Jika kamu mau bermain api, berarti kamu harus siap untuk terbakar, karena jika api asmara sudah berkobar akan sulit untuk mematikannya.
Dan jika kamu berani untuk menyakiti, berarti harus siap untuk disakiti, ini bukan soal Karma, tapi itu hasil dari apa yang pernah kamu tanam.
Pertukaran pasangan adalah hal yang tidak wajar dilakukan, namun Embun Damara dan Arsenio Hernandes terpaksa melakukannya, karena desakan dari pasangan masing-masing.
Namun siapa sangka, yang awalnya mereka menentang keras dan merasa tersakiti, kini butir-butir cinta mulai bersemai dihati mereka masing-masing, walau masih ragu, tapi rasa sayang dan cinta diantara mereka mengalir begitu saja seiring berjalannya waktu. Padahal perjanjian mereka hanya bertukar pasangan selama satu bulan saja.
Akankah cinta mereka akan kekal sampai nanti, atau harus putus karena masa perjanjian sudah selesai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33.Retak
Cinta memang aneh, kadang juga nyebelin. Mendadak dia bisa hilang dan tiba-tiba muncul jadi horor. Jadi kejam. Jadi mengerikan. Jadi setan. Jadi tuyul bahkan jadi bom yang bisa meledak kapan saja dan dimana saja, maka dari itu jangan coba-coba bermain api, jika kalian belum siap untuk terbakar.
Semalaman suntuk Nevika sama sekali tidak bisa memejamkan kedua matanya, apalagi saat dia sudah mengetahui sifat asli dari Bagas yang ternyata tak lebih dari sampah, yang hanya memanfaatkan dirinya untuk kesenangan dia semata atau mungkin untuk menghilangkan rasa bosan sejenak didalam hubungannya.
Dan rasa sesal dari diri Nevika karena menerima permainan gila ini semakin menggunung, bahkan hampir meledak pagi ini.
"Aku harus kerumah Arsen sekarang, aku tidak mau kehilangan orang sebaik dia!"
Saat mentari baru saja menunjukkan sinar yang berwarna orange, Nevika sudah bersiap untuk menemui Arsen, dia harus membujuk pria itu agar berjanji untuk tetap bersamanya dan memutuskan pertunangannya dengan Embun.
Setelah mobil online pesanannya datang, dia bergegas pergi bahkan sengaja memberikan tips banyak agar sopir itu mau menambah kecepatan laju mobilnya semaksimal mungkin.
Hingga akhirnya tidak sampai setengah jam berlalu, Nevika sudah sampai didepan rumah milik Arsen, dia sudah bisa menebak kalau Arsen pasti tidak ada didalam Apartementnya karena tadi malam ada acara keluarga, jadi sudah bisa dipastikan dia menginap dirumah kedua orang tuanya malam ini.
"Permisi." Nevika mengetuk pintu rumah Arsen dengan cukup keras, karena rasa-rasanya dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengannya.
Ceklek
Saat pintu terbuka ternyata Mama Arsen yang muncul menyambutnya, bahkan dengan tatapan heran atau lebih tepatnya tatapan tidak suka melihat Nevika datang sepagi ini ke rumahnya.
"Ada apa Nev, kenapa pagi-pagi sekali kamu datang kemari?" Pertanyaan Mama Arsen sebenarnya sudah mencerminkan rasa tidak sukanya, apalagi saat putranya sudah bertunangan dengan wanita lain.
"Saya mau cari Arsen Tante, ada banyak hal yang harus saya tanyakan dengannya." Ucap Arsen sambil clingak-clinguk kedalam rumah itu.
"Arsen tidak ada disini, lebih baik kamu pulang saja, soalnya Tante mau berpergian." Jawab Mama Arsen yang langsung berdiri ditengah-tengah pintu, seolah menghalangi Nevika agar dia tidak lagi menggangu putranya yang sudah berpunya.
"Tante, tolonglah, ada kesalah pahamanan diantara aku dengan Arsen, dan harus kami bicarakan hari ini juga." Pinta Nevika dengan suara yang dia buat selembut mungkin.
"Tante sebenarnya tidak mau ikut campur urusan kalian, tapi yang pasti Arsen sudah menjadi milik wanita lain sekarang, lebih baik kamu lupakan Arsen saja, masih banyak pria lain diluar sana, okey Nevika?" Mama Arsen masih bersikap sopan, walau sebenarnya selama ini dia memang kurang suka dengan Nevika.
