Aku Bukan Wanita Murahan

Ada adegan 21+...

*****

Sesampainya di hotel, Alex dan Zionel keluar dari mobilnya. Alex segera ke pintu belakang mobil.

"Biar aku saja." ujar Zionel.

Alex mengangguk lalu membiarkan Zionel mengangkat tubuh Stevani lagi. Mereka pun masuk ke dalam hotel.

"Apa kita harus membuka kamar untuknya pak Zio?" tanya Alex.

"Tidak perlu, aku mengkhawatirkannya jika sendirian. Ia akan tinggal di kamarku saja. Aku akan mengawasinya sampai ia sadar." jawab Zionel.

Alex terkejut, selama ini Zionel tak mau ada wanita menyentuhnya apalagi barang barang miliknya. Tapi kali ini bahkan ia mengizinkan seorang wanita tidur di kamarnya. Alex tak bisa berdebat lagi, ia pun mengikuti keinginan atasannya dan membantu Zionel membawa wanita itu menuju kamarnya.

Sesampainya di kamar Zionel, pria itu benar benar meletakkan tubuh Stevani di atas ranjangnya. Zionel menatap Alex.

"Kembalilah ke kamarmu, aku akan menghubungimu jika ia sudah bangun." ujar Zionel.

"Anda yakin membiarkan wanita ini tidur di kamar anda?"

Zionel melihat Stevani yang terbaring. "Aku yang membuatnya seperti ini, biarkan ia tetap disini."

"Baiklah, hubungi aku jika anda benar benar membutuhkan sesuatu."

Zionel mengangguk dan membiarkan Alex meninggalkannya. Setelah Alex pergi, Zionel menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Sialan... apa yang terjadi padaku, aku bahkan mengizinkannya tidur di ranjangku." gumam Zionel.

Stevani bergerak, ia meracau lalu membuka pakaiannya membuat Zionel terbelalak. Ia segera menghampiri ranjang dan menghentikan wanita itu.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Zionel.

Stevani menyeringai lalu menyentuh wajah Zionel. "Mengapa kau disini Zaline?" tanyanya lalu memeluk Zionel. "Jangan tinggalkan aku."

"Zaline... siapa yang dimaksud wanita ini." pikir Zionel.

Zionel melepaskan pelukan Stevani. "Sadarlah nona."

"Mengapa disini panas sekali?" tanya Stevani seraya berusaha melepaskan pakaiannya.

"Hei... apa kau sudah gila?"

"Panas sekali..."

"Hentikan nona, aku sudah menyalakan AC kamar ini. Bagaimana kau bisa kepanasan?"

"Zaline..." ujar Stevani seraya menarik wajah Zionel lalu mencium bibir pria itu.

Zionel terbelalak, pria itu merasakan hangatnya bibir Stevani. Tiba tiba Stevani mendorong tubuh Zionel hingga wanita itu kini berada tepat di atas tubuh Zionel.

"Apa yang kau..."

Ucapan Zionel kembali terhenti saat Stevani menciumnya lagi. Ciuman yang menggoda membangunkan hasrat Zionel.

"Minuman sialan, aku bahkan tak bisa menahannya." pikir Zionel.

Zionel mendorong tubuh Stevani. "Jangan lakukan itu nona, aku bisa..."

Stevani menarik kemeja Zionel hingga mereka kembali berciuman.

"Ini membuatku nyaman." gumam Stevani.

Stevani terus menggoda bibir Zionel. Selama ini Zionel tak mau disentuh siapapun, tapi mendapat sentuhan dari Stevani justru tubuhnya menginginkan lebih.

Zionel mengumpat. "Jangan salahkan aku, ini kau yang memintanya."

Zionel membalas ciuman Stevani, pria itu mulai mencumbunya. Seperti sudah berpengalaman, Stevani membalas semua perlakuan Zionel. Wanita itu semakin menggila, tangannya menyentuh tubuh Zionel membuat pria itu semakin tak bisa menahan diri.

Zionel melepaskan kemejanya sendiri lalu kembali mencumbu Stevani. Keduanya menggila, entah bagaimana caranya hingga keduanya akhirnya tak mengenakan pakaian sehelai pun.

Stevani terus merasakan kenyamanan saat seorang pria menyentuh seluruh tubuhnya. Ujung kedua payu**ranya mulai bangkit saat disentuh oleh Zionel. Pria itu juga dipengaruhi oleh alkohol yang ia minum, kesadarannya mulai digantikan hasrat yang menggebu gebu.

Zionel menyentuh kedua payu**ra wanita itu dengan mulutnya. Stevani merintih kenikmatan, suara indah itu membuat Zionel semakin lupa segalanya. Miliknya semakin bangkit membutuhkan sarang kenikmatan. Ia membuka kedua paha Stevani dan mengarahkan miliknya yang siap meluncur seperti rudal balistik.

Saat pria itu menusukkan miliknya, Stevani terkesiap. Zionel pun menghentikannya sejenak.

