Bayi Taruhan Sang Mafia Playboy

"TIDAK... AKU TIDAK BERSALAH..." Teriak Karina histeris saat beberapa polisi datang ke rumahnya untuk menangkapnya.

Hanya butuh waktu 1x24 jam, pihak kepolisian langsung bertindak. Hal itu dikarenanan yang memberikan laporan adalah Kakek Dario. Seorang pengusaha kaya yang disegani banyak kalangan. Sedangkan kecurigaannya terhadap Alfonso yang memanfaatkan keadaan masih belum terbukti.

Sedangkan keadaan Bella setelah dinyatakan pulih oleh Dokter pasca keguguran dan operasi pengangkatan rahim, kini juga telah mendekam dalam sel tahanan. Meskipun di negara ini kepemilikan senjata api legal, tapi tindakan penyalahgunaannya hingga menyebabkan kerusakan atau berniat mencelakai orang lain tetap bisa dituntut dengan hukum. Dan Bella harus mempertanggung jawabkannya.

Sementara itu Betrand yang tidak dapat melawan hanya bisa mengepalkan kedua tangannya. Dia sadar jika Kakek Dario sudah turun tangan maka semua menjadi lebih susah dan semakin berat. Betrand berencana ingin meminta bantuan kelompok dunia bawah untuk membantu membebaskan istri dan anaknya. Serta membalas dendam pada Alessandro, Sofia dan Dario.

Satu minggu telah berlalu, kondisi Alessandro berangsur pulih meskipun luka di punggungnya belum sepenuhnya kuring. Sofia tidak beranjak sedetik pun meninggalkan kekasihnya. Bahkan wanita hamil itu tidak peduli akan kesehatannya sendiri. Sudah berulang kali semua orang mengingatkan dirinya untuk beristirahat di rumah. Tapi Sofia menolak keras, tanpa peduli apa pun.

"Sofia, kamu pulang saja dulu. Biar kakek yang menjaga Alessandro. Kasihan bayi dalam kandunganmu merasa lelah." Ucap Kakek Dario yang saat ini datang menjenguk cucunya.

"Tapi, aku tidak mau Alessandro menganggapku tidak peduli karena aku meninggalkannya. Aku tidak ingin ada kesalahpahaman lagi seperti dulu." Ucap Sofia yang masih memendam trauma.

"Sayang... Benar kata kakek. Pulanglah lebih dulu, aku akan baik-baik saja bersama kakek Dario." Tiba-tiba terdengar suara Alessandro.

"Kamu bangun Al... Apa masih sangat sakit? Maaf harusnya aku tidak memaksamu mengambil barang-barang itu. Seharusnya aku biarkan saja terbakar daripada kamu yang harus terluka seperti ini." Ucap Sofia.

"Apapun akan aku lakukan untukmu Sofia, jangankan menerobos api. Menantang kematian akan aku lakukan asal kamu tetap bisa tersenyum bahagia."

"Aku mencintaimu Alessandro, sangat mencintaimu, dan ingat hukuman kamu berlaku seumur hidup." Ucap Sofia lalu memeluk tubuh lemah kekasihnya itu.

"Hukuman? kamu menghukum apa pada Alessandro, Sofia?" Tanya Kakek Dario.

"Hukuman untuk terus hidup hanya untukku. Hukuman harus tetap menjadi teman ranjangku, sampai kapanpun dan itu hanya denganku." Jawab Sofia.

"Hukuman yang sangat mengenakkan, kenapa kalian tidak menikah saja kalau begitu." Ucap kakek Dario membuat raut wajah Sofia seketika murung.

"Tidak Kakek, aku tidak ingin terbelenggu dengan ikatan sakral itu."

"Tapi pernikahan tidak akan membelenggu hidupmu Sofia, justru kamu punya lebih banyak hak terhadap Alessandro."

"Dan akan lebih besar rasa sakit yang akan aku nikmati ketika suatu hari Alessandro kembali mengkhianatiku. Apalagi ada anak yang harus aku jaga perasaannya jika pernikahan kami hancur." Ucap Sofia.

"Maaf, karena lukamu belum sembuh."

"Ya, luka dihatiku belum sepenuhnya kering meskipun aku sudah memaafkan kamu dan menerima kembali cintamu. Buktikan dulu kesungguhanmu dengan kejujuran yang hingga kini masih belum aku dapatkan. Urusan menikah itu gampang, jika pondasi yang kamu buat sudah benar-benar kuat." Ucapan Sofia membuat Alessandro menghembuskan nafas kasar serta melirik kakeknya.

"Hmm... Kalau begitu, kita tidak perlu lagi membahas pernikahan. Yang penting kalian berdua hidup bersama tanpa ada perpisahan." Ucap Kakek.

"Sofia, jadi kamu mau tetap di sini atau mau pulang terlebih dahulu. Beristirahatlah sejenak, supaya kehamilanmu tetap sehat." Ucap Alessandro.

"Baiklah, aku akan pulang dulu. Nanti aku kembali sedikit malam."

