Jatuh cinta memanglah hal yang membahagiakan. Tapi, jika jatuh cinta tanpa dicintai, apakah masih dikatakan hal yang membahagiakan?
Itulah yang dirasakan oleh seorang wanita yang bernama Mita Yuriko. Jatuh cinta kepada seorang dokter bedah nan tampan yang banyak disukai oleh wanita cantik, merupakan tantangan bagi dirinya.
Ia terus menunjukan rasa sukanya kepada pria itu, namun pria tersebut tak pernah menanggapinya. Sampai pada akhirnya sebuah insiden yang seharusnya tak terjadi kepada mereka berdua, membuat keduanya menjadi terikat. Dan membuat mereka menyandang sebagai suami istri yang dirahasiakan dari orang-orang sekitar.
Apakah Mita masih memperjuangkan rasa cintanya itu? Apakah ia memilih menyerah saat mengetahui jika pria itu masih belum menyukainya?
——————
Info dulu. Cerita ini kelanjutan dari 'Perjuangan Cinta Si Gadis Desa' jadi, jika kalian penasaran awalan cerita mereka bisa baca dulu karya Author yang itu✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanda Naomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 0033. Aksi Miko
🍄🍄🍄
-
-
-
“Loh? Bukannya kamu sudah punya kamar sendiri Mino? Kenapa mau tidur disini?” tanya Mita merasa heran.
Miko mengedikan kedua bahunya, lalu nyelonong masuk begitu saja. Tentu dengan menjalankan kursi rodanya dengan tombol, jadi ia tak perlu mendorong kursi rodanya dengan menggunakan kedua tangan. Dan hanya menekan tombol saja, kursi roda itu dapat berjalan sendiri.
“Karena aku takut tidur sendiri kak... jadi aku pengen tidur disini....” rengek Miko. Menatap kakaknya dengan mata yang disipitkan.
“Tapi Miko...” Mita mendesah pelan, lantas melirik Fadli yang hanya diam saja. “Ini kamar pengantin baru... jadi kamu ngertiin dong. Kamu itu sudah besar, bukan lagi anak kecil lagi. Biasanya juga tidur sendiri. Masa sekarang gak bisa? Dan disini ada kakak ipar kamu, jadi seharusnya kamu sedikit menghargainya dong...” jelas Mita sambil melipat kedua tangannya didepan.
“Aku menghargainya kok,”
“Menghargai apanya? Kamu disini malah kayak orang tak tahu malu.” Dengus Mita.
“Tapi kak...” Miko kembali merengek, lantas melirikkan matanya pada Fadli.
Fadli pun menatap pria remaja itu dengan diam. “Tidak apa-apa dokter Mita. Biarkan saja Miko tidur disini. Mungkin Miko merasa asing dikamar baru, jadi tak bisa tidur sendiri.” Ucap Fadli.
“Tuh! Kakak ipar aja setuju!” ujar Miko yang diam-diam tersenyum semirk.
“Tapi dokter Fadli...” Mita menatap Fadli dengan pandangan tak enak.
“Ayolah kak Mita... lagian satu hari doang kok.” Rengek Miko kembali.
Mita menghembuskan nafasnya perlahan, kemudian menatap adiknya dengan kesal.
“Yasudah! Karena dokter Fadli tak keberatan, kamu bisa tidur disini.” Ucap Mita dengan dengusan.
“Yeyy! Asikkk!” seru Miko.
“Dasar anak kecil!” cibir Mita, “Udah, kakak mau mandi dulu. Kamu disini aja. Jangan bandel!”
“Siap kak!”
Kemudian Mita melangkahkan kakinya dan masuk kedalam kamar mandi.
Miko kembali melirik Fadli yang berdiri disampingnya. Kemudian pria remaja itu kembali tertawa kecil.
“Kakak ipar, bolehkah aku minta tolong?” tanya Miko.
Fadli menunduk kebawa. “Minta bantu apa?”
“Tolong bantu aku untuk naik ke atas kasur,” pintar Miko.
Fadli terdiam dan malah melirik ranjang pengantin itu.
“Kenapa kak? Apa kakak ipar tidak mau?” tanya Miko.
Fadli menggeleng, “Tidak... saya akan membantumu,”
Kemudian Fadli mendorong kursi roda itu, dan mulai mengangkat tubuh adik istrinya itu. Kemudian ia meletakannya disamping ranjang.
Namun Miko yang saat itu duduk, langsung mengganti posisinya. “Aku akan tidur ditengah-tengah,” ujar Miko antusias. Kemudian ia mulai merebahkan dirinya.
“Hah?” beo Fadli seperti orang bodoh.
Kemudian tak lama, Mita keluar dari kamar mandi dengan memakai baju tidur. Wanita itu pun juga sempat mengeringkan rambutnya. Alhasil ia sekarang tinggal bobo manis saja.
Mita melotot saat melihat adiknya. “Mino! Kok tidur disitu sih?” pekik Mita, lantas menghampiri adiknya itu.
