FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
.
BUTUH HEALING? BACA ɪᴍᴀᴍᴋᴜ, ꜱᴜʀɢᴀᴋᴜ SOLUSINYA!
.
DINGIN IN PUBLIC, BUCIN IN PRIVATE🕊️
.
PERINGATAN! HATI - HATI, CERITA INI DAPAT MENYEBABKAN KEJANG-KEJANG DAN SENYUM-SENYUM SENDIRI!🦋
.
Allah itu maha romantis. Ada banyak cara untuk Allah mempertemukan kita dengan jodoh. Salah satunya Azalea. Berawal dari ketidaksengajaan nya yang menghilangkan berkas penting, berakhir dengan ia yang menjadi istri sang bos besar.
Awalnya, Azalea pikir pernikahannya itu tidak akan berlangsung lama ketika mengingat bagaimana awal mereka berdua bisa menikah. Namun ternyata tidak. Husain bukan laki-laki pengecut yang akan mempermainkan kesakralan sebuah pernikahan. Justru Husain akan menjadi lelaki gentle yang akan terus mempertahankan rumahtangganya atas izin Allah.
"Kamu tahu istriku, jika saja setan melihat senyuman manis kamu, Abang khawatir malah ia yang akan tersesat saat menggodamu," - Azzam Gibran Al-Husain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon its.syrfhlee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(33). Husain si suami dan ayah idaman.
"Kandungan nutrisi yang bagus di minum untuk ibu hamil yang dokter bilang tadi ada semua di susu bumil yang ini. Kita beli yang ini aja. Kamu mau rasa apa, sayang?" Tanya Husain.
Azalea menolehkan kepalanya menatap ke arah Husain yang tengah asik melihat kandungan yang terdapat pada susu hamil yang ia pegang. "Mau rasa coklat aja." Jawab Azalea.
Husain mengangguk. Laki-laki itu memasukkan tiga kotak susu ibu hamil rasa coklat ke dalam troli belanjaan mereka.
"Banyak banget?"
"Gapapa, untuk stok." Jawab Husain kembali menggandeng Azalea untuk berjalan menyusuri lorong supermaket.
"Aza mau beli itu dong, Abang." Pinta Azalea menunjuk ke arah snack kesukaannya.
"Gak boleh ya, sayang. Ingat tadi kata dokternya apa? Gak boleh makan-makanan yang terlalu pedas, snack-snack yang banyak micin nya, makanan junk food, dan makanan yang mentah atau setengah mateng." Jelas Husain dengan nada lembut berusaha memberi pengertian pada Azalea.
"Yang lain aja ya, sayang. Biskuit aja gimana, mau ya?" Tawar Husain.
Dengan tegas Azalea menggeleng. "Gak mau. Maunya yang itu!"
"Yang itu gak boleh. Tapi kalau biskuit Abang kasih." Ujar Husain dengan nada tegas namun juga lembut agar tidak melukai perasaan Azalea yang lebih sensitif saat hamil.
Walaupun kesal, Azalea tetap mengambil beberapa biskuit yang biasa ia makan dan juga yogurt. Memasukkannya ke dalam troli dengan sedikit kasar.
"Sabar. Kalau sabar nanti Aza makin cinta." Gumam Husain pelan sambil mengelus dadanya.
Husain kembali mendorong trolinya ke arah section buah-buahan dan juga sayur-sayuran. Namun untuk sampai ke section itu, mereka harus melewati section permie-an yang ngebuat Azalea berhenti secara mendadak.
"Abang, Aza mau beli mie." Pinta Azalea pada Husain.
Lagi dan lagi Husain menarik nafas nya. Azalea tidak hamil saja Husain melarang keras Azalea untuk makan mie instan. Apalagi sekarang di saat Azalea sedang hamil.
"Kalau kamu mau makan mie, mienya harus buatan rumah. Nanti Abang yang buat. Oke, sayang?"
Azalea menggeleng. Ia berjongkok di depan rak mie instan yang ia inginkan. Tidak berniat berdiri sebelum Husain mau mengabulkan permintaannya.
Dan Husain yang melihat istrinya berjongkok lantas ikut berjongkok di hadapan istrinya. Membiarkan beberapa pasang mata menatap ke arah mereka dengan raut wajah bingung.
"Kenapa, hm?" Tanya Husain sambil mengelus pucuk kepala Azalea yang terbalut kerudung.
"Aza mau beli mie, tapi Abang gak bolehin. Abang jahat!" Isakan kecil mulai terdengar dari arah Azalea yang masih setia berjongkok sambil menundukkan kepalanya. Membuat Husain yang mendengarnya menjadi kalang kabut.
"Mie instan gak bagus, sayang. Kan Abang udah pernah bilang sama kamu dari dulu. Kalau kamu mau makan mie, nanti minta tolong ibu untuk buatkan mienya. Oke, Humairah?" Bujuk Husain.
"Aza maunya mie instan bukan mie homemade." Sahut Azalea dengan Isak tangisnya yang belum juga berhenti.
Tak tega melihat istrinya menangis, dengan berat hati Husain memilih mengabulkan permintaan Azalea yang satu ini. Tapi walaupun begitu Husain tetap memilih merk mie yang sekiranya aman dimakan untuk ibu hamil.
"Oke, Abang izinin kamu makan mie instan tapi Abang yang pilih merk mie instannya yang mana. Gimana?" Tawar Husain.
Mendengar itu, Azalea langsung mengangkat kepalanya. Dengan mata berkaca-kaca ia menatap ke arah Husain yang turut menatap ke arahnya."Bener? Abang gak bohong kan?" Tanyanya.
"Gak bohong, sayang. Tapi cuma boleh beli 1."