Setelah memastikan Sofia keluar ruangan, Alessandro langsung menyalahkan kakek Dario.

"Sofia mempertanyakan kenapa aku harus menghamilinya di saat aku masih punya kekasih yaitu Bella." Ucapnya.

"Lalu kamu menjawab apa? Bukankah memang kamu hanya bisa ereksi saat bersama dengannya." Sarkas Kakek.

"Kakek tahu?" Tanya Alessandro gelagapan.

"Apa yang tidak aku ketahui."

"Tapi waktu itu aku melakukannya karena Kakek mengancam akan memberikan kepemimpinan klan kepada Javer. Aku tidak terima anak dari luar Keluarga menggantikan Kakek." Ucap Alessandro.

"Itu bukan sebuah ancaman Alessandro, tapi peringatan karena kamu masih terus bersenang-senang dengan para jalang. Apakah jika bukan karena Sofia kamu akan berhenti playboy?"

"Sofia bukan gadis sembarangan, dia memiliki darah keturunan bangsawan Yunani. Sofia adalah wanita mahal yang tidak sepantasnya kamu khianati. Dia memiliki kekuatan tersembunyi yang hanya beberapa orang yang mengerti. Aku pun tidak paham karena belum pernah melihatnya sendiri. Tapi yang aku dengar bangsawan Yunani memiliki supranatural yang kuat." Ucap Kakek.

"Mengerikan... Jadi apa itu artinya Kakek ingin memanfaatkan kekuatan Sofia demi kelangsungan Klan Cosa Nostra?"

"Tidak sepenuhnya benar, tapi juga tidak salah. Aku ingin kamu menjadi pemimpin yang kuat yang menggantikan aku. Dulu ayahmu kuat dan ibumu juga bukan wanita lemah. Tapi terus terang aku meragukan dirimu." Jujur Kakek Dario.

"Apa yang membuat kakek ragu? Bukankah aku sudah sering berhasil menjalankan banyak misi?" Tanya Alessandro.

"Tapi tanpa Sofia, kamu hanya seorang pria playboy yang mudah dikelabui oleh para ja lang murahan. Tanpa Sofia, kamu akan terus kehilangan arah. Dan tanpa Sofia kamu akan tetap menjadi pecundang." Ucap sarkas Kakek Dario.

"Maaf." Hanya kata itu yang mampu Alessandro ucapkan. Karena sejatinya semua yang dikhawatirkan oleh Kakek Dario adalah kebenaran yang nyata.

Sofia adalah kekuatan sekaligus kelemahan Alessandro. Tanpa Sofia di sampingnya, Alessandro akan kehilangan jati dirinya. Darah mafia yang mengalir di tubuhnya akan lenyap, instingnya pun hilang. Yang ada hanya kebodohan.

Sementara itu, Sofia tidak langsung pulang ke rumahnya. Wanita hamil itu mampir untuk melihat toko kuenya yang tinggal puing-puing.

"Mama, Nenek, maaf aku tidak bisa menjaga peninggalan kalian dengan baik. Toko roti ini sudah hancur. Aku harus bagaimana sekarang?" Sofia menangis terisak, biar bagaimanapun Sofia hanya perempuan berhati lembut.

Saat tengah meratapi kehancuran hidupnya, seorang pria bertopeng datang dan menawarkan sapu tangan untuk Sofia.

"Wanita kuat seperti dirimu pantang mengeluarkan air mata. Hapuslah." Ucap pria itu masih mengulurkan tangannya.

"Terima kasih." Ucap Sofia setelah mengambil kain berwarna hitam itu.

"Anda siapa? Mengapa ada di depan toko saya?" Tanya Sofia.

"Aku hanya orang yang ikut prihatin dengan musibah yang kamu alami. Mungkin kamu tidak mengenalku, tapi aku mengenal seluruh keluargamu."

Mendengar jika pria yang ada di hadapannya saat ini tahu tentang keluarganya, Sofia menjadi tertarik. Wajahnya yang terlihat begitu penasaran membuat sudut bibir pria itu tersenyum miring tanpa Sofia sadari.

"Ya, aku mengenal kakek dan nenekmu. Sedangkan ayah dan ibumu sudah aku anggap sebagai anak sendiri. Itu artinya, kamu juga akan aku anggap sebagai cucu."

"Kalau begitu bolehkah saya minta waktunya, saya ingin tahu tentang keluarga saya sebelum musibah itu "

"Dengan senang hati. Kamu mau bicara sekarang? Maka ikutlah bersamaku."

"Baiklah, saya akan ikut dengan Anda tuan." Ucap Sofia tenang.

Jika pria bertopeng itu tersenyum senang karena merasa telah berhasil mengelabui Sofia. Berbeda dengan pemikiran kekasih Alessandro itu, dia tersenyum karena akan bisa mengorek informasi yang mungkin masih menjadi rahasia.

Kebenaran akan menemukan jalannya, meskipun harus melalui terjalnya jalan berbatu.