Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua puluh tiga
"Salahku apa, Mbak? Aku gak pernah keluyuran, aku selalu menjadi istri yang baik untuk Mas Arka," Gita masih terus menangis dengan nafasnya yang tersengal, disertai bulir bening yang membanjiri sudut matanya.
"Istigfar, Git. Astaghfirullahalladzim...," Aisyah mencoba menuntun Gita untuk beristighfar dan mengingat Rabb-Nya.
"Asraghfirullahhalladzim," sebut Gita sembari menangis.
Praaaaank
Tiba--tiba saja terdengar suara berdentang dari arah dapur yang membuat kelima wanita itu tersentak kaget.
Mereka saling pandang, dan tiba-tiba saja merasakan bulu kuduk meremang secara tiba-tiba.
"Apaan itu?" tanya Ningsih dengan rasa penasaran.
Ia yang berdiri diambang pintu mencoba melihat ke arah dapur, dan Wati yang merasa kepo mengekorinya dari arah belakang.
"Perasaanku kok gak enak--ya?" ucap Ningsih, sembari bergidik ngeri.
"Iya, aku juga merasa seperti ada yang nempel dipunggungku," Wati menimpali
"ih, kamu jangan nakutin." Ningsih menyikut lengan Wati yang berjalan sejajar dengannya.
Mereka tiba diambang pintu, dan, mengedarkan pandangannya menyapu ruangan dapur untuk melihat benda apa yang tadi jatuh berdenting.
Sedangkan Tuti menemani Aisyah didalam kamar Gita dan membantu menenangkan wanita itu.
Sementara itu, Wati semakin tak nyaman, dan ia melihat sekelebat bayangan hitam menuju pintu kamar mandi. "Ning, kok sepertu bau melati--ya?" ucapnya dengan deguban jantungnya yang terdengar memburu.
"Iya, perasaanku kok jadi gak enak, ya?" Ningsi menimpali.
Kreeeeeek
Terdengar suara pintu terbuka, dan itu berasal dari arah gudang yang ruangannya bersebelahan dengan dapur.
"Apaan, tu? Keknya ada orang masuk ke gudang," Wati menunjuk hal yang dicurigainya dengan bibirnya.
"Lihat, Yuk? Mana tau saja maling, soalnya Arka kan sudah pergi." ajak Ningsih, sembari berjalan terlebih dahulu.
"Gak mau, ah. Takut!" tolak Wati dengan wajah takut.
"Apaan, sih. Ini siang bolong, mana ada setan!" wanita itu menarik pergelangan tangan Wati dengan paksa, tang mmebuat wanita itu mau tidak mau akhirnya mengikuti Ningsi yang sudah membawanya.
Mereka berjalan sangat hati-hati dan menuju gudang denga n sangat perlahan.
Saat tiba diambang pintu gudang, mereka melihat ada beberapa tumpukan barang yang sudah tidak terpakai. Sebagian ditutup oleh kain berwarna putih untuk menghindari debu.
Rumah Gita dan Arka hanya satu lantai saja, namun berukuran cukup luas, sebab tanah yang mereka memiliki tiga kali lebih luas dari milik tetangga lainnya.
Wuuuuuss
Ningsih merasakan terpaan hawa panas menyapu wajahnya, lalu aroma melati menguar dari dalam ruang gudang.
"Aroma melatinya dari arah sini," ucap Wati dengan mempertajamkan indera penciumannya ke arah ruangan gudang.
"Iya, apaan ya?" Ningsi semakin merasakan pori-porinya meremang.
Wuuuus
Tiba-tiba sekelebat bayangan melintas didalam gudang, dan ketika keduanya mengamati dengan benar, sosok mengerikan dengan rambut panjang menjuntai hingga kelantai dan wajahnya yang rusak muncul tak jauh dari hadapan keduanya.
Seketika Wati dan Ningsih berteriak histeris.
"Aaaaaaaaaaa..," pekiki keduanya dengan wajah ketakutan, lalu berlari berhamburan keluar dengan teriakan yang cukup kencang, dan mereka melupakan sendal yang tertinggal dirumah Gita, lalu masuk kerumah masing-masing dengan wajah memucat.
Sontak saja hal itu semakin menambah daftar keributan yang terjadi dipagi hari ini.
Aisyah dan juga Tuti saling pandang, sedangkan Gita menghentikan tangisannya, meskipun masih sesenggukkan .
"Apa yang terjadi pada mereka?" Aisyah bertanya pada Tuti, tentu saja wanita itu mengangkat kedua pundaknya dengan isyarat ia tidak tahu menahu.
"Coba kita periksa mereka." Gita mengajak Tuti untuk memeriksa kedua wanita yang sudah terlebih dahulu ngacir keluar rumah.