Dia percaya dengan putranya, tidak mungkin Arsen bisa memilih wanita lain kalau tidak ada sebabnya.
"Tidak, aku masih kekasih Arsen Tante, kami tidak putus, tadi malam Arsen pasti hanya bersandiwara saja, dan akulah calon menantu Tante yang sebenarnya, percayalah Tante." Nevika mencoba meyakinkan dirinya, karena selama ini dia tidak pernah merasa bermasalah dengan restu orang tua pikirnya, bahkan hubungannya dengan Arsen sudah berjalan tahunan, bukan sebentar.
"Kamu? ckk.. sudahlah Nevika, terima saja jika Arsen memang sudah tidak bisa menjadi jodohmu, jangan menebar fitnah yang tidak-tidak, nggak baik tau nggak!" Sebenarnya emosinya mulai terpancing, namun dia masih mencoba untuk menahannya.
"Sungguh Tante, saya belum putus dengan Arsen, tolong beri kami waktu untuk berbicara Tante, aku mohon." Tidak ada pilihan lain selain memohon, karena dia harus bertemu dengan Arsen pagi ini apapun caranya.
"Sudahlah, Tante sedang malas berdebat denganmu sepagi ini, Tante belum sarapan jadi nggak punya energi, lebih baik kamu pulang saja." Mama Arsen sebenarnya sudah malas, namun dia tidak mungkin juga mengusir orang dengan cara berteriak-teriak.
"Tapi Tante." Nevika kembali memohon, bahkan menahan pintu rumah itu agar tidak ditutup.
"Siapa Ma? kenapa ribut-ribut sepagi ini, malu kalau didengar tetangga." Dan ternyata Arsen berjalan keluar untuk melihat siapa yang datang.
"Itu Arsen, kenapa Tante berbohong denganku?" Umpat Nevika dengan kesal, dia sudah menduga kalau Arsen pasti ada didalam rumah itu.
"Nevika?" Arsen pun tidak menyangka jika wanita itu sudah datang mencarinya sepagi ini.
"Arsen, aku ingin bicara denganmu." Nevika seolah meminta pembelaan dengan Arsen.
"Ckk... kalau udah putus ya putus aja, sekuat apapun kalian menyambung tali yang putus, pasti ada cacatnya dan tidak akan sekuat dulu lagi, paham kalian." Mama Arsen langsung mengeluarkan kata sindirannya.
"Tapi kami belum putus Tante, kemarin kita hanya melakukan permainan saja." Celetuk Nevika tanpa sadar.
"Permainan apa maksudnya?" Kedua alis Mama Arsen langsung terangkat semua,dia semakin tidak paham dengan kisah cinta anak muda jaman sekarang.
"Nevika, kita bicara diluar saja." Dan Arsen langsung menarik lengan Nevika dan membawanya ke bangku Taman halaman rumahnya.
"Arsen, maksud kamu apa! pokoknya Mama cuma mau Embun yang jadi menantu Mama, tidak yang lain, paham kamu!" Mama Arsen langsung berteriak untuk mengingatkan putranya agar tidak goyah dengan pilihannya.
"Iya, Mama masuk aja dulu, biar aku selesaikan semuanya dengan Nevika." Arsen pun tahu dengan keputusannya sendiri.
"ARSEN!" Nevika merasa tidak terima saat Arsen seolah mengikuti arahan Mamanya.
"Jangan lagi kamu berani meninggikan suaramu didepanku Nevika!" Arsen sudah banyak mengevalusi diri, dia tidak mau terus diinjak-injak oleh Nevika dengan segala tingkah dan kemauannya.
Arsen juga mulai menyadari bahwa mengenal orang baru itu lebih baik daripada bertahan tapi dirinya tidak dihargai.
"Dia memang tidak cocok menjadi pendamping hidupmu Arsen, jadi pandai-pandailah kamu memilih pasangan, kalau tidak kamu akan menyesal seumur hidupmu!"
Brak!
Mama Arsen langsung membanting pintu rumahnya, sedari dulu dia memang kurang begitu suka dengam sikap Nevika yang berubah-ubah, namun Mama Arsen berfikir mereka masih dalam tahap penjajakan, itu kenapa Mama Arsen tidak pernah menanyakan apalagi menyuruh Arsen untuk segera menikahinya, namun saat bertemu dengan Embun, nalurinya sebagai seorang Ibu seolah mengatakan jika Embun adalah yang terbaik untuk putranya.
