Arawinda Bethany gadis polos dan lugu tapi dia sangat hiperaktif dan pecicilan, sikapnya yang hiperaktif dan pecicilan hanya untuk menarik perhatian sang Daddy yang membenci nya, karena gara-gara melahirkan Ara istrinya meninggal. Sampai pada suatu hari ada insiden, 'Ara berharap saat bangun nanti Ara bisa merasakan kasih sayang seorang ayah,' Ara membatin sebelum kehilangan kesadaran. Arawinda Bethany membuka matanya dan melihat orang-orang yang tidak dia kenali, orang-orang memanggilnya dengan sebutan Bella bukan Ara. Ara melihat wajahnya yang berbeda dan membuat Ara bingung tapi setelahnya dia mengerti bahwa dia sedang ber transmigrasi ketubuh seorang Arabella Arshana. Arabella Arshana seorang gadis polos dan lugu sama seperti Arawinda Bethany tapi bedanya Arabella cupu dan pendiam. "Iyuhhh Ara gak suka pake kacamata. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HP abang, panas
Setelah kepergian Panglima dari kediaman Arshana, Ara pergi ke kamar nya untuk mandi dan tidak lupa meminta bantuan kepada sang bunda untuk kembali mengajar kan nya cara memasang pembalut.
"Ara ngantuk bunda, " rengek Ara setelah selesai mandi.
Radella terkekeh, "yaudah, kamu tidur siang dulu, bunda nanti mau pergi sama bang Brian jadi kamu dirumah aja ya tidur. " ucap nya.
Ara memiringkan kepala nya, "bunda mau kemana? " tanya Ara.
"Bunda mau ke supermarket untuk belanja bulanan, "
"Ara boleh ikut? Ara mau beli coklat banyak-banyak dan es cream banyak-banyak. "
Radella menggeleng gemes, "kamu baru dirumah syang, gak capek keluar rumah mulu? Tadi katanya ngantuk, tidur aja yaa.. " Radella mencubit gemes pipi chubby Ara.
Ara memanyunkan bibirnya lucu, "Tapi-tapi bunda beliin Ara coklat sama es cream ya, " pintanya.
"Iya sayang, sekarang tidur siang dulu ya! "
Ara mengangguk lucu, "hu'um, " lalu dia merebahkan diri dikasur.
Cup
"Bunda keluar dulu ya, " Radella mengecup pipi chubby Ara lalu setelahnya dia keluar.
"Jangan lupa coklat sama es cream bunda. " ujar Ara sebelum menutup matanya.
Radella terkekeh dan dia berdehem sebagai jawaban untuk perkataan putri nya.
***
"Bryan, " panggil Bima pada putra sulungnya itu.
"Hm. " dehem Bryan.
"Bisa kamu temani ayah ketemu klien? "
Bryan yang sedang duduk sambil bermain ponsel itu seketika menoleh kearah Bima, dia heran tumben-tumbenan ayah nya itu mengajak nya bertemu klien.
"Kenapa ngajak Bryan? Kan ada Brian. " ujar Bryan yang malas untuk keluar rumah hari ini.
"Brian nanti bantuin bunda berbelanja bulanan, kamu mau ikut bunda atau ayah aja? " tawar Bima.
Bryan menghela nafas, dia tidak ingin keluar rumah tapi mau bagaimana lagi, "ikut ayah aja. " putus Bryan, dia tidak ingin ke supermarket atau menemani bunda nya itu belanja, biasanya lama dan membosankan.
"Yaudah, kamu siap-siap gih, entar ke sorean. " titah Bima.
"Ara sama siapa dirumah kalau bunda sama Brian pergi juga? " tanya Bryan.
"Ara tidur kata bunda, lagian bunda cuma sebentar kok belanja nya. "
"Sudah tidur adek nya? "
"Sudah, cepat gih bersiap nanti terlambat. " desak Bima.
"Hm, " ucap Bryan lalu dia beranjak dari ruang keluarga itu menuju kamar nya.
***
"Brian, " panggil Radella.
"Ya bun. " sahut Brian tapi mata nya fukos pada ponsel karena sedang bermain game.
Radella mendengus kesal karena putra keduanya itu terlalu fukos bermain game, "udah dulu mainnya, bantu bunda belanja, nanti keburu Ara bangun. " ucap Radella kesal.
"Bentar bun, bentar lagi menang ini. " fukos Brian pada ponselnya itu.
"Kamu lama, cepetan Brian, nanti keburu Ara bangun. " ujar Radella lagi, gini nih kalau belanja bulanan dengan sang putra, ribet. Kalau aja Bima gak sedang ada kerjaan mungkin dia belanja bulanan bersama sang suami.
Brian masih fukos dengan game MOBILE LEGENDS nya hingga ponselnya sudah panas dan bersiap meledak.
"Yahhh, " hampir menang tapi sayangnya ponsel Brian mati karena kehabisan daya.
"Kenapa? " tanya Radella saat melihat raut wajah putra nya yang seperti menahan kesal.
"Lowbatt, yukk lah bun kita berangkat sekarang. " ajak Brian.
