Perkenalan
Namanya Roman Maulana Satria usia dua puluh empat tahun. Pendidikan sarjana hukum. Hidup sebagai preman jalanan walau merupakan putra konglomerat, pewaris tunggal Satria Corp. Dalam percintaan ibunya tak merestui hubungannya. Yok kita lihat perjuangan hidupnya untuk mengungkap kasus kematian kekasihnya yang dibunuh melalui penularan virus yang dikenal dengan virus covid 19.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu 025, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE KE TIGA PULUH TIGA: PENCULIKAN V.
"Bapak sama mama tenang..., iya! Tidak usah panik!" pinta Roman menenangkan kedua orang tua Morrin.
Nilam dan Hakim yang melihat kedua orang tuanya panik, karena kakaknya tidak ada di rumah. Ikut pula terkejut dan ingin menangis mendengar kakaknya yang tiba-tiba tidak ada.
"Jadi begini Rom, tidak seperti biasanya..., Morrin tadi pagi tumben tidak membangunkan kami. Ketika bangun aku pergi ke kamarnya, Morrin sudah tidak kutemukan di sana, kamar Morrin terlihat berantakan kupikir dia ada janji sama kamu keluar!" ucap Bu Sri terbata-bata menceritakan Roman.
Roman terdiam berpikir kenapa Morrin tidak ada di rumah. apa ada hal buruk terjadi padanya?
"Bu, boleh saya masuk lihat kamar Morrin?" pinta Roman.
"Boleh..., boleh!" sahut pak Imran.
Roman masuk ke dalam kamar Morrin untuk mengecek mungkin ada hal-hal yang mencurigakan. "Ma..., mama bilang kamar Morrin berantakan!" kata Roman melihat semua tempat yang ada dalam kamar.
"Betul Rom, tetapi semua sudah saya rapikan!" jawab Bu Sri memandang Roman.
"Hm...," Roman anggukan kepalanya sementara otaknya terus berpikir keras.
"Ya Allah..., kalau ada sesuatu yang buruk terjadi pada Morrin. Berikanlah aku petunjuk!" pinta Roman dalam hati.
Baru saja dia minta petunjuk pada yang kuasa, mata Roman melihat ada sebuah aksesoris perempuan berbentuk jantung.
"Ini Bros siapa ma?" tanya Roman mengutip Bros yang berbentuk jantung, yang terbuat dari perak. terletak di tengah-tengah belakang pintu lantai kamar Morrin.
Tampaknya Bu Sri tidak pernah melihat Morrin mengenakan Bros itu, "Tumben aku melihat Bros ini!" timbal Bu Sri meneliti bros indah dari perak.
"Mama tidak pernah melihat Morrin memakai Bros ini?!" tanya Roman.
"Ngeliatnya aja baru sekarang!" jawab Bu Sri.
"Coba lihat!" pinta pak Imran.
Nilam dan Hakim ikut juga melihat dan meneliti bros yang di temukan Roman.
"Aku juga tidak pernah lihat kak Morrin gunakan bros ini!" timbal Nilam.
"Kalau begitu bros ini aku yang amankan dulu, nanti kalau Morrin sudah pulang, aku kembalikan!" pinta Roman mengamankan bros yang baru ditemukan, siapa tahu bisa jadi petunjuk kalau ada hal buruk menimpa Morrin.
Kembali Roman menemukan sesuatu yang mencurigakan ketika matanya tertuju pada jendela kamar Morrin.
"Pak, coba lihat..., seperti ada bekas cungkil di jendela kamar Morrin!" tunjuk Roman pada pak Imran.
Pak Imran mulai curiga dengan melihat jendela kamar Morrin yang terlihat lecet bekas cungkil. Sedang Roman pergi keluar untuk melihat dari luar, untuk memastikan bahwa semalam ada penculikan.
"Saya rasa semalam ada penculikan pak!" kata Roman setelah kembali kedalam.
Bu Sri meraung menangis setelah tahu anaknya semalam di culik. Begitu juga dengan Nilam dan Hakim ketakutan memeluk ibunya.
Roman menenangkan kedua orang tua Morrin dan berjanji untuk menemukan morrin secepatnya. Lalu pamit keluar menuju apartemennya, bagai orang gila dia melaju dengan kecepatan tinggi.
Roman minta bantuan Hadi dan Nadira. Hanya mereka berdua yang bisa di percaya untuk membantunya.
"Rom..., di mana kita bertemu!" timbal Hadi yang dihubungi Roman bergegas menuju mobilnya.
"Di apartemen Di...," jawab Roman gelisah, tapi dia tetap tenang agar pokus menangani Morrin.
"Apa perlu saya calling Nadira!" pinta Hadi dari dalam mobil juga membawa laju mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Nadira sedang dalam perjalanan kesini!" timbal Roman memberi tahu Hadi.
Tiga mobil dari jalan berbeda melaju dengan kecepatan tinggi menuju apartemennya Roman. mereka semua diliputi kegelisahan yang luar biasa.
"Aku tak akan memaafkan diriku jika tidak berhasil menemukanmu Morrin!" guman Hadi dalam hati. Dadanya bergejolak hebat seakan mau pecah.
BERSAMBUNG.