"Ya Tuhan... apakah ia seorang perawan? Tapi mengapa ia seperti wanita berpengalaman? Apa aku harus menghentikannya?" pikir Zionel.

Tapi tanpa di duga, Stevani justru menarik bok*ng Zionel. Wanita itu tidak ingin Zionel menghentikannya.

"Ini yang kau minta nona, tahanlah sedikit." ujar Zionel seraya memaksakan rudalnya bersarang disana.

Stevani meringis kesakitan, namun kesadarannya tetap tidak kembali. Zionel mengabulkan keinginan Stevani. Pria itu mulai memainkan iramanya perlahan membuat Stevani kembali merintih.

Keduanya sama sama melakukan hal itu untuk pertama kalinya, namun Zionel bukan pria yang polos. Ia bahkan seperti pria sejati lainnya yang mampu memuaskan pasangannya. Permainan yang awalnya perlahan berubah menjadi hantaman hantaman keras membuat Stevani terus merasakan kenikmatan itu.

Stevani merasakan ada api yang siap memercik keluar. Suara desa*annya semakin keras memancing hasrat Zionel semakin besar. Apa yang dirasakan Stevani juga dirasakan oleh pria itu. Zionel hampir meledakkan api di dalam rudal balistik miliknya. Ia semakin mempercepat permainannya.

Desa*an keduanya saling bersahutan, dan saat itulah keduanya meledak bersamaan. Zionel membasahi inti Stevani dengan lahar panas miliknya. Pria itu tanpa berpikir, kejadian malam ini bisa saja membuat seorang wanita hamil. Ia benar benar dibutakan oleh hasrat besarnya.

Zionel terjatuh lemas di atas tubuh Stevani, keduanya saling mengatur nafas mereka yang tak beraturan. Setelah kembali normal, Zionel melepaskan diri lalu berbaring di samping Stevani. Pria itu tak meninggalkan Stevani yang sudah tertidur dengan tenang, ia justru menarik tubuh wanita itu lalu memeluknya hingga ikut tertidur pulas.

*****

Keesokan harinya...

Zionel terkejut saat terbangun dari tidurnya. Kesadarannya mulai kembali dan saat melihat seorang wanita cantik berada di sampingnya, seketika ia mengumpat.

"Ya Tuhan... apa yang sudah aku lakukan pada wanita ini?" gumam Zionel seraya mengambil pakaiannya untuk menutupi miliknya.

Saat Zionel membuka selimutnya dan turun dari ranjangnya, ia kembali mengumpat karena melihat bercak darah disana.

"Wanita ini benar benar masih perawan, apa yang telah aku lakukan hingga menodainya. Apa aku sudah gila, ya Tuhan Zio... kau telah melakukan kesalahan besar."

Zionel segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, ia akan berbicara dengan wanita yang masih terbaring di ranjangnya setelah ia selesai mandi.

*****

Stevani menggeliatkan tubuhnya, ia merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhnya. Kedua payu**ranya terasa nyeri, dan saat ia membuka matanya, ia seketika terkesiap karena sadar tidak memakai pakaian sehelai pun.

Dengan panik Stevani mencari pakaiannya, ia merasakan nyeri pada bagian intinya saat turun dari ranjangnya. Air matanya seketika tumpah saat menatap ranjang yang terdapat bercak darah miliknya. Ia tak ingat apa yang terjadi hingga berakhir di sebuah kamar asing itu.

Dengan tangan gemetar dan air mata terus menetes, ia memakai pakaiannya. Setelah selesai ia menatap meja samping ranjang itu, ia melihat kartu ATM yang berisikan uang 200 juta itu.

"Mengapa aku menjual diriku? Mengapa aku melakukan ini? Siapa yang tidur denganku? Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?" gumam Stevani sambil terisak.

Ia mendengarkan suara percikan air di dalam kamar mandi. Ia segera menghapus air matanya, lalu merapikan penampilannya. Ia harus segera kabur dari kamar itu. Stevani kembali menatap kartu itu, tapi ia tak sanggup untuk mengambil uang tersebut setelah kesuciannya direnggut seorang pria yang tidak ia kenal.

Stevani memutuskan untuk segera pergi dari sana, ia harus pergi sejauh mungkin untuk melupakan apa yang terjadi padanya. Dengan rasa nyeri yang masih terasa, ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar tersebut. Ia menahan air matanya yang hampir menetes lagi.

Setelah berhasil keluar dari hotel, ia pun menghentikan sebuah taksi. Ia akan meminjam uang bu Yoyoh untuk membayar taksinya. Tujuannya sekarang adalah rumah sakit, karena Zaline akan melakukan operasi hari ini. Setelah masuk ke dalam taksi tersebut, ia akhirnya menangis disana. Ia menangis setelah melakukan hal bodoh hingga kehilangan kesucian yang selama ini ia jaga.

*****

Apakah Zionel akan bertanggung jawab atas perbuatannya? atau justru pria itu ikut melupakan kejadian malam itu?

Nantikan kelanjutan, author off dulu...

Happy Reading All...

To Be Continue...