~Menikah karena cinta itu indah. Tapi bagaimana jika menikah karena wasiat?~
Raga Putra Mahesa tak pernah menyangka, amanat terakhir dari almarhum ayahnya akan menuntunnya ke pelaminan—bukan dengan wanita pilihannya, melainkan dengan Miky Cahya Murni. Gadis 19 tahun yang terlalu cerewet, terlalu polos, dan terlalu jauh dari bayangannya tentang seorang istri.
Apalagi … dia masih belum selesai berduka. Masih hidup dalam bayang-bayang mendiang istrinya yang sempurna.
Miky tahu, sejak awal dia bukan pilihan. Dia hanya gadis culun dengan suara cempreng, langkah kikuk, dan hati yang terlalu mudah jatuh cinta pada sosok lelaki dingin yang tak pernah memberinya tempat.
“Dia mencintai mendiang istrinya. Aku hanya bayang-bayang.” – Miky
“Menikahimu adalah kesialan bagi saya!” – Raga.
Di tengah usaha Miky dalam mengejar cinta Raga, sebuah rahasia terungkap. Rahasia yang selama ini disembunyikan oleh Raga.
Mampukah Miky bertahan dalam pernikahan tanpa cinta ini? Atau akankah ia menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemusuhan!
Di sinilah Miky sekarang, duduk di sebuah cafe bersama Fika dan juga Abian di meja yang berdekatan dengan kaca lebar.
Benar, Miky mengiyakan ajakan makan siang bersama Abian. Tanpa meminta izin dari Raga, Miky membawa Fika ikut serta.
"Om jangan lihat-lihat mimi telus!" Fika menggembungkan pipinya, bersedekap dada seraya melayangkan tatapan tak sukanya.
Pasalnya Abian terus saja menatap wajah Miky, baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam. Dan itu semua tak luput dari lirikan mata Fika.
Sontak Abian dan Miky menatap ke arah Fika secara bersamaan saat mendengar suara bernada protesan tersebut.
Abian tertawa, senyumnya mengembang lebar. "Kamu cemburu, huh?" godanya.
Bibir Fika semakin maju ke depan, wajahnya ditekuk dengan lirikan mata berubah sengit.
Mata Miky mengerjap memperhatikan perubahan wajah serta sikap anak sambungnya ketika ia bersama Abian. Bocah gembul itu sangat mirip dengan Raga, bisa dikatakan Fika adalah fotokopian Raga dalam bentuk gadis kecil menggemaskan.
"Mimi itu punya Fika cama pipi, Om jangan bawa Mimi pelgi!" celoteh Fika dengan aura permusuhan yang berkobar.
Bukannya takut, Abian malah tertawa, tangannya terulur mengacak rambut Fika yang tidak dikuncir, membuat bocah gembul itu merengek dan bergegas mengadu pada Miky.
"Fika tidak cuka cama oom itu, Mi. Fika mau pulang caja." Fika menggucang tangan kanan Miky, memasang wajah muram yang sangat menggemaskan.
Tangan kiri Miky terangkat mengusap sebelah pipi Fika, menggerakkan ibu jarinya dengan usapan lembut di permukaan pipi putih bersih anak itu.
"Tapi om Abian udah mesenin kita banyak makanan, bentar lagi juga datang, Sayang." Miky berusaha membujuk Fika, sebab ia tak enak hati dengan Abian, apalagi Fika berceletuk mengungkapkan isi hatinya secara gamblang.
Fika menggeleng cepat, raut wajahnya masih sama, yaitu cemberut. "Fika mau pulang caja."
Miky menghela napas panjang. Ternyata cukup sulit untuk membujuk Fika.
Kepala Miky menoleh, menatap pria yang duduk di seberangnya dengan sorot mata protes.
Abian yang peka akan tatapan mata Miky, lantas mengulum senyum. Wanita dengan rambut dikepang dua itu terlihat sangat menggemaskan di matanya.
Kemudian Abian menoleh, berpindah tatap ke arah Fika yang tiba-tiba menjulurkan lidah ke arahnya.
Oh Tuhan! Ada apa dengan anak itu? Pikir Abian.
Akan tetapi, Abian tak habis akal. Ia akan mengeluarkan jurus bujuk rayunya.
"Fika anak baik, mau Om Bian beliin es krim?" bujuk Abian dengan nada suara pelan nan lembut.
