NovelToon NovelToon
Di Persimpangan Rasa

Di Persimpangan Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Idola sekolah
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Candylight_

Alana tak percaya pada cinta—bukan sejak patah hati, tapi bahkan sebelum sempat jatuh cinta. Baginya, cinta hanya ilusi yang perlahan memudar, seperti yang ia lihat pada kedua orang tuanya.

Namun semuanya berubah saat Jendral datang. Murid baru yang membawa rasa yang tak pernah ia harapkan. Masalahnya, Naresh—sahabat yang selalu ada—juga menyimpan rasa yang lebih dari sekadar persahabatan.

Kini, Alana berdiri di persimpangan. Antara masa lalu yang ingin ia tolak, dan masa depan yang tak bisa ia hindari.

Karena cinta, tak pernah sesederhana memilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Candylight_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 — Pengakuan di Tengah Ketegangan

"Lo bisa bikin Jendral makin salah paham, Alana," ucap Naresh mengingatkan. Ia sudah lama memendam perasaan terhadap Alana, tapi membiarkan Jendral salah paham sepertinya keputusan yang buruk.

Alana menatap Naresh, ingin protes. Namun, melihat tatapan Naresh, ia akhirnya memilih untuk diam. Naresh memberi isyarat dengan mata, menginstruksikan agar Alana menyerahkan semuanya padanya.

"Gue dan Alana beneran cuma sahabatan," Naresh menjelaskan pelan namun jelas, berusaha meredakan ketegangan yang semakin terasa. "Gue ngajak dia makan malam bareng karena tadi di sekolah dia dapet banyak tekanan."

Meskipun sebenarnya ia tidak punya kewajiban untuk menjelaskan hal ini, Naresh merasa penting untuk memberikan klarifikasi agar semuanya tetap jelas.

"Gimana kalau kalian gabung meja kita, atau kita gabung ke meja kalian?" saran Aska, khawatir pelanggan lain merasa tidak nyaman dengan keributan antara dua meja itu.

Alana berniat menolak keras saran Aska, tapi Naresh kembali memberi isyarat agar ia diam dan menyerahkan semuanya padanya.

"Oke, kalian gabung aja kesini," putus Naresh tanpa meminta persetujuan Alana.

"Itu keputusan yang bijak," ucap Aska sambil tersenyum tipis, lalu memberi kode pada teman-temannya untuk berpindah.

Tanpa banyak suara, The Rogues segera berdiri dan bergeser ke meja Naresh dan Alana.

Jendral menarik kursi dan duduk di samping Alana tanpa sepatah kata pun. Gerakannya tampak santai, tapi jelas penuh perhitungan—ia tahu persis di mana harus duduk agar bisa mengamati setiap gerak-gerik Naresh.

Sayangnya, ekspresi wajah Naresh bukan sesuatu yang mudah dibaca. Lelaki itu hanya tersenyum seolah tidak terganggu sedikit pun oleh posisi Jendral yang begitu dekat dengan Alana.

“Kita pesan dulu makanan,” ucap Naresh santai, lalu mengangkat tangannya memanggil pelayan. Mereka memang belum sempat memesan apa pun sejak tiba.

"Kenapa gue harus ketemu lo di sini?" tanya Alana dengan suara pelan, hanya cukup terdengar oleh Jendral. Ekspresi wajahnya jelas menunjukkan kekesalan—ia benar-benar terganggu dengan sikap Jendral malam ini.

"Mungkin karena kita jodoh," jawab Jendral enteng, meniru volume suara Alana seolah mereka sedang berbagi rahasia kecil.

Kekesalan Alana langsung melonjak, tapi setidaknya ada satu hal yang bisa ia syukuri: rasa bersalah yang sempat muncul tadi mulai hilang. Ia tak perlu lagi merasa bersalah pada Jendral hanya karena ketahuan makan malam bersama Naresh—karena, jelas-jelas, Jendral jauh lebih menyebalkan.

"Lo mau pesan apa, Alana?" tanya Naresh, tepat saat pelayan tiba di meja mereka.

Sebagai sesama lelaki, Jendral paham betul makna di balik gestur itu—cara Naresh berbicara, nada suaranya, hingga sorot matanya. Semua menunjukkan satu hal: lelaki yang sedang bicara dengan perempuan yang ia cintai. Dan Jendral melihatnya dengan sangat jelas.

"Lo pesenin apa aja, terserah," ucap Alana datar. Dan itu—sialnya—adalah gestur khas perempuan yang sedang ngambek pada kekasihnya.

Jendral ingin percaya kalau Alana dan Naresh memang cuma sahabatan. Tapi bagaimana mungkin ia bisa percaya, kalau yang ia lihat persis seperti pasangan yang sedang berselisih kecil?

"Yaudah," jawab Naresh singkat, tenang. Dan satu lagi—sosok lelaki yang sabar menghadapi kekasihnya yang lagi ngambek. Ia langsung membuka buku menu satu per satu dan mulai memilihkan makanan untuk Alana, seolah itu sudah biasa ia lakukan.