"Arsen, apa-apaan ini, kenapa kamu malah bertunangan dengan Embun tadi malam?" Saat mereka sudah duduk berdua dibangku taman, Nevika mulai protes dengannya.
"Kamu tahu darimana?" Tanya Arsen yang memilih berbasa-basi duluan.
"Aku melihat sendiri kalian membuat acara tunangan di Kafe, apa kamu tidak melihat kami tadi malam, atau sengaja pura-pura tidak mau tahu kalau ada kami dipintu depan?" Cecar Nevika dengan wajah gusarnya, apalagi tadi malam dia tidak tidur, emosinya seolah tidak terkontrol lagi.
"Fuh... begini saja Nevika, kita bicarakan semuanya secara baik-baik okey?" Arsen merasa ini saat yang tepat untuk dia menjelaskan tentang semuanya.
"Hari ini permainan kita sudah selesai, dan kita akan kembali berpacaran seperti dulu lagi Arsen, aku masih sangat mencintaimu, jadi putuskan pertunangan kamu dengan Embun dan ayo kita menikah sayang." Nevika tidak ingin kehilangan kesempatan, jadi dia langsung mengajak menikah saja pikirnya, toh jika dia menikah dengan Arsen tidak ada yang perlu dia khawatirkan lagi.
"Nevika?" Arsen memegang kedua lengan Nevika perlahan agar dia lebih tenang.
"Panggil aku sayang, seperti biasanya, jangan coba-coba mengingkari janji kita sayang, tolonglah." Dan Nevika mulai merayunya.
"Sejak aku melihat hubungan kamu dengan Bagas, entah mengapa perasaanku sudah tak lagi sama denganmu Nevika."
Bagas dan Nevika terlalu berlebihan menurutnya, jadi saat kembali bersama Nevika dia pasti akan sulit untuk melupakan hal itu, karena bukan sekali dua kali dia melihat mereka terlalu vulgar menurutnya.
"Nggak! Aku tidak mau tahu, kamu harus tetap bersamaku, ini kan hanya permainan saja sayang, jangan terlalu diambil hati." Umpat Nevika kembali.
Mungkin jika Bagas tidak menunjukkan sifat aslinya, dia tidak akan sepanik ini, karena jika Arsen menolak masih ada Bagas yang siap menerima dia dalam hidupnya.
"Tapi kamu terlalu menikmati bahkan kamu terlihat bahagia saat berhubungan dengan Bagas." Ucap Arsen dengan helaan nafas beratnya.
"Kamu pun menikmati hubunganmu dengan Embun bukan?" Nevika mencoba membalikkan ucapannya.
"Iya, aku menikmatinya, tapi itu setelah hatiku kamu hancurkan dengan kelakuan kalian yang lebih dari kata mesra jika hanya setakat menjalani permainan, mengerti kamu Nevika?" Ucap Arsen yang memang tidak menyangkalnya.
"Maksud kamu apa? aku hanya melakukan hal yang sewajarnya saja,seperti orang berpacaran pada umumnya kok." Jawab Nevika yang merasa tidak terima.
" Wajar? hal seperti itu kamu bilang wajar? bahkan dari hari pertama kamu melakukan permainan ini, kamu sudah sangat berlebihan Nevika, apa kamu tahu betapa canggungnya aku saat berdua dengan Embun pada awalnya? kami bahkan seperti dua orang asing yang dipaksakan bersama, tapi tidak dengan kalian berdua yang enjoy saja." Arsen benar-benar meluapkan segalanya.
"Yang jadi masalahnya kenapa kalian malah bertunangan, dalam perjanjian permainan itu tidak ada kata tunangan sayang, kalian hanya bersandiwara juga kan, cepat putuskan pertunangan kalian dan menikahlah denganku."
"Maaf Nevika, aku tetap memilih Embun." Walau keputusan itu terasa berat, namun Arsen sudah memikirkan ini semua matang-matang.
"ARSEN, hari ini permainan kita sudah selesai, jangan gila kamu!" Teriak Nevika yang tetap tidak bisa menerima begitu saja.
"Aku memang sudah gila, dan itu karena ulahmu sendiri, kamu yang sengaja membuangku ke tempat yang lebih indah, jadi jangan salahkan aku jika aku tidak bisa lagi kembali padamu." Jawab Arsen yang seolah tanpa sadar bersyukur juga, karena tanpa permainan ini dia tidak akan mengenal dekat sosok Embun yang begitu istimewa baginya.
