Dina, Syifa dan Juned mereka bertiga adalah anak Sania dari Sofwan. setelah mengalami pahit dan manisnya kehidupan, hidup mereka kembali diuji.
Setelah Sofwan bapak mereka meninggal dunia, menyusul lagi ibunda tercinta pergi menghadap yang kuasa. Dina sebagai anak sulung harus berjuang untuk adik-adiknya.
Mampukah mereka bertiga melewati semua cobaan yang kelak akan dilewati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senajudifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Dia Datang
"Tampaknya aku harus meminta bantuan pada nyi Rampe guruku!!" Desis orang itu yang ternyata adalah Sartika alias Seketi.
Setelah sekian tahun dia mencari jejak suami dan anaknya berada tetapi justru yang dilihatnya hari ini seorang wanita yang ada di rumah itu.
"Siapa wanita itu??" Gumam Sartika mulai diliputi rasa cemburu.
"Apa sekarang kang Ibud sudah menikah lagi? Tega kamu sama Sartika kang!!" Tampak sosok itu sedang menyusut air matanya.
"Tapi mana Sukardi putraku? Jika sekarang dia masih hidup pasti usianya kurang lebih tiga tahun!!" Gumamnya seraya matanya tak lepas menatap rumah keluarga Saribud mantan suaminya.
"Aku harus mencari tau siapa wanita yang menggendong bayi tadi!!" Dia terus bergumam sambil matanya tak lepas memandang rumah itu.
Sesaat air matanya mengalir lagi di pipinya yang seperti daging dicacah karena dia belum menemukan tumbal bayi untuk dia makan.
"Dulu aku pernah punya keluarga dan punya mimpi hidup bersama membesarkan anak-anak kami hingga kami menua, tetapi mimpiku harus kandas karena tiga laki-laki durjana itu, kini aku telah terjerumus jauh kedalam lingkaran dosa yang mungkin tak terampuni, tetapi rasa cintaku pada kang Ibud masih terlalu besar juga untuk putraku Sukardi!!" Desisnya pelan.
"Tetapi jika kamu tega menduakan aku maka jangan salahkan aku kang jika istri dan anak-anak dari istrimu akan aku bunuh!!" Desis Seketi.
"Tapi sepertinya bayi dalam gendongan wanita itu tadi bisa kujadikan makan malamku!! Untuk apa aku repot-repot mencari ke tempat lain jika sudah tersedia di depan mataku." Desisnya lagi menyeringai.
"Yah, sudah jam 9 malam kok kang Ibud belum pulang ya? Rimbi jadi khawatir!!" Kata Arimbi sambil menggendong Sumi yang sejak pulang tadi sore rewel terus sementara Kardi yang sudah berusia 3 tahun bermain bersama Sukir yang waktu itu masih berusia setahun setengah.
Ki Saman hanya diam. Di saat itu di kampung mereka hanya orang tertentu saja yang mempunyai ponsel, tiba-tiba ponsel tuned di tangan Arimbi berbunyi.
Ddrrttttt....
"Assalamualaikum!!"
"Iya kang Ibud? Jam berapa akang pulang? Ini sudah jam 9 malam lho?"
"Waalaikum Salam, maaf dek!! Di sini hujan deras sejak sore tadi jika kang Ibud paksakan maka motor kang Ibud businya bisa kena air, mati di tengah hutan dalam suasana begini malah memperburuk keadaan aja!!"
"Jika hujan belum reda juga, mungkin besok pagi baru akang pulang!!"
"Oh ya sudah...yang penting adek sudah tau jadi nggak khawatir lagi!!"
"Coba mana ayah akang pengen bicara sebentar dengan ayah!!"
Arimbi langsung memberikan ponsel di tangannya pada ki Saman.
Ki Saman menyambut ponselnya karena Sumi rewel maka Arimbi segera mengajak anaknya main di kamar.
"Ayah, perasaan Ibud tidak tenang apakah kalian di sana baik-baik saja?"
Ki Saman terdiam sebentar mendengar perkataan anaknya, dia ingin mengatakan sesuatu tetapi dia tidak mau membuat Saribud kepikiran di sana, apalagi jarak kota ke kampung mereka memakan waktu kurang lebih tiga jam.
"Tidak ada apa-apa, Bud...kami di sini baik-baik saja!!"
"Baiklah kalau begitu, ayah dan Arimbi di rumah baik-baik dulu ya...Insya Allah besok Ibud pulang!! Assalamualaikum..."
"Waalaikum Salam!!"
Tetapi entah mengapa perasaan Saribud semakin tak menentu, dia tau ada sesuatu yang ayahnya sembunyikan darinya.
"Ayolah hujan berhentilah....aku ingin pulang kerumah!!" Ratap Saribud perlahan.
Teman-temannya yang tinggal tak seberapa jauh dari lokasi pekerjaan mereka sudah banyak yang pulang kerumah mereka masing-masing!! Hanya beberapa saja dari mereka yang tinggal jauh termasuk Saribud tak bisa pulang karena hujan mengguyur sangat deras sejak sore tadi.
Seperti mendengar permohonannya, hujan sedikit demi sedikit mulai mereda dan tepat jam setengah sepuluh malam hujanpun berhenti.
Saribud bersiap membawa ranselnya dan beberapa bungkusan belanjaan untuk orang di rumah.
"Kamu mau nekad sudah jam segini mau pulang? Nggak menunggu sampai besok pagi ajakah?" Kata teman yang satu desa sama Ibud.
"Iya, aku sudah nggak sabar mau pulang, kamu sendiri bagaimana? Tanya Ibud.
"Aku besok pagi ajalah, lagian apa yang aku kejar toh aku juga nggak punya anak dan istri!!" Kata kawannya sambil tersenyum.
Setelah memanaskan mesin motornya, Saribud mulai melaju menuju pulang. Sepanjang perjalanan hatinya berdebar tak karuan.
"Firasat apa ini??" Bisik Saribud.
Sementara itu di desa tempat kediaman Arimbi semenjak senja tadi angin berhembus kencang. Langit gelap tak ada satu bintang pun di sana.
Salakan anjing bersahut sahutan di kejauhan sepertinya mereka melihat sesuatu yang tak bisa dilihat oleh mata manusia biasa.
"Anak-anak sudah tidur Rimbi?" Kata ki Saman yang sedang duduk di ruang tengah.
"Sudah yah, baru saja!!" Jawab Arimbi.
"Apakah ayah merasa bahwa malam ini sedikit aneh?" Tanya Arimbi.
"Merasa apa? Ayah hanya merasa bahwa malam ini sangat dingin sebab angin berhembus kencang sekali sementara di luar langit malam tampak lebih hitam dan pekat." Jawab aki Saman.
*
*
***Bersambung...
Nantikan kisah mereka di episode selanjutnya dan jangan lupa dukungannya ya reader🙏🙏
