MENGEJAR CINTA MAS-MAS DINGIN

Pagi ini, Jeje datang lebih awal dan di toko hanya ada Nafiska.

"Tumben pagi, Je?" tanya Nafiska yang sedang merapikan meja kasir.

"Iya, Mas Darren tidak datang, mungkin dia sibuk," jawab Jeje.

"Selamat, ya. Sepertinya, kamu akan menjadi menantu Bu Vio," ucap Nafiska dan Jeje meminta doanya.

"Doakan aku, ya, Mbak. Semoga berjodoh dengan Mas Darren."

Nafiska pun meng-Aamiinkan doa tersebut.

Lalu, Jeje yang sedang berdiri di depan meja kasir itu bertanya, "Mbak, bagaimana, sih, caranya meluluhkan hati pria dingin?" tanya Jeje seraya menyangga dagunya.

"Biasanya, pria dingin itu tidak romantis, tetapi, dia dapat menjaga hatinya. Kenapa, Mas Darren dingin, ya?" tanya Nafiska.

Dan Jeje menjawab dengan mengangguk.

"Tapi kamu beruntung, bisa jadi calon istrinya, sedangkan aku, aku kenal dia lebih dulu, mengaguminya lebih dulu, eh... malah kamu yang dapat," ujar Nafiska dan Jeje menatapnya datar.

Nafiska tersadar kalau Jeje cemburu dan Nafiska pun terkekeh.

"Itu dulu, Je. Kalau untuk sekarang, aku sudah ada suami, kamu tenang saja," lanjut Nafiska dan Jeje pun mengangguk.

****

Sekarang, Jeje tengah berdiri di depan lokernya, ia menatap foto Darren yang ia simpan di sana, Jeje pun mengajak foto itu berbicara.

"Kamu tau tidak, semalaman tidak mendapat kabar itu rasanya tidak enak dan kamu sampai sekarang masih belum mengabariku, tidak membalas pesanku, aku juga butuh perhatian, Mas!" keluh Jeje pada foto itu.

Lalu, Jeje kembali menyimpan fotonya, Jeje pun menutup pintu loker tersebut dan saat itu juga Jeje terkejut karena ada salah satu karyawan yang sedang menatapnya.

"Kamu, bikin aku terkejut saja," kata Jeje padanya.

"Pacaran sama anak bos seperti orang gila, ya, Je. Kita mau bilang dia tidak cinta tapi dia bilang cinta, mau bilang dia cinta, tapi kenyataannya cuek, seperti tak menganggap ada," kata teman Jeje dan Jeje menarik nafas.

"Iya, kamu benar. Menurutmu bagaimana? Apa aku seperti gadis tidak tau malu?" tanya Jeje.

"Astaga, kenapa bicara seperti itu? Kamu harus bersyukur, Je. Sudah mah tampan, tajir, kurang apa lagi? Kamu harus berjuang," jawab teman Jeje dan Jeje pun mengangguk.

Dan pagi ini, Darren yang kesiangan itu harus memikirkan pekerjaannya sehingga lupa untuk membuka ponselnya.

****

Di salon Sarah, Rossi sedang dijaga oleh dua orang pria. Ya, Justin tidak mau meninggalkan Rossi karena pria Jepang itu terus mengikuti pacarnya.

Tetapi, apa yang Justin lakukan itu membuat Ayahnya menjadi pusing, pasalnya, Justin meninggalkan pekerjaannya.

Lalu, Justin yang sedang duduk berjajar di kursi tunggu lantai bawah itu mendapatkan panggilan dari ayahnya.

Dengan terpaksa Justin pergi tanpa pamit secara langsung pada Rossi.

Dan selesai dengan olahraganya, Rossi membaca pesan Justin.

Ya, begitulah Justin, ia selalu memberi kabar pada Rossi sehingga Lama-kelamaan namanya mulai tersimpan di hati Rossi.

Berbeda dengan Darren dan Jeje, Jeje selalu mengirim pesan lebih dulu dan Jeje harus bersabar untuk mendapatkan kabar darinya.

Dan setelah beberapa hari berlalu, Jeje yang sedang disibukkan dengan tugas kuliah itu sengaja tidak memberi kabar pada Darren.

Berharap kalau Darren akan mencarinya, tetapi, apa yang diharapkan itu tak kunjung terjadi, Darren yang ternyata sedang dititipi Lovely itu sampai lupa pada Jeje.

Lovely yang sangat aktif itu membuat Darren harus extra menjaganya.

"Kemana suster Ana?" tanya Darren pada Lovely yang sedang bermain masak-masakan.

Dan Lovely menjawab kalau Suster sedang pulang kampung.

"Bakalan lama nih," batin Darren, lalu, Darren yang terlihat sedang berpikir itu mendengar suara adiknya yang terus memanggilnya.

