Nabila Putri, seorang gadis yatim piatu yang merantau ke kota untuk melanjutkan hidupnya. Dan dia bertemu dengan seorang pengusaha muda yang bernama Aditya Laksmana. mereka jatuh cinta dan menjalin hubungan,tapi sayangnya hubungan itu ditentang keras oleh ibunya Aditya.
Akankah mereka bersatu????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeniiyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33 Ternyata Benar
Saat baru sampai di rumah, Aldi langsung menghubungi Rio.
"Iya, ada apa?" tanya Rio dari seberang telepon.
"Cari tau tentang Aditya Laksmana, juga di mana Nabila bekerja sebelumnya."
"Untuk apa?"
"Segera lakukan, aku mau besok pagi laporannya sudah ada di meja kerja ku."
Tanpa menunggu jawaban Rio, Aldi memutuskan sambungan telepon.
"Dasar, mentang-mentang bos seenaknya saja memberi perintah," gerutu Rio.
Keesokan harinya laporan yang di minta Aldi sudah ada di meja kerja Aldi. Tanpa menunggu Aldi segera membaca laporan yang di berikan oleh Rio.
Setelah selesai membacanya Aldi mengerti apa yang terjadi. Pantas saja Nabila membatasi diri dari keluarganya, ternyata karena hinaan dari keluarga Laksmana.
Aldi jadi semakin bertekad untuk menjadikan Nabila pendamping hidupnya. Cukup sudah penderitaan Nabila, Aldi tidak akan membiarkan Nabila dihina dan direndahkan lagi. Sudah saatnya Nabila bahagia.
"Nabila, aku berjanji akan melindungi mu," gumam Aldi.
Janji yang sama yang pernah di ucapkan oleh Aditya. Tapi kenyataannya Aditya lah sumber kesedihan yang di alami oleh Nabila.
Akankah Aldi bisa menepati janjinya?
***
Hari ini meta melakukan fitting baju pernikahan di butik milik Nuri. Sudah dari sebulan lalu Meta memesan gaun pengantin pada Nuri.
Saat ini Meta sedang menunggu Roy, calon suaminya yang akan menikahinya bulan depan.
Roy berjanji akan menjemput Meta saat jam makan siang. Tapi hingga kini Roy bahkan tidak memberi kabar, padahal saat ini jam menunjukkan pukul 13.30
"Kemana sih mas Roy, dihubungi juga nggak di angkat."
Meta sangat gelisah dan keluar masuk ruangannya.
Nabila yang kebetulan lewat merasa heran dengan tingkah bosnya itu.
"Mbak Meta kenapa?" tanya Nabila.
"Aku sedang menunggu mas Roy, katanya mau jemput tapi sampai sekarang belum datang."
"Apa sudah coba ditelpon, Mbak?"
"Sudah, tapi tidak diangkat."
"Mungkin masih ada pekerjaan Mbak."
"Tapi dia sudah janji, karena hari ini rencananya kita mau fitting baju."
"Mbak duduk dulu, aku ambilkan minum. Apa Mbak sudah makan?"
"Belum, aku nggak nafsu makan karena mikirin mas Roy."
"Ya sudah aku tinggal sebentar ya Mbak."
"Iya."
Meta tampak sangat gelisah, kerena tidak biasanya Roy seperti ini. Kalaupun Roy sedang sibuk atau ada pekerjaan mendadak pasti dia memberi kabar.
Tak lama Nabila datang dengan membawa minuman dan roti isi.
"Minum dulu Mbak, dan makan rotinya."
"Makasih ya Bila."
Lalu Meta hanya minum tanpa menyentuh roti isi tersebut.
"Mbak makan dulu rotinya biar perutnya nggak kosong."
"Aku nggak lapar, Nabila."
"Tapi Mbak harus makan, nanti Mbak bisa sakit kalau nggak makan sama sekali."
Lalu Meta memakan roti dengan hati yang masih gelisah. Saat Nabila ingin berkata sesuatu tiba-tiba ponsel meta berdering.
Meta segera melihat siapa yang menghubunginya, berharap itu adalah Roy. Tapi ternyata Nuri yang menghubunginya.
"Iya, Nuri."
"Kak, katanya mau fitting baju. Aku udah nunggu dari tadi loh."
"Iya maaf ya, aku masih nunggu mas Roy. Tapi dia tidak ada kabar, dan sekarang ponselnya malah mati."
"Oh, ya sudah kalau begitu besok saja ya Kak, karena aku ada kuliah sore ini."
"Baiklah."
Lalu sambungan telpon terputus. Nabila dan Doris berusaha menenangkan Meta yang sedang gelisah.
"Mbak Meta, yang tenang ya. Semoga mas Roy baik-baik saja," ucap Doris.
"Tapi mas Roy tidak pernah seperti ini, Doris!" ucap Meta yang sudah menangis.
Karena saat menghubungi kantor, kata sekertaris Roy, dia sudah keluar sejak satu jam yang lalu.