"Yah, beli 3 deh. Ya, Abang, ya?" Bujuk Azalea sambil menggoyang-goyangkan tangan Husain.
"No. Beli 1 aja!" Tolak Husain dengan tegas.
Tak kehabisan akal, Azalea mengeluarkan wajah imutnya. Berusaha membujuk Husain yang sepertinya hampir luluh. Karena Husain selalu lemah dengan wajah imutnya.
"Oke, beli dua," Ujar Husain pada akhirnya.
"Gak mau. Maunya beli tiga, Abang,"
"Beli dua atau gak sama sekali," ancam Husain.
Azalea mencebikkan bibirnya. Menatap kesal ke arah Husain yang membantunya berdiri.
"Perutnya sakit, sayang?" Tanya Husain sambil mengelus perut Azalea.
"Gak sakit,"
"Bener gak sakit? Kamu jongkoknya kelamaan tadi," ujar Husain memastikan.
"Gak lama Abang. Cuma lima menit doang jongkoknya,"
"Ya walaupun. Abang gak mau kamu sama anak kita sakit. Abang lebih rela Abang yang sakit daripada kamu sama anak kita yang sakit." Ujar Husain dengan tegas.
Azalea tersenyum. Ia genggam tangan Husain yang berada di atas perutnya. "Ibu sama Dedek gak sakit, Ayah. Aman kok." Ujarnya.
Mendapatkan serangan mendadak dari istrinya, jantung Husain seketika langsung berdetak dua kali lebih cepat. Bahkan kedua pipi Husain hingga telinganya menjadi merah karena salah tingkah.
"Dek lihat deh, Ayah lagi salting. Lucu banget tahu, Dek." Goda Azalea sambil mencolek dagu Husain.
"Sayang. Jangan gemes-gemes. Abang gak kuat." Ujar Husain. Ia melangkah mendekat ke arah Azalea berniat ingin membawa istrinya itu ke dalam pelukannya. Namun Azalea malah berjalan mundur. Membuat Husain tidak terima dan juga kesal. "Kenapa mundur? Abang mau peluk kamu sama anak kita," ujarnya.
"Malu, Abang. Kita lagi di supermarket. Nanti aja di rumah kalau mau peluk," jawab Azalea.
"Bener ya. Sepuasnya loh,"
Azalea mengangguk. "Iya, sepuasnya."
"Oke. Gak boleh bohong loh. Sampai rumah nanti Abang mau langsung peluk kamu sama anak kita,"
"Iya, Abang. Ayo lanjutin belanjanya. Habis itu pulang. Kaki Aza udah pegel," rengek Azalea.
"Mau Abang gendong aja?" Tawar Husain dengan wajah khawatirnya.
"Gak usah. Jalan aja," tolak Azalea.
Husain yang kebetulan melihat ada pegawai supermarket yang lewat di dekat mereka langsung menghentikan pegawai supermarket nya. "Mbak, maaf boleh saya nanya?"
"Oh iya, Mas. Mau nanya apa?" Tanya pegawainya.
"Abang mau nanya apa sama Mbak nya?" Tanya Azalea penasaran. Namun Husain hanya menanggapi dengan senyuman pertanyaan yang Azalea tanyakan padanya.
"Kira-kira saya boleh minjam kursi gak ya, Mbak? Soalnya istri saya lagi hamil terus tadi katanya kakinya udah mulai pegel. Tapi kalau gak ada gapapa kok," tanya Husain dengan sopan.
Azalea yang mendengar permintaan Husain pada mbak pegawai supermarket nya lantas menoleh dengan cepat ke arah Husain. Ia benar-benar tidak mengira bahwa Husain akan meminjam kursi pada mbak pegawai supermarketnya agar ia bisa duduk. Husain benar-benar sudah masuk ke dalam kategori suami dan ayah idaman.
"Oh ada, Mas. Itu di dekat timbangan buah ada kursi. Mbaknya bisa duduk di situ. Kebetulan yang jaga disitu saya. Duduk aja gapapa," jawab mbak pegawainya dengan sopan juga.
"Oh oke, terimakasih banyak ya, Mbak." Ucap Husain yang diangguki oleh mbak pegawainya.
"Iya, Mas sama-sama. Kalau gitu saya jalan duluan ke sananya," pamit mbak pegawainya.
"Iya, Mbak."
Setelah mbak pegawainya pamit, Husain langsung menggandeng tangan Azalea. Sementara tangan kanannya ia gunakan untuk mendorong troli belanjaan mereka.
"Nanti kamu duduk disitu aja sama Mbaknya ya. Abang aja yang lanjutin belanja yang lainnya," ujar Husain.
"Tapi--" Azalea berniat ingin menolak. Namun Husain langsung memotong ucapannya. "Gak boleh nolak. Ini perintah suami. Dosa nolak perintah suami," ancam Husain yang mau tak mau di turuti oleh Azalea.
"Izin pinjam kursinya ya, Mbak." Ujar Husain saat mereka sampai di tempat timbangan buah.
"Oh, iya Mas, Mbak. Silahkan." Mbak pegawainya mempersilahkan Azalea untuk duduk di kursi yang kosong di sampingnya.
"Abang tinggal dulu. Gak lama kok. Sambil nunggu Abang ngobrol dulu sama Mbaknya. Gapapa kan, Mbak?" Tanya Husain.
"Oh gapapa. Malah saya seneng ada yang nemenin. Kebetulan temen saya lagi ada urusan sebentar," ujar mbak pegawainya.
Benar saja, selama menunggu Husain mencari barang belanjaan yang lain, Azalea menghabiskan waktunya sambil mengobrol dengan mbak pegawainya yang ternyata asik juga ketika di ajak ngobrol.
-to be continued-