NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Abah

Jodoh Pilihan Abah

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Keluarga / Cinta Murni / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Siska Dewi Annisa

Nizma Aida Mahfud, gadis cantik putri sulung dari Ustad Yusuf Mahfud, pemimpin pondok pesantren Al Mumtaz. Berparas cantik dan lulusan Al-Azhar Kairo membuat dirinya begitu didamba oleh semua orang.
Namun dia harus menerima kenyataan ketika sang Abah menjodohkannya dengan seorang pria bernama Bagas Abimana. Pria menyeramkan penuh tatto di sekujur tubuhnya dan merupakan ketua geng preman penuh masalah dan jauh dari Tuhan.
Sebagai seorang putri yang berbakti akhirnya Nizma menerima perjodohan itu meski banyak pihak yang menentang.
Akankah Nizma mampu menaklukkan hati seorang Bagas yang sekeras batu? mungkinkah Bagas akan berubah menjadi sosok imam yang baik bagi Nizma? ikuti terus kisah rumah tangga dengan bumbu cinta didalamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 Tragedi dini hari

Nizma merasakan tidur malam ini begitu nyaman. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya Bagas tidur sambil memeluknya. Tak ada lagi guling penghalang keduanya.

Bahkan hingga dini hari menyapa kini Bagas tampak begitu tenang dalam lelapnya. Nafasnya yang teratur serta kedua netranya yang terpejam tenang membuat Nizma senang.

Selama ini Bagas selalu jarang tidur. Dia hanya tidur beberapa jam saja selebihnya dia akan pergi keluar kamar. Entah ke teras atau hanya duduk di kursi depan ruang tv. Pria itu sepertinya selalu mengalami insomnia.

Nizma hendak bangun dari tidurnya. Biasanya sebelum melakukan ibadah Sholat Subuh dia akan ke dapur untuk memasak nasi. Setelah sholat barulah Nizma memasak lauk dan sayuran.

Namun saat dia baru saja bergerak tiba-tiba tangan kekar Bagas semakin mengerat di tubuhnya.

"Mau kemana?" suara serak khas bangun tidur itu terdengar oleh Nizma.

Dia melihat Bagas yang masih terpejam. Rupanya pria itu sudah terjaga. Atau jangan-jangan dia hanya pura-pura tidur semalaman?

"Emm. Aku mau ke dapur bang. Masak nasi." ujar Nizma.

"Masih pagi banget. Entar aja lah habis sholat subuh. Lagian juga pesantren masih libur kan? Kamu nggak kemana-mana." memang biasanya Nizma menyiapkan segala macam masakan karena dia harus segera pergi mengajar di pesantren.

Akhirnya Nizma pun menurut. Dia kembali tidur sementara Bagas kembali memeluknya. Bahkan kakinya kini menumpang di atas paha Nizma seolah menjadikannya seperti guling.

Sementara Nizma yang menikmati pelukan itu tiba-tiba merasakan sebuah pergerakan benda kecil di depan pahanya. Tepatnya diantara tubuhnya dan juga Bagas.

"Abang, kayaknya ada tikus masuk selimut kita deh." ujar Nizma.

"Tikus? Mana ada. Disini nggak ada tikus Nizma." ujar Bagas yang baru saja kembali memejamkan matanya.

"Ada abang. Barusan gerak-gerak. Awas nanti di gigit." Nizma mulai panik sendiri.

"Hmm.. Ada-ada aja. Aku ngantuk nih. Udah kalau kamu ngerasain lagi tinggal tendang aja kan beres. Pasti juga klenger nanti tikusnya." Bagas yang masih sangat mengantuk pun kembali memejamkan netranya. Tiba-tiba.

DUGG..

"AAAWWWW...." Bagas langsung menjerit dengan keras.

"Tikusnya gigit abang?" Nizma langsung bangun dan menyingkap selimut yang mereka pakai untuk mencari keberadaan tikus.

Sementara Bagas kini sedang meringis memegangi pusakanya dari balik celana.

"Astaghfirulloh.. Tikusnya masuk celana abang?" dengan polosnya Nizma justru mengira itu tikus.