"Git, tinggal sebentar, ya. Ingat, kamu jangan melakukan hal yang aneh ingat anakmu!" Aisyah menekankan ucapannya.
Gita hanya menganggukkan kepalanya, dan Aisyah tersenyum memberikan semangat pada wanita itu.
Titi sudah terlebih dahulu keluar, sedangkan Aisyah merasakan sesuatu yang janggal saat berada dikamar Gita, dimana ada perasaan tak nyaman, dan auranya terasa begitu sangat negatif.
Aisyah menarik nafasnya dengan berat, lalu mencoba beristighfar dan kali ini, tiba-tiba saja cermin dimeja rias Gita retak tanpa sebab.
Sontak saja wanita itu merasakan hal janggal tersebut semakin kuat.
Ia bergegas keluar, setelah merasakan punggungnya menebal, lalu berjalan menuju ke rumah Ningsi, sebab Tuti menuju kerumah Wati.
Aisyah melihat kediaman Ningsih tampak sedikit heboh, sebab sesuatu terjadi pada wanita itu dengan tiba-tiba.
"Apa yang terjadi?" tanya Aisyah saat melihat suami Ningsi yang sudah berpakakan kerja tampak kebingungan melihat istrinya yang mengigil ketakutan dan suhu tubuhnya sangat tinggi. Kedua matanya membeliak dengan melihat ke atas, sedangkan bibir dan tangannya tampak tremor.
"Dik, Dik, Dik Ningsi kamu kenapa?" tanya Rudi dengan mengusap ujung kepalanya istrinya dengan nada panik.
"Heeerrg... Heeeerrg... Heeerrghh...," Ningsi hanya menggeram dengan tubuhnya yang bergetar hebat.
"Astaghfirulalhallahadzim," Aisyah mencoba ikut menenangkan Ningsih dengan terus melantunkan doa.
"Kamu kesambet apa, sih--Dik?" tanya Rudi dengan bingung.
Aisyah merasakan ada sesuatu yang tidak beres pada Ningsi, ia membacakan doa berupa ayat Qursy, dan menghembuskannya pada ubun-ubun Ningsi secara terus-menerus.
Perlahan Ningsih mulai mereda, dan ia menatap dengan bingung pada suami dan Aisyah serta beberpa tetangga yang datang menjenguknya.
"Mas." Ningsih mendekap Rudi, dan seolah merasa takut dengan apa yang tadi baru saja dilihatnya dirumah Gita.
"Iya, tenanglah. Emangnya kamu kenapa?" tanya Rudi dengan sangat lembut, berharap istrinya mau mengatakan apa yang sedang menimpanya.
"A-ada kuntilanak digudang rumah G-Gita," jawabnya dengan terbata.
"Astaghfirullahalladzhim..," sebut para tetangga secara bersamaan.
"Kamu beneran? Mana ada Kuntilanak siang-siang keluyuran," sahut Rudi seolah tak percaya
"Beneran, Mas! Tanya Wati kalau tidak percaya," Ningsih menyembunyikan wajahnya di dada sang suami.
Seketika warga menjadi saling pandang, dan apakah mungkin ada makhluk mengerikan itu dirumah Gita?
Berbagai spekulasi mulai bermunculan. Ada yang menuding jika Gita memiliki pesuguhan kuntilanak, dan ada juga yang menduga jika ada wanita yang mati dibunuh didalam gudang, sehingga membuatnya menjadi arwah penasaran dan gentayangan.
"Sudah, sudah, jangan su'udzon, jatuhnya fitnah!" Aisyah mencoba mengingatkan warga untuk tidak berasumsi buruk pada tetangganya.
Melihat Ningsih sudah membaik, Aisyah meninggalkan rumah tersebut, dan ia ingin mendapatkan penjelasan Wati, apakah ia melihat hal yang sama dengan apa yang dikatakan oleh Ningsi barusan.
Jika benar, maka ia akan mencari tahu, sebelum menuduh Gita melakukan pesugihan kuntilanak.
Aisya berjalan menuju rumah Wati. Disana juga sudah ada beberapa tetangga yang berkerumun dan melihat Wati yang tampak seperti linglung.
Suaminya sudah berangkat bekerja, maka ia hanya tinggal sendirian, sedangkan anaknya sudah berangkat ke sekolah.
Aisyah kembali membacakan doa untuk Wati, dan secara perlahan, ia meniupkan ubun-ubun wanita yang saat ini tampak sangat linglung.
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔
kak Siti maaf bukan nya kondisi Gita sdg menstruasi yaa , lalu knp Gita Sholat Subuh berjamaah dg Arka ❓🤔