Pengkhianatan yang di lakukan oleh adiknya sendiri, dan calon suaminya, membuat Jelita patah hati. Wanita itu menangis di bawah derasnya air hujan hingga dia pingsan.
Siapa sangka di saat dia pingsan, Jelita di selamatkan oleh seorang CEO muda yang tampan ,dan kaya raya. Laki-laki itu membawa Jelita ke rumahnya , dan mengizinkan Jelita tinggal di rumahnya untuk beberapa minggu. Namun laki-laki itu berhati dingin ,dan seorang gila kebersihan. Kuatkah Jelita tinggal di rumah laki-laki itu ?
Yuk kita ikuti kisah cinta Jelita ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MartiniKeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia istriku
" Aku tidak sanggup lagi , aku kedinginan," racau Jelita dengan mata terpejam.
" Kamu memang cerewet sekali. Tenanglah , sebentar lagi dokter akan datang. Kamu pasti akan baik-baik saja , jadi bertahanlah sebentar. " Angga kembali menutupi tubuh Jelita dengan selimut tebal. Tidak hanya satu , dia nengambil satu selimut lagi dari dalam lemari.
" Ibu , peluk aku ," rintih Jelita sambil terisak - isak. Untuk ke sekian kalianya , Jelita memanggil sang Ibu. Dia berharap Ibunya ada di depannya.
Angga memijat ruang di antara alisnya. Dia bingung menghadapi wanita itu yang terus memanggil Ibunya. Sedangkan yang dia tahu dari Alex , Ibu gadis itu sudah lama meninggal.
" Haruskah aku memeluknya ? Bagaimana kalau nanti dia mengamuk ?" pikir Angga dengan wajah yang bingung.
" Aku di sini , untuk sementara biarkan aku memelukmu. " Angga mencondongkan tubuhnya hingga menempel dengan tubuh Jelita.
Wanita itu sudah setengah sadar sehingga dia tidak akan menyadari siapa yang memeluknya. Yang di butuhkan Jelita saat ini adalah kehangatan.
Jantung Angga berpacu tidak seperti biasanya. Merasa ragu ketika hendak mendekap wanita yang baru dia kenal. Jika Jelita tahu , maka gadis itu akan memakinya panjang lebar. Baru saja dia hendak melingkarkan kedua tangannya di tubuh Jelita , bel pintu sudah berbunyi.
Angga mendesah panjang lalu menarik diri untuk turun dari ranjang. Dia segera membuka pintu karena sudah menebak siapa yang datang.
"Fajar , cepatlah masuk. Aku butuh bantuanmu untuk memeriksa Jelita," ujar Angga dengan nafas memburu. Dia menyingkir untuk memberi jalan kepada seorang pria bertubuh jangkung yang masih acak-acakkan untuk masuk dalam rumah.
" Kamu mengganggu tidurku. Aku bahkan baru tidur satu jam yang lalu," gerutu pria yang bernama Fajar sembari menguap lebar-lebar.
Terlihat jelas kalau pria itu sedang ngantuk berat. Lelah, tapi demi panggilan sahabatnya , Fajar akhirnya tetap datang.
" Kamu bisa tidur setelah melakukan tugasmu," ujar Angga.
" Memangnya siapa yang sakit ?" Fajar mengikuti langkah Angga masuk ke dalam sebuah kamar di mana Jelita telah meringkuk.
" Istriku," sahut Angga dengan nada datar.
Angga terpaksa mengenalkan Jelita sebagai istrinya karena dia malas menjelaskan panjang lebar, karena pasti sahabatnya itu tidak akan percaya dengan ucapannya. Selama ini dia tidak pernah perduli dengan siapapun. Dulu saja ada karyawannya pingsan di depannya, tetapi dia tidak peduli sedikitpun , dan hanya memanggil Alex agar membantu karyawannya itu. Apalagi selama ini dia tidak pernah membawa seorang perempuan atau dekat dengan seorang perempuan kecuali Ibunya. Tapi entah kenapa saat melihat Jelita sakit dia langsung merawat gadis itu.
" Apa ? " Mata Fajar seketika langsung terbuka lebar mendengar Angga menyebutkan seorang istri. Fajar hanya menggeleng tidak percaya. Dia tidak percaya dengan ucapan Angga.
" Istri ? Kapan kamu menikah ? " tanya Fajar dengan wajah terperangah.
" Aku memintamu datang kemari agar mengobati istriku. Bukan menebak apalagi sok tahu. Tidak usah banyak tanya, " ujar Angga dengan ketus sembari duduk di sisi Jelita.
Fajar menggaruk kepalanya , dia memandang wanita yang sedang berbaring dengan wajah tidak percaya.
" Minggirlah , aku akan memeriksanya ," usir Fajar agar Angga menyingkir dari tepian ranjang karena tempatnya semakin terbatas. Dia kemudian mengeluarkan peralatan medis dari dalam tas yang di bawanya.
Angga berpindah ke sisi yang lain tanpa protes . Dia mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan rambut Jelita yang berserakan menutupi wajahnya. Giginya terdengar masih bergemeletukan dengan bibir yang sudah semakin pucat.
" Sejak kapan dia seperti ini ?" tanya Fajar sembari mengeluarkan alat suntik beserta obatnya.
" Semalam suhu tubuhnya cukup tinggi lalu pagi tadi sudah membaik. Tapi setelah aku selesai membuat sup , dia sudah menggigil ," terang Angga. Dia merasa menyesal karena tadi tidak mengecek secara langsung suhu tubuh Jelita.
" Aku akan menyuntiknya agar cepat membaik." Fajar segera menyuntikkan obat ke lengan bagian atas Jelita hingga gadis itu meringis.
" Apakah sakitnya parah ? " tanya Angga.
" Dia hanya demam biasa. Setelah obatnya bekerja , maka dia akan segera sembuh," terang Fajar. Dia mengamati wajah Jelita lalu bergantian memandang wajah Angga yang tegang.
" Kenapa kamu melihatku seperti itu ? " tanya Angga sembari menatap sinis Fajar. Dia tidak suka dengan tatapan matanya yang dalam.
" Apakah dia sungguh istrimu ? Aku tidak yakin kalau dia mau denganmu. Karena selama ini kamu tidak pernah peduli dengan seorang wanita, bahkan keluargamu sampai mengira kalau kamu adalah seorang gay . Dan wanita ini juga sangat cantik , tidak cocok denganmu ,"ejek Fajar terus terang tanpa ingin menutupi apapun dari Angga.
" Memangnya kenapa ? Apakah ada masalah ? Yang penting aku adalah suaminya ," ucap Angga sembari mendengkus dengan kesal.
" Tapi aku tetap tidak percaya kalau dia adalah istrimu, karena aku tidak pernah mendengar kamu menikah sebelumnya." ujar Fajar. Sulit baginya percaya begitu saja dengan apa yang di ucapkan oleh Angga.
" Terserah jika kamu tidak percaya. Aku juga tidak berharap kalau kamu mempercayaiku," ujar Angga dengan malas.
" Dasar pemarah.Aku hanya shock mendengar pengakuanmu sudah menikah . Apalagi tidak mengundangku," ucap Fajar