"Gak di charger dulu? " tanya Radella.
"Entar aja, lagian bunda gak lama kan belanja nya? "
"Iya gak lama kok, ayokk. " Radella berjalan keluar lebih dulu dan diikuti oleh Brian.
****
Setelah mengantar Ara pulang, Dani pulang ke mansion nya dengan perasaan aneh, kenapa aneh? Ya aneh aja dia bisa bodoh didepan gadis kecil yang polos xixi.
"Mas, " panggil Dini_istri nya Dani.
"Ada apa? " tanya Dani.
"Kamu kenapa? Kok kayak kesal gitu. " tanya Dini.
Dani menghela nafas saat mengingat aksi penculikan yang konyol menurut nya, "Aku kan mau pancing Panji keluar dari persembunyian nya ya, terus Aku mancing nya menggunakan gadis yang dicintai oleh anaknya Panji itu.. "
"Kamu masih dendam aja mas? Kalau putri kita tau dia bisa marah loh. "
"Cuma mau bertemu dengan Panji dulu, "
"Terus adu bacok kan? "
"Kalau memang keadaannya memungkinkan. "
Dini mendengus kesal, "dih, kamu mah.. Terus-terus mana gadis itu? " tanya Dini.
"Aku pulangin, " ujar Dani lesu.
Dini mengernyit heran, kenapa suaminya mulangin target? Biasanya dikurung tapi sekarang? Heran Dini.
"Kenapa di pulangin? " tanya Dini.
"Terlalu polos, dan otak aku gak sanggup ngadepin dia. "
Dini terkekeh, "bukan gak sanggup, tapi kamu menyukai dia kan? Sehingga kamu gak sanggup buat dia takut. "
"Kamu benar aku menyukai nya, dan siapapun yang melihat bagaimana gadis itu maka orang-orang akan langsung menyukai nya. "
"Kalau suka kenapa kamu gak ajak kesini? Kan aku juga mau lihat, siapa tau bisa dijadikan anak angkat. "
"Dia memang menggemaskan dan membuat orang-orang menyukai nya walaupun baru pertama kali melihat nya, tapi sikap nya yang itu lohh buat aku stress.. "
"Emang dia ngapain? Paling cerewet kan? "
"Iya cerewet tapi cerewet nya itu loh buat aku panas dingin ngadepin nya. "
Dini tertawa kecil, dia baru tau kalau suaminya itu bisa dibuat panas dingin oleh gadis kecil dan polos.
"Coba cerita semua ke aku. " pinta Dini.
Dani meraup udara banyak lalu mengeluarkan nya dengan pelan, Dani mulai menceritakan dari awal dia memantau kediaman Arshana sampai keberuntungan berpihak padanya, yaitu Ara sedang keluar rumah sendiri ehh tidak sendiri tapi dengan hewan lucu yang diberi nama ayam itu. Dani terus bercerita sampai alasan kenapa dia memulangkan Ara, alasan nya karena tidak sanggup lagi mendengar kalimat polos yang keluar dari mulut mungil Ara, walaupun Ara itu gemesin tapi berbahaya buat penjahat seperti nya, karena setiap kalimat yang keluar dari mulut Ara akan membuat para penjahat seperti orang bodoh.
Dini mendengar kan cerita suaminya dengan serius dengan raut wajahnya menahan tawa karena kepolosan Ara.
"Hahahah, " pecah tawa Dini. "Aku jadi pengin ketemu dia mas, Seperti nya asek punya anak sepertinya, dan aku juga yakin putri kita bakal suka dengan gadis itu, karena putri kita sudah lama menginginkan adek. "
"Nanti aku bawa kesini kok, dia minta culik lagi nanti. "
"Hahaha, ada gitu ya? " Dini tak henti-hentinya tertawa, sungguh dia sangat ingin bertemu gadis yang bernama ara itu.
"Gimana? " tanya Dani.
"Gimana apa mas? " heran Dini.
"Culik lagi gak? "
Dini terkekeh, "kalau dia mau ya culik lagi dong. "
"Culik nya sama kamu mau? "
Dini menggeleng, "gak mau, aku bukan penjahat seperti kamu. "
"Aku gak jahat-jahat amat kok, cuma masih ada rasa kesal aja sama di Panji. "
"Tetap aja, yang namanya mafia ya penjahat. "
"Mafia gak semua jahat. "
"Terserah kamu deh, lebih baik kamu mandi terus kita makan siang. "
"Baiklah."
***
"Enggh, " lenguh seorang gadis kecil. Dia membuka matanya dan melihat kearah jam yang baru menunjukkan pukul 2 siang itu berarti dia tidur baru sebentar.
"Bundaaaa.. " teriak Ara seperti anak kecil saja jika bangun tidur selalu memanggil sang bunda.
Ara mulai turun dari ranjangnya karena tidak mendapat sahutan dari sang bunda. Ara keluar kamar dan celingak-celinguk mencari seseorang yang seperti nya hanya ada dia dirumah itu.
"Ohh iya bunda kan pergi sama bang Ian. " menolog Ara saat mengingat perkataan bunda nya sebelum tidur tadi, "ayah sama bang Iyan mana yah? " Ara menuruni anak tangga sambil berlarian kecil.