"Aku tidak terima, sampai kapanpun itu aku tidak mau putus denganmu Arsen, TITIK!" Ucap Nevika dengan kekeh.
"Terserah kamu saja, tapi aku tetap ingin bersama dengan Embun!" Tegas Arsen yang kembali bangkit dari duduknya.
"ARSEN, aku tidak mau putus denganmu, apa kamu tega melakukan hal itu denganku? hubungan kita sudah terjalin lama Arsen, kenapa kamu tega berbuat seperti ini denganku sayang, aku masih cinta denganmu, tolong jangan tinggalkan aku Arsen." Teriak Nevika sambil mengejar langkah Arsen.
"Maaf, aku memang sudah ingkar dengan perjanjian kita, tapi ini semua kalian yang memaksaku untuk memulai, jika kamu tidak bermain api dengan hubungan kita, pasti kita akan tetap baik-baik saja." Jawab Arsen yang tidak mau menoleh kearah Nevika.
"Arsen, maafkan aku, sekarang aku pun menyesal." Rengek Nevika kembali.
"Menyesal diakhir memang tidak ada gunanya Nevika, anggap saja ini sebagai pembelajaran hidup untuk kita semua, agar kedepannya jangan pernah mempermainkan perasaan hanya demi kesenangan semata." Keputusannya sudah bulat, dan dia tetap akan mempertahankan Embun.
"Jangan tinggalkan aku Arsen, aku tidak tahu bagaimana hidupku jika kamu pergi dariku." Karena hanya Arsen harapannya saat ini, susah mencari yang seperti dirinya.
"Buktinya dalam sebulan ini kamu baik-baik saja aku lihat, bahkan kamu bisa tertawa bahagia, bermesraan tak tahu tempat dengan Bagas, apa kamu pikir aku tidak melihatnya?" Arsen tersenyum sinis mendengarnya.
"Ini tidak seperti yang kamu kira Arsen?"
"Tapi hal itu yang berhasil menorehkan luka dihatiku dan menumbuhkan rasa cintaku dengan sosok Embun, jadi jangan salahkan aku jika aku kini lebih memilih Embun daripada kamu." Bahkan angin dipagi itu seolah bertiup dengan kencangnya, seolah menyejukkan perdebatan panas mereka.
"TIDAK!" Teriak Nevika yang mencoba menahannya.
"Kembalilah dengan Bagas, aku sudah melepasmu, kamu bisa hidup berbahagia juga dengannya, karena mungkin takdirmu adalah Bagas bukan aku." Awalnya dia tidak ingin seperti ini, namun Nevika terus memancing emosinya.
"Aku tidak mau dengan Bagas, aku maunya kamu Arsen sayang, tolong jangan tinggalkan aku." Pinta Nevika yanb mulai mengeluarkan air mata.
"Sekali lagi maaf Nevika, aku sudah tidak bisa kembali bersamamu lagi, semua sudah tidak sama seperti dulu, jika aku paksakan takutnya kita berdua akan sama-sama tersakiti." Karena hati Arsen seolah sudah dipenuhi dengan wajah Embun dan segala perhatian Embun terhadapnya.
"Arsen?" Tangisan Nevika benar-benar pecah kali ini.
"Terima kasih sudah pernah hadir dalam hidupku dan menemani hari-hariku, semoga kedepannya kamu bisa menemukan yang lebih baik dari aku, pulanglah.. hubungan kita sudah selesai sampai disini."
Arsen pun sebenarnya tidak tega, namun dia sudah tidak bisa lagi membohongi perasaannya, hubungannya sudah retak sejak permainan ini dimulai, dan seolah sudah sulit untuk disatukan kembali, karena Arsen seolah sudah tidak bisa jika harus berpisah dari Embun.
"TIDAAAAAAAKKKK!" Jerit Nevika dengan kerasnya.
Arsen langsung masuk kedalam rumahnya dan menutup pintunya, setelah menyelipkan beberapa lembar uang kedalam saku baju milik Nevika untuk perjalanan pulang naik Taksi, karena dia sudah tidak bisa lagi mengantarnya, sedangkan Nevika hanya bisa terduduk dilantai dengan deraian air mata dan beribu penyesalan yang ada.