“Loh? Emang disini kan tidurnya?” tanya Miko dengan wajah polosnya.
“Tapi ini kan ranjang khusus untuk aku! Dan suami kakak Mino!” teriak Mita sambil berkecak pinggang.
“Ehem! Tidak apa-apa dokter Mita, tidak perlu diperdebat. Kita tidur saja. Sebab, hari sudah sangat larut.” Ujar Fadli tampak kikuk sendiri. Sebab perkataan Mita yang membuatnya seperti itu.
“Tuh... dengerin...” ledek Miko sambil menjulurkan lidahnya.
Mita lantas melempar bantal tepat diwajab Miko. “Dasar bocah edan!” kemudian Mita mulai menaiki kasur itu. Untung saja kasurnya sangat besar. Jadi, jika ditiduri oleh orang empat pun masih muat.
“Geser kesini, atau pindah posisi. Kamu tidurnya jelek! Nanti kamu nendang perut dokter Fadli lagi...”
“Engak akan kak...” kemudian Miko mengeratkan selimutnya, seolah tak ingin beranjak dari sana.
“Dih!”
“Sudah dokter Mita... mari kita tidur,” kemudian Fadli mematikan lampunya dan mulai merebahkan diri disamping Miko. Sedangkan Mita ikut berbaring diposisi kiri Miko. Jadilah Miko ditengah-tengah kedua penggantin baru itu.
Lagi-lagi Miko tersenyum miring mendapati itu. Tampaknya Miko sedang menjahili pengantin baru itu.
°°°°°
Beberapa menit berlalu, suasana didalam kamar itu sudah nampak sepi. Ketiganya mulai memejamkan matanya. Bahkan Mita sudah lebih dulu kealam mimpi.
Beda dengan Fadli, lelaki itu tampak tak bisa tidur. Kala kakinya terus ditendang-tendang oleh kaki milik Miko. Fadli melirik kearah pria remaja itu, dan mendapati jika lelaki muda itu masih memejamkan matanya. Dan ada suara dengkuran yang keluar dari mulut kecil itu.
Lantas Fadli menghela nafas secara panjang. Kemudian beralih menatap Mita yang tampaknya tak terganggu sama sekali. Alhasil Fadli tak tega jika harus membuat suara untuk menegur adik iparnya itu.
Dan ya, ia lebih memilih mengalah dan turun dari kasur itu. Kemudian berjalan kearah sofa disana.
Kemudian Fadli merebahkan diri disana dan tak lupa menyelimuti dirinya dengan selimut yang agak tipis. Ia mendapatkan selimut itu dari dalam lemari.
Melirik sebentar kearah kasur, lalu tersenyum tipis. “Hari ini ada penganggu kecil. Entah besok akan ada apa lagi...” gumam Fadli terkekeh pelan, lantas memejamkan matanya bersiap memasuki alam mimpi.
Tanpa diketahui oleh Fadli, diam-diam pria remaja itu melihatnya. Dan tampak tertawa dalam hati.
“Huhuhu... rencanaku berhasil...” gumam Miko.
°°°°°
Fadli tampak terganggu saat ada suara bising-bising yang ditangkap oleh telinganya. Mau tak mau pria itu bangun dari tidurnya, kemudian mengucek kedua matanya untuk melihat siapa orang itu yang tengah menganggu tidur nyenyaknya.
“Pasti kamu nendang-nendang kan Miko? Ayo ngaku! Itu dokter Fadli sampe tidur disofa loh! Kamu ini benar-benar bandel ya!” tampak Mita menjewer telinga adiknya dan membuat sang empun berteriak minta ampun.
Fadli sampai terkekeh melihatnya. Ia tak menyangka jika suara kegaduhan itu berasal dari kedua bersodara itu.
“Aku gak gitu kok kak... tolong lepasin telingaku... sakit banget tau....” rengek Miko mencoba menarik tangan kakaknya.
“Biarin! Ini hukuman buat kamu!”
“Dokter Mita,”
Mita menoleh. “Loh? Dokter Fadli kebangun ya?” tampak ia memasang wajah bersalah.
Fadli tersenyum tipis. “Sudahi hukumannya. Lebih baik kita bersiap, sepertinya para keluarga sudah menunggu kita dibawah,” ujar Fadli.
“Oke,” Mita melepas jeweran itu. “Dokter Fadli mandi aja duluan. Nanti giliran saya,”
Fadli menagngguk. “Iya dokter Mita,”
Saat kepergian Fadli, Mita melirik sinis adiknya. “Sana kamu Mino! Mandi saja di kamar mu!” usir Mita.
Miko mendengus sebal. “Iya-iya..” kemudian ia turun dari kasur itu.
-
-
-
🍄🍄🍄
untung aja lo selamat dri rayuan si dikta bejat filda
yg lain juga dilanjut donk 😆😆😆
semangat author 💪💪💪