"Astaga Nizma yang kamu tendang itu bukan tikus tapi rudalku." Bagas rasanya begitu gemas melihat kepolosan Nizma.

"Rudal? Abang..." sebelum Nizma melanjutkan ucapannya Bagas justru meraih tangan Nizma dan menempelkannya di tempat rudal miliknya.

"ini rudalnya. yang kamu kira tikus terus kamu tendang." Nizma langsung terpekik saat merasakan sebuah benda besar dan panjang yang begitu keras.

"Astaghfirulloh abang itu kan alat vital kamu." Buru-buru Nizma menarik kembali tangannya karena malu.

"Habisnya kamu polos banget nggak ngerti begituan. Itu reaksi wajar kalau pria normal pasti turn on kalau pagi hari. Lagian kamu itu jauh-jauh kuliah ke luar negeri tapi beginian aja nggak tau." gerutu Bagas kesal.

"Ya mana tahu bang. Kuliah aku itu jurusan Dirasat Islamiyah. Mana ada mempelajari begituan." Nizma pun akhirnya protes tak mau kalah.

Benar juga kalau dipikir-pikir. Bagaimana bisa Bagas mengaitkan antara pendidikan Nizma dengan kejadian ini. Ah entahlah tapi melihat kepolosan istrinya membuat Bagas merasa senang juga. Setidaknya Nizma adalah gadis yang masih suci dan belum terjamah oleh godaan dunia.

"Terus itu r-rudal abang gimana? Mau Nizma obati? Mau dikompres air anget barangkali." ujar Nizma yang merasa bersalah.

Sementara Bagas melihat bagaimana kikuknya Nizma apalagi gadis itu tampak bersalah dan hendak memegang kembali milik Bagas.

"E-enggak perlu biar aku urus sendiri saja." tolak Bagas seketika.

"Maaf... Ucap Nizma lirih sambil menundukkan kepalanya.

Melihat istrinya yang tampak memelas membuat Bagas jadi iba. Dia mendekati Nizma dan merangkul bahunya.

"Nggak apa-apa Nizma. Kamu memang masih belum mengerti. Tapi lain kali kamu akan mengerti banyak hal." ujar Bagas akhirnya.

"Iya Abang." Nizma kini mengangguk patuh.

"Yaudah, sekarang kamu bisa bantu abang ke kamar mandi? Rasanya masih ngilu nih." Akhirnya Nizma pun membantu Bagas untuk berjalan menuju kamar mandi.

"Yaampun otong, malang bener nasibmu. Belum juga dipake udah cidera." Bagas menatap ngeri kepemilikannya yang baru saja mengalami tragedi tak berdarah tersebut.

Setelah membersihkan diri kini Bagas sudah bisa berjalan meskipun langkahnya sedikit aneh. Dia pun bersiap untuk pergi ke masjid.

Dia sudah berjanji kepada Nizma untuk rajin ke masjid setelah menempati rumah barunya. Memang sejak Bagas memutuskan membuka hati untuk Nizma dia dengan mudah akan mengikuti permintaannya selama itu tak merugikannya.

Bagas sudah rapi dengan baju koko, peci serta sarungnya. Kini telah bersiap untuk berangkat ke masjid.

"Abang yakin mau ke masjid. Terus ehm.. i-itunya abang emang sudah sembuh? Atau mau diantar ke masjid?"

"Aku baik-baik aja Nizma. Terus kalau kamu mengantarku ke masjid memangnya kamu mau jawab kalau ditanya orang? Kalau burungku kamu tendang?" ucapan frontal Bagas seketika membuat wajah Nizma memerah seketika.

Bagas hanya bisa tersenyum geli melihat tingkah polos istrinya.

Setelah Bagas pergi ke masjid kini Nizma beranjak untuk melakukan ibadah Sholat subuh di kamarnya. Dia berdoa mengharapkan rumah tangganya akan berjalan dengan baik dan berharap agar Bagas bisa mencintainya.

Dengan perkembangan sikap Bagas akhir-akhir ini Nizma pun sudah merasa lega. Perlahan dia pasti akan memenangkan hati suaminya.

