NovelToon NovelToon
Di Antara Cahaya Yang Luruh

Di Antara Cahaya Yang Luruh

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Irma syafitri Gultom

Dia adalah gadis yang selalu tenggelam dalam gemuruh pemikirannya sendiri, di penuhi kecemasan, dan terombang-ambing dalam sebuah fantasinya sendiri.

Sehingga suatu teriknya hari itu, dari sebuah kesalahpahaman kecil itu, sesosok itu seakan dengan berani menyatakan jika dirinya adalah sebuah matahari untuk dirinya.

Walaupun itu menggiurkan bagi dirinya yang terus berada dalam bayang, tapi semua terasa begitu cepat, dan sangat cepat.

Sampai dia begitu enggan untuk keluar dari bayangan dirinya sendiri menerima matahari miliknya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irma syafitri Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perbedaan Yang Merasakan Cukup, Lebih, Dan Berlebihan, Hingga Itu Hanya Kosong.

.

.

Sebuah ketukan kayu menggema pelan dari pintu kamarnya.

Revander yang baru saja habis membersihkan dirinya pagi ini melihat ke arah sumber suar itu, sedikit terkejut saat dia tidak menyadari seseorang sudah ada berdiri di seberang pintu kamar pribadinya.

Siapa?

“Ya?” ucap gadis itu masih belum bangkit dari pinggir ranjang tidurnya itu.

“Dek?” suara perempuan?

Tetapi terdengar lebih muda untuk menjadi sang Ibunda.

“Ada apa Kak?”

“Bisa buka dulu? Ada yang mau kakak tanyakan sama adek.” Lanjut suara perempuan itu, berhasil membuat gadis itu bangkit dan berjalan mendekat ke pintu kayu itu.

Terdengar bunyi klik dari besi pintu itu sebelum terbuka perlahan, menampilkan wanita muda yang sedikit lebih tinggi darinya tengah berdiri santai di sana.

“Ada apa kak?” Revander kembali melangkah masuk ke kamarnya, kini dia berjalan ke arah meja belajarnya yang terletak di sudut ruangan biru itu.

Sedangkan sang wanita muda itu juga mengikuti langkah untuk masuk ke kamar pribadinya, dan berhenti mendudukkan diri di salah satu sisi pinggir ranjang.

“Sedang apa kamu memangnya Re?”

Gadis berambut hitam yang sudah dekat dengan meja belajarnya itu, tampak sedang mencari-cari sesuatu di dalam keranjang cokelat yang terletak di atas meja di samping laptop menyala itu.

“Bukan apa-apa, hanya mau kasih obat untuk kaki saja.” Balas Revander sekedarnya tanpa menoleh wanita muda itu.

Wanita itu mengangguk pelan walaupun dia tahu gadis itu tidak melihat.

“Jadi?” gadis itu berdiam sejenak seperti memikirkan suatu kata yang untuk keluar dari mulutnya. “Ada apa kak? Atau apa sedang terjadi sesuatu.” Tanyanya basa-basi kepada wanita muda yang adalah kakak iparnya itu.

Ini bukan kali pertama wanita muda itu datang ke kamar pribadinya dan mengajaknya berbicara secara empat mata seperti ini, namun hal ini juga tidak terlalu sering mereka lalukan.

Bukan....

Bukan karena dia atau kakak iparnya memiliki hubungan yang tidak baik.

Itu malah sebaliknya, bahkan lebih baik dari pada ketiga keluarganya yang lain.

Namun dia lebih memilih menjaga jarak untuk membuat wanita itu juga merasa aman, dan tidak menimbulkan hal-hal yang tidak mengenakkan yang bisa saja membuat sang Abang menjadi marah kepada mereka, terutama dia.

Jadi dia memilih untuk melakukan hal seperti ini karena ini adalah jalan terbaik.

Karena kamu mengetahui, saudara sialanmu itu hanya akan membuatmu menjadi tempat sampahnya dan menginjak dirimu, bahkan di saat dirimu tidak tahu kenapa.

Seperti yang dia lakukan terdahulu.

