"Aku hanya jadi seorang pemeran pembantu! tidak... aku maunya jadi pemeran utama yang cantik bukan wanita dengan muka yang mengerikan ini. "
Mei Yi yang seorang dokter jenius tiba-tiba mendapati dirinya berada di dalam cerita Wattpad yang sedang di bacanya. Ia menjadi Luo Yi Seorang anak jendral yang tak di anggap dan di kucilkan karena penampilannya.
Karena kebiasaannya, yang tak pernah membaca dengan teliti dan suka men skip bagian adegan pentingnya Mei Yi kebingungan dengan jalan cerita Wattpad itu. Ia harus bisa menentukan nasipnya sendiri , dan tak ia sadari bahwa dalam cerita Wattpad itu banyak adegan berbahaya yang bisa mengancam nyawanya.
Akankah Mei Yi bisa melewati adegan berbahaya itu dan berakhir bahagia?
Mau tau kelanjutan ceritanya? jangan lupa baca sampai akhir ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17- Rahasia besar
Mei Na tetap bersikukuh tak ingin menikah dengan pangeran Xiao Ming. Matanya menggenang, kepalan tangan seakan menunjukkan betapa ia menolak pernikahan itu.
"Aku hanya ingin menikah dengan pangeran Jian Ming, jika tidak dengannya maka aku tidak akan menikah! lebih baik aku mati saja! " Jelasnya.
Kedua tangan jendral mengepal erat, matanya merah padam. "Kamu jangan sembarangan Mei Na! jika kamu menolak menikah, maka semua anggota keluarga akan eksekusi di tiang gantungan, apa kamu mau! "
Mei Na balik menatap tajam ke arah jendral."Iya aku mau! lebih baik aku mati dari pada menikahi lelaki lemah seperti itu... "
Mei Na yang kesal segera pergi meninggalkan tempat itu, ia mempercepat langkahnya menuju paviliunnya di ikuti dengan Jia Li. Sementara Luo Yi masih bertanya-tanya kenapa Mei Na begitu menentang pernikahan itu.
"Dasar anak itu! sejak kapan dia menjadi sangat keras kepala seperti itu... "Gumam jendral Luo Zhi sambil menggeleng.
Ia berjalan dengan lesu menuju ke dalam aula, melihat itu Luo Yi segera menghampiri sang ayah dan menuntunnya. Jendral Luo Zhi memegang pegangan kursi dan duduk perlahan. Luo Yi mengikutinya dan duduk di sebelah sang ayah.
"Ayah, apa Ayah baik-baik, saja? "
Jendral Luo Zhi menggeleng, "Entahlah, kepala ayah terasa pusing. Ayah tidak bisa membatalkan pernikahanmu, namun sekarang Kaisar malah memberikan pernikahan lagi. " Ia menghela nafas panjang. "Bagaimana nasip kita jika Mei Na sampai menolak pernikahan itu, jelas kita semua akan di eksekusi."
Wajah Jendral Luo Zhi nampak lesu dan tak bersemangat, tatapan matanya redup.
"Bagaimana denganmu, apa kamu juga akan menolak pernikahan itu, putriku? "
"Entahlah Ayah, aku akan memikirkannya. Sebenarnya aku tidak menginginkannya lagi, tapi aku juga tidak akan bisa menolaknya. "
Jendral Luo Zhi mendekati Luo Yi, ia mengusap lembut pundaknya. "Iya, coba pikirkan lagi. Jika kalian menolak kita harus siap di beri hukuman , terparahnya kita akan di eksekusi. "
Luo Yi mengangguk mencoba mendengarkan kata ayahnya.
.
.
Luo Yi yang tengah berada di paviliunnya terlihat bengong, tatapannya datar. Tangannya hanya mengaduk-aduk salep yang ada di tangannya.
"Nona kenapa? kenapa salepnya hanya di aduk-aduk tanpa Nona sentuh dan di oleskan?"
Hui meraih salep yang ada di tangan Luo Yi, ia mengambil kuas dan mengoleskan pada wajah Luo Yi.
"Wah... wajah Nona sudah kembali cantik seperti dulu, bahkan sekarang kulit wajah Nona lebih lembut dan bercahaya. "
Hui membelai lembut pipi Luo Yi sambil mengoleskan salep, lukanya sudah sembuh namun masih menyisakan bekas kecil. Hui dengan telaten mengoleskan salep pada bekas luka itu.
"Wajah Nona sudah sembuh, tapi kenapa Nona masih saja menggunakan penutup wajah? bukankah lebih baik Nona melepasnya agar mereka tau jika Nona sudah sembuh. " Tanya Hui heran.
Luo Yi hanya senyum tipis. "Aku belum mau membuka penutup wajah ini, aku hanya ingin lihat siapa saja yang tulus padaku dan menerimaku apa adanya. " Sorot matanya memandang jauh ke depan. " Apa lagi aku akan segera menikah, aku ingin pangeran tetap menganggapku jelek hingga aku nantinya bisa bebas darinya.