Namun tiba-tiba Nizma teringat akan 'milik' Bagas. 'sebesar itu mana muat masuk ke tubuhku?' Nizma pun bergidik ngeri sendiri membayangkan bagaimana nanti Bagas memberi nafkah batin untuknya.

"Astaghfirulloh... Astaghfirulloh..." Nizma menepuk sendiri keningnya berharap pikiran kotor itu segera pergi.

Sementara Bagas sampai di masjid dengan pergerakan yang luar biasa susah payah menahan nyeri di pusat intinya . Membuat beberapa tetangga memperhatikan langkahnya.

"Saya dulu waktu masih pengantin baru juga gitu kok Mas, kadung keenakan suka lupa waktu. Akhirnya gempor deh." celetuk seorang bapak-bapak.

Sementara yang lainnya tampak cekikikan menimpali.

"Iya Mas. Gas terus sampe segala macam gaya dicoba."

Bagas hanya bisa tersenyum kecut saat mendengar ucapan para tetangganya itu. Boro-boro mendapatkan jatah justru yang dia dapat tendangan maut dari istrinya.

Sementara seorang bapak-bapak lainnya ada yang mulai mendekati Bagas.

"Banyakin minum jamu telur mentah mas, biar stamina makin terjaga. Masak masih muda begini habis main udah lemes itu badan. Padahal badan mas Bagas kekar gitu." sungguh ucapan bapak-bapak satu ini benar-benar membuat Bagas merasa tersinggung.

"Saya nggak selemah itu kok Pak. Kebetulan saya begini bukan karena hal itu. Kebetulan habis kecelakaan jadi bapak-bapak semua jangan berpikiran macam-macam." Bagas berusaha menahan emosinya.

"oh, saya kira mainnya kekencengan Mas. Emang kalau boleh tahu kenapa kok bisa kecelakaan." rupanya mereka masih saja kepo.

"Nggak sengaja kepentok meja." dengan kesal Akhirnya Bagas buru-buru pergi sebelum banyak pertanyaan lagi dia dapat.

Terpaksa dia berbohong karena tidak mungkin juga jujur mengatakan Nizma yang telah membuatnya seperti ini.

...****************...

1
Nur Atika
hahahahahh
Nur Atika
keren
Winnie 💛
salah Bagas gak bisa tegas sm uler keket..
Lini
Gnteng ny oiiiiiii
Sama cntik
Lini
Hahahahahaha
Rita Mahyuni
alhamdulillah
Esther Lestari
nikmati hasil dari niat jahatmu Ayu
Esther Lestari
dasar bibit pelakor. jangan dibiarkan pelakor merajalela dirumahmu Nizma
Esther Lestari
pasti itu musuhnya abang Bagas
Nur Lizza
lah kok jd Qila nikah SM yg lain
artsiska: dibaca dulu kak ceritanya..
total 1 replies
Istrinya Minyoongi 💜
lahh kenapa dirubah author padahal seru lohh yang kemaren juga ceritanya 💪💪 fighting lanjutkan author 🤗😍
artsiska: baca ceritanya ya kak
total 1 replies
Winarti Winarti
judul novel terbaru author mengejar cinta sahabat di rak buku saya tdk ada
Kamisah 75: mengejar cinta sahabat
artsiska: maaf kak.. untuk buku itu saya revisi dan ganti judul. dengan versi cerita yang berbeda. Namun tetap dengan tokoh yang sama. Karena novel yang sebelumnya cerita kurang sesuai
total 2 replies
Monah
di tunggu thor
Wahyu Widyasari
Lumayan
Wahyu Widyasari
Biasa
Shxxbi
Pinter bgt thorr milih visual nya, sesuai kriteria ku sebagai pembaca 😆😆
tsuraya kenko
yg sok alim mlh sombong yaaa....
tsuraya kenko
abah sm bagas pny rhs masing2.

ahhh.. pinisirin.
lanjut thor
tsuraya kenko
adem bnr thor... lanjut ah
Ai Siti Rahmayati
ceritanya semakin seruu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!