My Perfect Ghost

Bab 33

"Maksudnya?" Sekarang gantian Direktur Choi yang ternganga sampai refleks menginjakkan rem mobil yang dikemudikan oleh direktur Choi sendiri.

Lisa tersenyum manis ke arah Direktur Choi.

"Sebelum aku memutuskan ke sana untuk menjenguk Irish, aku menghubungi klienku atas saran dari Doja. Dia yang merencanakan ini semua untuk melakukan penyelidikan tanpa ada yang tahu. Aku pun awalnya berpikir bagaimana aku bisa membuktikan kalau dia tidak melakukan pengkhianatan di belakangmu, tapi Doja, hantu itu, menyakinkan aku untuk menanyakan kepada klienku dan mendiskusikannya. Dan begitulah hasilnya," jelas Lisa yang terpaku ke arah jalanan luas di depannya.

"Kau benar-benar cerdik dan hantu itu, aku rasa dia bukan orang sembarangan. Jadi?" tanya Direktur Choi.

"Kita akan mendapatkan buktinya setelah Irish keluar dari rumah sakit. Aku rasa kau perlu meluruskannya sendiri setelah mendapat bukti itu dariku dan pihak rumah sakit," terangnya lagi.

"Baiklah. Aku akan menunggu," ujar Direktur Choi. "Terima kasih, Lisa," ucapnya melihat ke arah Lisa dan melajukan mobilnya kembali ke arah stasiun kereta api.

"By the way, Kau yakin mau naik kendaraan transportasi umum? Tak ingin aku saja yang mengantarmu?" tanya Direktur Choi lagi.

"Tidak. terima kasih. Aku suka menggunakan transportasi umum. Lagian ini masih pukul sebelas tiga puluh siang. Santai saja," ujar Lisa tenang.

Di sisa waktu yang hanya beberapa menit lagi, suasana di dalam mobil itu hening, tidak ada pembicaraan setelah itu. Lisa hanya menatap lurus ke jalanan begitu juga dengan Direktur Choi.

"Kau yakin, tidak inginku antar?" tanya Direktur meyakinkan.

Lisa menganggukkan kepalanya seraya yakin akan keputusannya. "Iya, aku yakin. Terima kasih atas tumpangannya. Aku pergi. Sampai jumpa, Direktur. Jangan sia-siakan hatimu." Lisa turun dari mobil direktur seraya melambaikan tangannya. Lalu langsung menuju loket pelayanan yang mengarah ke bawah tanah.

Direktur pun membalas lambaian Lisa setelah Lisa berjalan meninggalkan dirinya, lalu tersenyum getir. Ia mengingat kata-kata dari Lisa, "jangan sia-siakan hatimu."

"Heh, Lisa. Kau lucu. Aku harap aku tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Tunggu masalah ini selesai, aku akan meyakinkan diriku padamu," ujarnya bermonolog.

Mobil bergerak meninggalkan halaman stasiun dan meluncur ke arah kantor pusat yang ada di kota Miongdong. Dirinya tetap tersenyum selama perjalanan menuju kantor.

...****************...

Di lain sisi, Irish dan Hitori sedang asyik memadu kasih di dalam ruangan VIP yang memang hanya ada mereka berdua saja. Bahkan erangan dan desahaan yang dilontarkan oleh Irish, terdengar sampai keluar. Bahkan yang berada di luar ruangan, atau yang sedang berlalu lalang melewati pintu kamar mereka pun resah dengan suara-suara yang tercipta. Bukan apa, memang sangat menggoda dan tak ayal banyak yang memikirkan hal-hal yang bersifat "....".

"Apa yang terjadi di ruangan itu? Apakah mereka sedang enak-enak?" tanya perawat wanita yang melewati ruangan Irish bersama teman sejawatnya.

"Ha ha, kenapa? Kau juga ingin ya?" sambil tersenyum jahil untuk menggoda temannya.

"Diam kau! Aku kan sudah bersuami, jadi aku minta saja kalau ingin. Yang kasihan itu, kau. Kau kan jomblo, kalau ingin kau akan main solo," ujar perawat perempuan itu.

"Hei, pikirkan saja bagaimana kau minta sama suamimu. Jangan pikirkan aku. Hihihi," Mereka pun tertawa cekikikan.

"Aku heran kenapa pasien yang ada di kamar itu tidak mengontrol suaranya? Apa dia tidak sadar suaranya telah keluar?"

"Hihihi biarkan saja. Anggap saja kita tidak mendengar, walaupun itu mustahil," ucap perawat yang satu. Mereka kembali cekikikan.

...****************...

Tbc