Hui berpindah, ia berjongkok di depan Luo Yi. "Kenapa begitu? bukannya bagus jika pengeran Jian Ming tau kalau wajah Nona sudah kembali cantik. Nanti dia bisa cinta lagi sama Nona dan mau menerima Nona. "
Luo Yi tertawa kecut, ia berdiri berjalan ke arah pintu. Ia mendongak menatap langit biru.
"Aku tak ingin jika ia hanya menyukaiku karena aku cantik, jika aku kembali jelek dia pasti akan membuangku lagi. Aku tidak butuh cinta seperti itu, Hui. Aku ingin di cintai dengan tulus dan dia bisa menerima aku apa adanya. "
Hui bangkit, ia menghampiri Luo Yi. "Baiklah jika itu keinginan Nona, saya tidak akan memberi tau siapapun jika Nona sudah sembuh. "
Luo Yi menoleh dan tersenyum, Ia mengusap pundak Hui lembut.
"Oh Ya, Hui... apa kamu tau, kenapa Mei Na sangat menentang pernikahan itu. Padahal ia akan di nikahkan dengan pangeran, kenapa dia begitu marah? "
Hui menghela nafas. "Jelas saja Nona Mei Na tak menginginkannya, bahkan semua putri bangsawan pun pasti akan menolak. "
"Hah... kenapa? "
"Yang saya dengar, Pangeran Kedua itu kejam," bisik Hui, matanya berkilat-kilat.
"Tak seorang pun diizinkan mendekatinya. Ia hidup terasing, tatapannya sedingin es, lemah dan tak memiliki keterampilan. Itulah sebabnya ia tak pernah muncul di depan umum, wajahnya pun menjadi misteri."
Hui menelan ludah. "Konon, ia juga menderita gangguan jiwa... mengerikan sekali."
Sebuah pertanyaan menggantung di benak Luo Yi. "Kenapa aku tidak pernah membaca tentang pangeran ke dua ya, atau di cerita dan di aslinya berbeda. " Pertanyaan berkecamuk dalam batinnya.
"Apa kamu yakin dengan semua rumor itu, Hui? "
Hui mengangguk mantap. "Tentu saja Nona, soalnya kami para dayang sering bercerita tentang pangeran, saya juga punya teman yang bekerja di istana. Namun semua orang juga mengetahui itu. "
Luo Yi menyentil kening Hui pelan. "Dasar, ternyata kamu suka bergosip juga, ya?
Luo Yi menggeleng pelan, senyumnya mengembang tatkala melihat Hui tersipu malu.
Tak lama seorang dayang datang ke kamar Luo Yi, mengatakan jika Mei Na pergi dari paviliunnya secara diam-diam. Luo Yi segera meminta dayang itu untuk mengikutinya, Luo Yi sengaja menyuruh seseorang untuk mengikuti Mei Na. Ia takut jika Mei Na merencanakan sesuatu yang jahat padanya.
Dayang itu segera pergi meninggalkan paviliun Luo Yi untuk mengikuti Mei Na.
Sementara Mei Na sudah masuk ke dalam kereta kudanya, kuda melaju dengan cepat meniggalkan kediaman Luo. Setelah melakukan perjalanan cukup lama mereka tiba di gerbang istana, Mei Na melihatkan plakat keluarga Luo hingga ia bisa masuk ke dalam istana.
Sedang dayang yang Luo Yi suruh tak dapat mengikutinya masuk, terpaksa ia kembali ke ke kediaman Luo.
Mei Na turun dari kereta kudanya di bantu Jia Li, mereka berjalan menuju kediaman Permaisuri Gui Fei. Setelah melapor pada dayang kediaman Permaisuri, akhirnya Mei Na di perbolehkan masuk ke dalam.
Dengan hati berdebar, Mei Na melangkah masuk. Di sana, Permaisuri duduk anggun di kursi, jarum sulam bergerak lembut di tangannya. Kecantikan Permaisuri bagai lukisan, dipercantik oleh hanfu merah terang yang mewah, menciptakan aura keanggunan yang memikat. Mei Na segera menunduk dalam, sujud hormat di hadapan sang Permaisuri, rasa kagum dan sedikit rasa takut bercampur aduk dalam hatinya.
"Salam pada Permaisuri... "
"Bangkitlah... "Katanya lembut.
Mei Na segera menegakkan tubunya.
" Ada perlu apa sampai kamu berani datang, menemuiku? "
Mei Na menautkan kedua tangannya. "Mohon ampun Yang Mulia, kedatangan saya kesini ingin meminta bantuan Yang Mulia. "
Permaisuri Gui Fei memicingkan mata, menatapnya tajam. " Meminta bantuan? bantuan apa yang kamu inginkan?"
"Ibu saya di masukkan ke penjara oleh Luo Yi, jadi saya mohon tolong ringankan lah hukumannya. Saya tau Permaisuri dan ibu saya memiliki sebuah rahasia, Permaisuri tidak ingin semua orang mengetahuinya bukan?" Mata Mei Na berkaca-kaca, ia mengepalkan kedua tangannya di balik bajunya.
lanjut Thor 💪💪💪😘😘😘