Seperti yang dia lakukan kepada perempuan-perempuan sebelumnya.

Apa pun yang terjadi, itu akan menjadi ujung kesalahanmu. Dan itu akan menjadi kesalahanmu!!!

UUUhhhh.....

“kemari..... saat kamu pergi bertemu dengan teman laki-lakimu sama laki-laki pirang itu, Litly datang kembali. Terus dia menanyakan dirimu.” Gumam wanita itu berusaha membuka cerita di antara mereka.

Revander masih mencari-cari kotak salep hijau yang menjadi obatnya itu, sempat berhenti sejenak, namun kembali melakukan kegiatannya tanpa menjawab dan menanggapinya.

“Jadi, abangmu langsung bertanya kepada sahabatmu itu, kalau dia tahu tentang teman kuliah itu.”

Oohhh....

Sepertinya mereka mulai bertanya-tanya tentang kehidupan dirinya sekarang ya?

Kenapa sekarang?

“Terus,  Ibu bilang pernah lihat temanmu datang menjemputmu untuk pergi dari rumah, dan Ayah berkata kalau pria pirang itulah juga pernah datang ke rumah untuk menjemputmu, entah pergi kemana.” Sang Kakak ipar masih melanjutkan perkataannya dalam kehati-hatian untuk gadis itu.

“Memang apa yang di katakan Litly?” gumam Revander yang berhasil menemukan kotak salep yang berwarna putih dan hijau itu, lalu kembali mencari perban puti yang dia simpat di tempat yang berbeda.

“Litly bilang, dia kenal dengan keduanya. Tapi tidak dekat, dan kebetulan satu tempat kerja yang sama.”

“hanya itu?” tidak perlu waktu yang lama untuk sang gadis mendapatkan gulungan kain perban putih itu, dan dia kembali berjalan mendekat ke wanita muda itu.

“Hanya itu....” ulang sang Kakak ipar lagi sedikit menggeserkan dirinya, saat melihat sang adik juga duduk di pinggir ranjang di sampingnya.

Hhmmm....

Litly hanya berkata seperti itu?

Syukurlah dia tidak mengatakan hal yang bisa saja membuat semuanya menjadi runyam.

Namun......

Sekarang apa yang harus dia katakan kepada wanita ini untuk membuat semuanya menjadi sebuah benang merah?

Berpikir Reva....

Ayo berpikir.....!

“Nama teman adek adalah Flauza.....” seperti biasa, mulutnya yang seperti memiliki kendali sendiri tanpa perintah otaknya mulai bergumam tidak jelas.

Lebih baik tidak memberikan nama lengkap pria itu kan?

UUh....

“Adek kenal dia saat kuliah sekitar semester tiga atau empat? Adek lupa, tapi kami jumpa pas Adek dan Litly ada tugas kuliah jadi kami harus pergi ke kota untuk mencari bahan penelitian.”

Dia benar-benar salut akan kemampuan mulutnya yang benar-benar mengarang sebuah cerita yang bahkan dirinya sendiri tidak tahu dan tidak pernah terjadi.

“Jadi kamu ketemulah dia, pas jam makan siang di Cafe tengah kota.”

Gadis itu menaikkan salah satu kaki kirinya sedikit menekuk ke atas, melihat luka dalam yang kini tampak memerah dan juga masih menghitam.

Membuka kotak salepnya itu, tetapi uluran tangan dari sang Kakak ipar menghentikan tindakannya.

“Biak kakak bantu.” Revander hanya mengasih obat itu sedikit memundurkan dirinya agar kaki kirinya bisa menjadi lurus. “Lalu pria pirang itu siapa?”

Tobito?

Well.....

Dia tidak tahu banyak tentang itu....

“Yang pirang namanya Tobito, orang luar namun jadi pelayan Flauza.”

“Si Flauza ini..... orang kaya?”

“Well.... dia punya pelayan pribadi dan mobil, tentu saja dia orang kaya.” Balas gadis itu dengan sedikit nada suara tidak terlalu mengenakkan. “Jadi ya, dia orang kaya.”