Aska, Dewa, dan Mahen sempat saling pandang sebelum akhirnya serempak melirik ke arah Jendral. Tak ada yang bicara, tapi semuanya tahu—ekspresi Jendral bicara banyak. Meski wajahnya datar, sorot matanya tidak bisa bohong: ada kecemburuan di sana, jelas terlihat bagi siapa pun yang cukup peka.

Setelah memesan beberapa hidangan untuk dirinya dan Alana, Naresh menatap Alana sejenak, memastikan apakah ia setuju dengan satu pilihan pesanan.

“Kali ini nggak ada americano, ya? Bibi bilang lo udah minum itu sepulang sekolah tadi. Gue pesenin air mineral aja,” ujarnya, lebih seperti meminta persetujuan daripada memberi pilihan.

Meskipun terdengar seperti permintaan, nada Naresh sebenarnya memberi kesan sebuah peringatan, seperti mengingatkan agar Alana tidak mengonsumsi terlalu banyak kafein. Dan seperti yang bisa diduga, Jendral menyaksikan semuanya. Pandangannya tetap tajam, dan perasaan cemburunya semakin menguat.

"Ya." Dan yang tidak bisa Jendral terima, Alana menyetujuinya tanpa banyak protes, seolah itu hal yang sangat biasa.

Aska, yang melihat situasi itu, mulai merasa bahwa sarannya untuk bergabung dengan meja Alana dan Naresh mungkin adalah keputusan yang kurang tepat.

"Oke, air mineralnya satu," ucap Naresh pada pelayan sambil memberikan instruksi dengan suara tegas, memastikan pesanan Alana sudah dicatat. Kemudian, ia menyerahkan buku menu kepada Jendral dan teman-temannya.

"Gue udah selesai, sekarang giliran kalian," ujarnya, suaranya tetap tenang.

Dewa, yang mulai merasakan ketegangan dari tatapan Jendral yang penuh permusuhan terhadap Naresh, akhirnya mengambil buku menu itu dan mulai memesan makanan serta minuman untuk gengnya. Beruntung, ia cukup paham dengan selera gengnya dan tahu makanan yang mereka sukai tersedia di restoran ini.

"Apa masih ada yang ingin dipesan?" tanya pelayan, memastikan tidak ada tambahan pesanan setelah Dewa selesai memesan.

"Sudah, cukup. Mungkin nanti ada tambahan," jawab Dewa, sedikit santai.

Pelayan mengangguk, memahami, "Baik, kalau begitu. Mohon ditunggu, permisi." Ia kemudian meninggalkan meja mereka.

***

Ketegangan ternyata masih berlanjut, bahkan setelah semua pesanan terhidang di atas meja dan mereka mulai menyantap hidangan masing-masing.

"Enak banget kayaknya makanan yang dipesan sahabat lo," ujar Jendral dengan sengaja menekankan kata 'sahabat'. Tampaknya ia memang berniat memancing emosi Alana malam ini.

"Apa lo nggak bisa diem dan makan makanan lo?" tanya Alana dengan kesal, bahkan sampai membanting alat makannya di atas piring.

Aska, Dewa, dan Mahen yang sedang makan terkejut, hanya Naresh yang tetap menunjukkan ekspresi tenang.

"Santai dong, gue cuma nanya doang kok," ucap Jendral, tanpa menunjukkan rasa bersalah sedikit pun.

Alana hampir saja menghajar wajah Jendral, tapi untungnya Naresh lebih dulu meminta agar ia tetap tenang dan tidak terbawa emosi.

"Kita kesini buat makan, Alana," ucap Naresh, suaranya tetap tenang namun penuh pengingat.

Alana yang sudah kehabisan kesabaran langsung beranjak dari kursinya, "Gue udah kenyang," ucapnya, meskipun sebenarnya baru beberapa suap yang ia makan.

Saat Alana hendak beranjak pergi, barulah Jendral menyadari kesalahannya. Dengan cepat, ia menahan pergelangan tangan Alana, membuatnya berhenti sejenak.

"Sorry, gue nggak bermaksud bikin lo nggak nyaman," ucapnya, suara Jendral terdengar lebih lembut dari sebelumnya, berharap Alana mau kembali duduk dan lanjut makan.

"Gue tahu gue salah, gue udah cemburu berlebihan sama lo," pengakuan Jendral itu bukan hanya membuat Alana terdiam, tapi juga Naresh yang seketika terdiam karena Jendral terang-terangan mengaku cemburu di depannya.

1
Syaira Liana
makasih kaka, semoga baik baik terus 😍😍
Syaira Liana
ceritanya sangat seru
Syaira Liana
alana percaya yuk
Syaira Liana
jadi bingung pilih naresh apa jeje😭😭
Syaira Liana
alana kamu udah jatuh cinta😍😍 terimakasih kak
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
Syaira Liana
lanjutt kaka, alana bakal baik2 aja kan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!