berubah serius.
"Sebenarnya ada, tapi ini cara tradisional karena sakitmu berada di dalam." Kata Bang Arma.
"Abang bisa?"
"Bisa. Tapi kamu jangan pernah bilang kalau Abang punya ilmu, karena kalau kamu bilang semua ilmu itu tidak akan pernah bisa menyembuhkanmu. Paham?" Ucap Bang Arma serius.
Nadia mengangguk cepat dengan wajah polosnya. "Paham, Bang."
"Nanti Abang salurkan ilmu kebatinan, biar kamu cepat sembuh."
Sekali lagi Nadia mengangguk mantap dan percaya setiap perkataan Bang Arma.
Dalam hati Bang Arma tertawa terbahak karena berhasil memperdaya Nadia yang sejak dulu ia pahami kepolosan nya.
"Abang.. kalau ilmu kebatinan bisa menyembuhkan, lebih baik Abang salurkan sekarang juga."
Bagai mendapat tiupan angin segar, Bang Arma menyimpan akal yang berkelebat dalam pikiran.
"Kamu yakin?"
"Yakin Bang."
"Kalau begitu sini..!! Lingkarkan tanganmu di pinggang Abang..!!" Pinta Bang Arma.
.
.
.
.
Tapi ambil hikmahnya, selain sebagai rejeki kehadirannya juga sebagai pelengkap setelah adanya 2 jagoan, dan menambah kokohnya cinta kalian
Tapi seorang ibu tak pernah rela anak2nya dimarahi sekalipun itu oleh ayahnya