Lalu di mana Roy saat ini?
Saat Doni melintasi jalan yang cukup sepi, dia melihat mobil yang sangat dia kenali terparkir di pinggir jalan.
Tidak ada tanda-tanda ada orang di sana. Lalu Doni melakukan panggilan Vidio dengan Nuri.
"Ada apa, Yang?" tanya Nuri begitu penggilan tersambung.
"Sayang, bukankah itu mobil Roy?" tanya Doni sambil memperlihatkan mobil yang sedang terparkir.
"Sepertinya iya, itu kamu di mana?"
"Di jalan pintas menuju kafe Meta, Yang."
"Kak Roy nya ada nggak?"
"Kayaknya nggak ada, mobilnya kosong."
"Kamu jangan keluar Yang, takutnya itu kasus perampokan."
"Iya, ini aku masih di dalam mobil."
"Coba kamu tanya orang yang ada di sekitar situ, Yang."
"Nggak ada orang. Di sini sepi banget. Makanya aku nggak berani turun."
"Ya udah, telpon kak Aldi saja. Suruh dia membawa bantuan."
Setelah Doni menghubungi Aldi, sepuluh menit kemudian datang dua mobil yang ternyata Aldi dan beberapa bodyguard nya. Lalu baru Doni berani keluar dan mendekati Aldi.
"Gimana, apa ada pergerakan?" tanya Aldi.
"Tidak ada, dari tadi sepi."
"Baiklah, kalian segera sisir tempat ini," perintah Aldi pada anak buahnya.
Dengan sigap mereka segera berkeliling di tempat itu. Sedangkan Aldi, Doni, dan Rio memeriksa mobil Roy.
Tidak ada tanda-tanda kekerasan di sana. Mereka semakin bingung dengan apa yang terjadi.
Tak lama anak buah Aldi berteriak, dan dia menemukan ponsel yang tergeletak beberapa meter dari mobil Roy.
"Iya, ini ponsel Roy. Tapi dimana dia?" gumam Aldi.
"Bos! Bos!"
Lalu mereka semua segera berlari ke arah suara. Dan terlihat Roy tergeletak tak sadarkan diri dengan kondisi luka di sekujur tubuhnya.
"Telpon ambulance!"
Lalu dengan sigap Rio menghubungi ambulance dan juga polisi untuk menyelidiki apa yang terjadi. Dan tak berapa lama ambulance dan polisi datang.
Mereka semua bergerak cepat segera memberi pertolongan pada Roy yang sudah tidak berdaya.
Doni menghubungi Nuri dan mengabarkan apa yang terjadi. Dan Nuri segera ke kafe menemui Meta.
"Kak Meta!'
"Nuri, ada apa? Kenapa kamu terlihat panik?"
"Kak Roy, Kak!"
"Mas Roy kenapa?"
"Dia di bawa ke rumah sakit."
"Apa yang terjadi?" tanya Meta yang sudah berlinang air mata.
"Aku juga nggak tau Kak, ayo aku antar ke rumah sakit."
Saat akan berdiri, Meta sedikit oleng dan untung saja ada Nabila di sampingnya dan menangkap tubuh Meta.
"Mbak, Mbak Meta nggak apa-apa."
"iya, aku harus segera bertemu dengan mas Roy."
"Tapi badan Mbak Meta lemah."
"Nabila, kamu ikut saja, dampingi Kak Meta," ucap Nuri.
"Baiklah."
Lalu mereka bertiga segera melaju ke rumah sakit. Saat baru sampai terlihat Aldi, di depan UGD yang terlihat cemas.
Ingin Meta berlari, tapi tidak bisa. Tubuhnya seakan tidak bertulang. Nabila dengan telaten memapah Meta menuju ruang UGD.
"Aldi, apa yang terjadi?" tanya Meta.
"Duduk dulu, Mbak," ucap Nabila.
"Meta, kamu yang tenang. Polisi masih menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi pada Roy."
"Bagaimana ceritanya kalian menemukan mas Roy."
"Sebenarnya Doni yang tidak sengaja melihat mobil Roy di pinggir jalan. Tapi tidak ada siapapun di sana.
Lalu Doni menghubungiku karena kondisi di sana sangat sepi. Setelah itu Roy di temukan tidak sadarkan diri di semak-semak."
"Apa ini kasus perampokan?" tanya Nabila.
"Sepertinya bukan, karena mobil dan ponselnya masih ada."
"Lalu apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Meta.
"Kita tunggu saja keterangan dari pihak polisi."
Tak lama dokter keluar dari ruang UGD. Dengan segera Aldi mendekati dokter tersebut.
"Bagaimana kondisinya, Dok?"
"Pasien masih belum sadarkan diri, kerena ada trauma akibat pukulan benda tumpul di kepalanya. Kami masih memantau keadaanya. Untuk saat ini pasien belum bisa di temui. Saya permisi dulu."
"Mas Roy!" lalu Meta pingsan karena kondisinya juga sangat lemah.