"Ayah, bang Iyann.. " panggil Ara namun tidak ada sahutan.
Ara keluar rumah dan melihat ke gerasi, di gerasi hanya ada motor sport Bryan dan Brian dan kedua mobil tidak ada.
Ara masuk kembali kerumah dengan wajah cemberut, "Ara ditinggal sendiri hikss, " Ara terisak kecil karena kesal ditinggal sendiri dirumah.
"Ara nonton TV aja deh. " ujar Ara kemudian dia berjalan menuju ruang keluarga.
Ara duduk di sofa dan saat hendak mengambil remot TV dia melihat ponsel Brian. Ara mengambil ponsel itu.
"Ini HP bang Ian kan? Tapi kenapa panas ya, apa HP abang demam? " Ara mencoba membuka ponsel Brian yang kehabisan daya itu.
"Ehh HP abang sakit, gak mau nyala. " ujar Ara lalu dia berdiri dan berlari kearah dapur.
Sesampainya di dapur Ara membuka kulkas, "HP abang panas, taru sini ah biar dingin. " ujar Ara polos lalu meletakkan ponsel Brian kedalam kulkas.
Setelah meletakkan ponsel Brian dikulkas Ara kembali ke ruang keluarga untuk melanjutkan menonton TV.
***
"Ayo pulang. " ajak Radella.
Brian yang sedang menunggu sang bunda di depan pintu supermarket lantas menoleh kearah sang bunda, "sudah selesai bun? " tanya Brian.
"Udah, cuma beli daging dan sayur, untuk bahan dapur masih banyak dirumah. " ujar Radella.
"Oo iya, sini bun biar Brian yang bawa. " Brian mengambil 2 kantong plastik itu dari tangan Radella.
Radella berjalan menuju mobil dan diikuti oleh Brian, Radella membuka pintu belakang dan mengambil kantong plastik itu dari Brian dan diletakkan di kursi belakang.
Skip
Sesampainya di rumah Brian dan Radella masuk tanpa bersuara karena mereka masih mengira kalau Ara masih tidur.
"Bun kok TV nyala? " tanya Brian heran, TV nyala menampilkan kartun upin-ipin kesukaan Ara tapi yang nonton tidak ada siapa-siapa.
"Gak tau, tadi mati kok. " ujar Radella, "yasudah kamu matikan saja, bunda mau ke dapur buat naruh daging dan sayuran ini di kulkas. "
"Iya bun, " sahut Brian lalu dia berjalan menuju ruang keluarga tersebut. Sedangkan Radella menuju dapur.
"Dek? " panggil Brian saat melihat Ara sedang berbaring di sofa sambil nonton upin-ipin.
Ara mendongak menatap Brian, seketika Ara bangun dengan senangnya. "Abang bunda mana? " seru Ara.
"Didapur, " sahut Brian.
"Yeayyy coklat sama es cream i'm coming. " seru Ara kemudian berlari menuju dapur untuk menemui sang bunda.
Brian sendiri geleng-geleng gemes melihat tingkah laku Ara, Brian duduk dan mulai mencari sesuatu yang dia letakkan di atas meja di depannya tersebut.
"HP gue mana yah? " heran Brian, dia ingat kalau dia menaruh ponsel nya tepat di meja itu.
Brian berdiri dan mulai mengacak-acak sofa untuk mencari ponselnya, siapa tau ponsel nya keselip kan?.
"Rumah kemasukan maling kah? " bingung Brian yang sudah mengacak isi rumah untuk mencari ponselnya itu.
"Kalau kemasukan maling kenapa cuma HP gue yang hilang? Lagian gue nemenin bunda cuma sebentar deh. "Brian terus bergumam.
"Atau maling itu sengaja ngambil HP gue? Tapi apa gunanya HP gue itu, gue tau HP itu mahal tapikan ,,, ahhh. " Brian bingung sendiri kenapa ponselnya jadi hilang.
"BRIANNNNNN... "
Baru saja ingin membereskan kehancuran ruang keluarga itu Brian dibuat terkejut saat mendengar suara teriakan sang bunda dari arah dapur.
Brian dengan secepat kilat berlari menemui bunda dan adeknya yang ada didapur itu.
"Ada apa bun? " tanya Brian dengan nafas tersenggal karena berlari kencang.
"Itu.. " tunjuk Radella pada kulkas yang terbuka dengan wajah yang sulit diartikan.
Brian mengikuti arah tunjuk Radella, seketika mulutnya terbuka lebar dan mata yang melotot seperti ingin keluar, ponsel yang dia cari-cari ternyata ada didalam kulkas?.
Ara sendiri menatap polos kearah Radella dan Brian, "why? " tanya Ara dengan polosnya dan dia sama sekali tidak merasa bersalah.
Gimana mau ngerasa bersalah kalau dia aja gak tau apa salahnya xixixi.
Brian masih cengo ditempatkan, "HP gue... " lirih Brian serasa ingin pingsan di tempat.
Mungkin yg di uji Soal anak Tk 😅