Wanita muda itu mengoles lembut salep puti itu pada kaki kirinya, melihat dengan detail luka dalam yang tersayat panjang dari lutut hingga mata kaki.

“Temanmu itu sudah punya pacar?”

Eh.....?

Apakah Flauza sudah punya kekasih di luar sana?

....

“Kurang tahu kak, memang kenapa?”

“kalau kakak boleh jujur.....Kamu....... tampak begitu senang saat bersama temanmu itu....”

Hah...?

“Tampak senang?” wanita muda itu mengangguk lembut, memulai memerban kakinya setelah mengolesi salep itu. “Maksudnya?”

Sang Kakak menatap lurus kepada sang adik itu.

Dan Revander membalas tatapan wanita muda itu. “Kamu tampak senang dengan pria bernama Flauza itu, Reva.” Jelas Kakaknya itu. “Dan selama hampir lima tahun lebih Kakak mengenalmu...... hari itu, baru hari itu kamu tampak begitu tersenyum, tertawa kepada temanmu yang lain, tentu selain dengan temanmu yang bernama Litly itu.”

Benarkah?

Gadis memiringkan kepalanya hingga rambut-rambut hitam panjang itu sedikit jatuh dari bahunya.

Ketika wanita muda itu selesai mengurus kaki kirinya dan menggulung rapi perban itu.

“jangan salah sangka Dek, untuk kakak melihat kamu seperti itu...... kakak bersyukur. Tapi....”

Dia mengerti arah pembicaraan ini.

“Kak.... Adek cuma teman dengan dia, tidak lebih.”

Atau lebih tepatnya dia ‘sedang bekerja’ kepada pria itu dengan menjadi ada dan berada di sana.

Tentu saja dia tidak tahu apa tujuan kehadirannya itu.

Dan tentu saja dia tidak tahu apa kegunaan akan kehadiran dirinya yang terasa seperti seorang yang salah tempat di tengah-tengah gedung yang penuh segala macam profesionalisme itu.

Dan bahkan sampai sekarang saja dia tidak tahu apakah ini bisa di katakan sebagai seorang pekerja, seorang panggilan.......

Atau.....

Seorang kekasih.....

Hah?!

Suara ponsel yang berdering cukup kuat walaupun cuma sebentar.

Revander mengambil ponselnya untuk mengecek sebuah pemberitahuan tentang.....

Bank?

Jemari gadis itu menekan notifikasinya itu dan mulai membaca isinya.

Sebuah pemberitahuan, jika seseorang telah mentransfer uang.....

Dalam jumlah.......yang...... sangat besar.

Tiga ratus.....

Tujuh puluh....lima juta!

Hah!!!

TIGA RATUS TUJUH PULUH JUTA RUPIAH!!!!

Bagaimana....

Siapa....

Dan untuk apa mengirim uang sebanyak ini???

Tentu saja itu adalah Flauza?

Memangnya siapa lagi yang cukup kaya untuk memikirkan uang sebanyak itu seperti air yang bisa di buang dengan begitu mudah?

UUhh.....

“Ada apa dek?” dia hampir lupa dengan sosok wanita muda yang masih duduk di sana.

Sial...!

“Tidak ada kok Kak, hanya notifikasi dari sosial media.” Kilahnya.

“Itu tentang..... sebuah video game terbaru yang akan segera liris!!!”

Ohhhhh

Bagus sekali mulut?

Bagus sekali.....

Ohhh....

Terkadang mulut yang seperti memiliki kehendak sendiri ini, benar-benar berguna.

Dan lagi......

Tidak mungkinkan dia mengatakan hal yang sedang terjadi saat ini kan?

.

Esok paginya gadis itu menyisirkan rambut hitam itu agar terlihat lebih rapi, lalu mengikat tinggi rambutnya, dan mulai memakai bedak bubuk pada wajahnya secara tipis, lalu menepuk pelan pada baju sweter lengan panjangnya yang sedikit lebih turun dari bahu terlihat kemerahan tipis itu.