"Kakak!" teriak Lovely pada Darren dan Darren pun meletakkan telunjuknya di bibir Lovely.

Love merasa kesal karena Darren tidak juga menoleh saat dipanggil dan sekarang, Lovely meminta Darren untuk memakan hasil masakannya.

Dan Darren menurut supaya adiknya senang, tetapi, apa yang dilakukannya itu membuat Lovely menangis karena Darren tidak memakannya sungguhan.

"Jangan dibuang," tangis Lovely seraya mengambil mainan potongan piza yang ada di balik badan Darren.

"Astaga," ucap Darren dalam hati.

Lalu, Darren pun membuat seolah piza mainan itu masuk ke mulutnya, ia pura-pura mengunyah dan Lovely menjadi senang.

Darren yang sibuk dengan Lovely itu sampai lupa mengabari Jeje dana Jeje sedang bekerja itu menjadi kesal.

Di jam istirahatnya, Jeje segera keluar dari toko, ia berjalan cepat ke arah ruko Darren dan segera masuk ke ruangannya.

Awalnya, Jeje ingin marah, tetapi, gadis itu melihat kalau Darren sedang bermain dengan adiknya, terlihat, Lovely sedang ada di bahu kakaknya dan Jeje memuji Darren yang pandai menjaga anak kecil.

Jeje pun membayangkan setelah menikah dengan Darren, mempunyai anak, hidup bahagia bersama, Darren menjaga anak dan Jeje menyiapkan makan.

Begitulah yang Jeje bayangkan sehingga membuat Jeje tersenyum.

Lalu, Darren yang melihat itu pun bertanya, "Je, kenapa?"

Dan Jeje masih tersenyum.

Singkat cerita, setelah tersadar dari lamunannya, sekarang, Jeje, Darren dan Lovely sedang ada di restoran, ketiganya makan bersama.

Di restoran itu, banyak yang mengira kalau mereka adalah keluarga.

Dengan senang hati Jeje mengiyakan, ia mengiyakan kalau dirinya adalah Ibu Lovely.

Dan Darren menggeleng.

Lalu, setelah makan siang, Jeje mengajak Darren dan Lovely untuk bermain di mall terdekat, Jeje mengajak Lovely untuk mandi bola.

Sementara keduanya bermain, Darren mengatakan akan mencari minuman dingin dan Jeje mengiyakan.

Setelah Darren pergi, Jeje mendapatkan panggilan dari Arum dan Jeje melihat Lovely sedang asik bermain bola itu segera menerima panggilannya.

Tanpa Jeje sadari, Lovely sedang naik ke jembatan kecil yang seharusnya itu adalah dalam pengawasan orang dewasa dan karena rasa ingin taunya sangat tinggi, membuat Lovely penasaran dan Lovely yang berjalan di jembatan mainan itu harus terjatuh.

"Lovely!" teriak Jeje seraya membuang ponselnya begitu saja.

Dan saat Darren kembali, ia mendapati adiknya sedang menangis di gendongan Jeje.

Darren bertanya dan Jeje tidak dapat menjawab. Lalu, Lovely yang kesakitan itu marah pada Jeje, gadis kecil itu merasa kalau Jeje tidak dapat menjaganya.

Lalu, Lovely meminta untuk ikut bersama Darren.

"Sayang, kamu kenapa, Nak?" tanya Darren dan karena Jeje masih diam ada seseorang yang memberitahunya.

"Tadi anaknya jatuh, Mas. Lebih baik dibawa ke tukang urut," sarannya dan Darren menatap Jeje.

Yang ditatap pun menunduk, ia takut dan sangat takut, menyesal karena telah menerima panggilan dari Arum.

****

Di perjalanan pulang, Darren hanya diam, ia marah dan ingin bertanya banyak hal pada Jeje.

Pria itu mencoba menahannya dan ingin membicarakannya baik-baik. Tetapi, perasaan kesalnya itu mendorong untuknya segera bicara.

"Kenapa kamu bisa teledor?" tanya Darren dengan tetap fokus mengemudi

"Aku tidak sengaja, Mas." Jeje menjawab dengan menunduk.

"Makanya, lain kali tidak usah sok tau!" ketus Darren dan Jeje yang sedang memangku Lovely itu tidak mengerti maksudnya.

"Sok tau apa?" tanya Jeje seraya menatap Darren yang tak mau menatapnya.

"Kalau kamu tidak ngajak kami bermain, ini semua tidak akan terjadi!"

"Aku tau aku salah, aku minta maaf," kata Jeje seraya menatap Darren dan Darren masih diam.

Karena itu, Jeje pun memilih diam dan keduanya saling diam sampai tiba di rumah Sam.

Lalu, sampai kapan keduanya akan saling diam?

Bersambung..