Fika mencebikkan bibir seraya menggerakkan kepala. "No, no. Papi Fika punya pabliknya, becalllll cekali, " ucap Fika menyombongkan sang papi sambil membentangkan tangan lebar.
Mata Miky terbelalak lebar. Pabrik es krim? Sebenarnya usaha apa saja yang dimiliki suaminya? Entah mengapa sekarang ini ia merasa seperti menikah dengan bank berjalan.
Eh!
Miky tersadar dari keterkagetannya. Saat ini yang terpenting bukan seberapa banyak usaha yang suaminya punya. Tapi, Fika. Ia tak akan membiarkan sifat sombong Raga tumbuh subur di diri Fika.
Miky menarik napas sebanyak yang ia bisa, kemudian menghembuskannya dengan perlahan lalu merubah raut wajahnya menjadi mendung.
"Mimi sedih deh." Miky memasang puppy eyes-nya seraya melirik sekilas sang anak.
Benar saja, Fika langsung menempel padanya, memeluk lengannya sambil mendongakkan kepala. "Cedih kenapa, Mi? Kalna oom itu ya?" Dengan polosnya Fika menunjuk ke arah Abian tanpa melepaskan rangkulannya pada lengan sang mimi.
Abian tersentak. Ayolah, sekarang apa lagi?
"Eh?" Miky terbengong sebentar, kemudian menggeleng. "Bukan, Sayang. Bukan karena om Bian. Tapi, Mimi sedih kalau Fika kemusuhan sama om Bian. Om Bian kan orang baik," jelasnya.
Mata bulat Fika mengerjap. Anak itu terlihat kebingungan. "Baik dali mana, Mi? Oom itu jahat, cemalam Fika nangis kalna oom Bian macuk ke dalam mimpi Fika. Om Bian ambil Mimi dali Fika, telus om Bian naik kuda beduaan cama Mimi, enggak ajak Fika ikut." Seketika mata Fika berkaca-kaca dengan bibir mulai bergetar.
Miky terhenyak mendengar penuturan anak sambungnya, jadi sedari tadi aura permusuhan yang dilayangkan oleh Fika hanya karena mimpi? Tapi, bagaimana bisa? Bukankah ini kali pertama Fika melihat wajah Abian?
Tak hanya Miky, Abian pun tak luput dari keterkagetan. Ia tercengang. Oh ya Tuhan ....
"Om Bian benelan olang baik? Om Bian enggak akan ambil mimi Fika, 'kan?" Kini Fika menoleh ke arah Abian.
Secepat kilat Abian merubah mimik wajahnya. Ia mengulas senyum hangat yang ditujukan pada bocah gembul bak buntelan kentut itu. "Tergantung," sahut Abian.
Sontak mata Fika semakin berkaca-kaca, bahkan hanya dengan satu kedipan saja air mata bocah itu sudah luruh.
"Kak Bian," tegur Miky, memberengut kesal. Pasalnya Abian malah membuat Fika menangis.
Abian menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya meringis. "Maaf, maaf. Maksud Om tergantung, kalau kamu mau temenan juga sama Om, Om enggak akan ambil mimi kamu," ujarnya meluruskan.
Fika terisak sambil mengecek-ngucek mata dengan punggung tangannya. "Benelan?"
Kepala Abian mengangguk.
"Ya cudah, Fika mau deh temenan cama Om Bian. Tapi ... janji jangan ambil Mimi Fika ya." Dengan polosnya Fika menatap Abian.
***
Miky bersama Fika baru saja turun dari mobil Abian. Mereka berdua berjalan beriringan sambil bergandengan tangan melewati pintu gerbang.
Alunan suara cempreng keduanya menghias setiap langkah demi langkah.
Sampai tiba-tiba ....
"Dari mana saja?!"
Jder!
Bersambung ....
Duh aduh petir oh petir😴😴😴😴
Selain Fika yang kemusuhan sama om Abian, Othor juga kemusuhan sama mas Ntun😒 retensi bikin Othor pundung, tapi karna Othor sayang kalian nggak jadi pundung ah, mending kita goyang pica-pica.
Tarekkkk sisssss💃💃💃💃💃💃
jedeeerrrrrr
sambungin lagu thor
zigizaga zigi to zaga zigzig to zagzag
welcome to our family