“Dek....” Revander mendengar namanya di panggil, mendengar langkah-langkah kaki yang datang terdengar dari arah ruang tengah.

“Ya?”

Ah ternyata dua ada orang wanita yang memiliki umur yang cukup jauh itu.

“Hari ini pergi lagi ke tempat temanmu?” sang Ibunda kembali bertanya, berusaha membuka percakapan di antara mereka bertiga, dengan sang kakak ipar melerakkan mapan berisi tiga gelas kaca dan sebuah ceret plastik berisi teh panas.

Gadis itu menaikkan sedikit alisnya melihat semua ini.

“Iya bu........” jawabnya singkat, mengambil ceret plastik itu dan menuangkan isinya yang adalah teh panas.

Setelah mengisi ketiga gelas itu, gadis itu mengambil salah satu gelas itu dan meminumnya.

“Memang kamu harus pergi sepagi ini?” kali ini sang kakak Iparnya lah yang bertanya.

“Iya Kak, nanti adek di jemput juga dari rumah, makanya harus pergi pagi.”

Wanita muda itu mengangguk pelan mendengar ucapannya. “Ya sudah kalau begitu, yang terpenting kamu jaga diri sama, kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi orang rumah. Ibu, Ayah, atau abangmu mumpung masih di sini.” Jelas wanita muda itu lagi dengan perlahan.

Menghubungi mereka?

Untuk apa?

Dan lagi kenapa pula mereka menjadi terkesan begitu......

Err......

Penasaran dengan hal-hal seperti ini dalam hidupnya?

Apa ini membuat dirinya kembali tercebur dalam masalah besar?

Setelah sekian lama mereka berusaha tidak melihat dengan apa yang terjadi kepada dirinya, emosinya, dan kebutuhan yang di perlukannya?

Jadi.....

Kenapa harus sekarang?

Tentu saja itu adalah hal dasar sifat manusia...

Selalu penasaran dengan apa yang terlihat berbeda dengan apa yang biasanya kamu lakukan.

Berbeda dari biasa yang dia lakukan?

Memangnya apa?

Menjadi seorang yang terlihat tersenyum dan tertawa kepada orang lain yang tidak mereka kenal, dan sekarang mereka penasaran dengan orang itu?

Gadis itu mendengus kecil.

“Baiklah....” gumam dirinya lagi dengan lurus tak menjawab lebih lanjut kepada mereka.

.

Flauza hanya tersenyum saat melihat gadis berambut hitam itu kini berjalan masuk ke ruangan kerja pribadi pria itu. “My Revander.” Gumam pria itu terduduk bersandar di sofa panjang berwarna cokelat itu. “Kemarilah, dan duduk di sini. Bagaimana dengan perjalananmu hari ini?”

Gadis itu berjalan mendekat dan segera menghempaskan tubuhnya di samping pria itu.

“Hmmmm....”

Ada apa?

Flauza memiringkan posisinya hingga pria itu sepenuhnya menghadap ke arah dirinya, lalu dengan lembut tangan kekar pria itu terjulur lembut menyentuh pipi sang gadis, dengan wajah tampan pria itu begitu dekat hingga gadis itu dapat melihat jelas iris cokelat madu indah pria itu dengan jelas.

Bahkan dia dapat merasakan hembusan nafas pria itu.

Ehhh......

“Ada apa Flauza?” tanya gadis itu tidak bergerak sedikit pun dari posisinya. “Sesuatu terlihat salah dari diriku?”

“Hmmmm.....” jemari pria itu mengelus lembut pipinya. “Kamu, terlihat sedikit berbeda hari ini.” ucap Flauza, berbisik lembut kepadanya.

Terlihat.....

Berbeda?

Hah?

“Apanya yang terlihat berbeda?” tanya Revander lagi kini dia memundurkan wajahnya, hingga sentuhan jemari Flauza di pipinya juga terlepas.

Pria itu menurunkan tangannya, lalu kembali bersandar di sofa itu.

Dia masih tidak menjawab, namun tatapan mereka juga tidak terlepas untuk saling membalas satu sama lainnya.

“Flauza....?”

UUhh......

Ada apa sebenarnya yang terjadi?

Dia kembali memberikan senyuman itu lagi. “Iya, My Revander....”

Seperti biasa.....

Pria itu pasti tidak akan menjawab lebih lanjut pertanyaan dirinya, walaupun pria itulah yang benar-benar bertingkah sangat aneh.

Ha.....

Iris hitam itu langsung berpaling dari tatapan cokelat madu itu, lalu menatap lurus pada rak buku kayu yang besar di hadapannya.

Apa lagi yang dia harus lakukan?

Dan lagi.....

Jika dia terus menerus mendapat perilaku dengan membiarkan dirinya tetap di dalam bayangan, harus apa lagi yang dia pertanyakan jika berujung tidak mendapatkan jawaban apa pun?

Entahlah.....

“Kemarin....... aku mendapat notifikasi dari Bank, jika kartu ATM yang kamu berikan itu..... mendapatkan transferan uang senilai ratusan juta.” Sejujurnya dia tidak ingin kembali berbicara kepada pria ini.

Tidak.....

Sejujurnya dia benar-benar tidak ingin berbicara kepada siapa pun dan apa pun dengan orang lain.

Namun.....

Ini adalah hal yang harus kamu lakukan bukan jika bersama pria itu?

Ya....

Karena inilah hal yang harus dia lakukan saat dia bersama pria itu.

“Aku.... hanya mau memastikan..... jika, transferan itu...... berasal dari kamu, bukan Flauza?”

“Ohh, My Revander. Tentu saja” pria itu tertawa kecil.

Gadis itu dapat merasakan sebuah rasa kebahagiaan dari tawa kecil pria itu, dan juga sedikit rasa samar yang terkesan bahagia, dan juga puas akan sesuatu yang lagi dirinya tidak terlalu pahami.

“Bukankan..... mengirim uang sebanyak itu terlalu berlebihan? Bahkan.... uang yang pertama kali yang kamu berikan sebulan yang lalu lebih dari cukup untukku.”

Bahkan itu cukup hingga satu tahun ke depan.

“Aku mengira kamu akan sedikit perotes di karenakan nominal itu masih terlalu kecil untuk dirimu.” Revander melirik sedikit dari ujung matanya.

Sedikit dari mana?

Terlihat sekali pria itu ingin menyombongkan dirinya.

“Aku memerlukan uang, itu hal yang tidak akan ku sangkal Flauza, karena semua orang memerlukan benda itu untuk membeli semua hal dan bertahan hidup.” Dia menghela nafas panjang. “Tetapi menurutku memiliki berlebihan juga tidak terlalu baik.”

“Oohh..... benarkah?”

Gadis itu sedikit memiringkan kepalannya tanpa mengalihkan pandangan lurus iris hitam malam miliknya. “Tentu memiliki sedikit lebih banyak itu menyenangkan, kamu tidak perlu terlalu pusing melakukan segala yang kamu inginkan tanpa harus takut risiko kalah dan kehilangan.”

Itu benar, memiliki uang yang sedikit lebih banyak dari apa yang benar-benar di butuhkan adalah hal yang baik.

Sangat baik.

Tetapi sampai berlebihan?

.

.

.

Hah!

Pada dasarnya sifat manusia itu adalah ketamakan.

Mereka mengatakan awalnya tidak apa memiliki secukupnya.....

Lalu berkata tidak apa memiliki lebih banyak dari pada biasanya sebagai sebuah simpanan.....

Lalu mulai mengambil secara berlebihan dengan saling bersembunyi untuk sebuah kepuasan yang tidak terkendali.....

Dan pada akhirnya akan berakhir dengan kehilangan segalanya dan mengatakan kepada dunia ini tidak adil kepada dirinya....

Hah!

.

.

.

“Anggap saja itu adalah gajian kecilmu dari diriku dan di tambah sedikit hadiah.” Revander mengedipkan beberapa kali matanya, berusaha menyadarkan dirinya yang entah kenapa berhasil berpikir melayang sejauh itu.

“Hadiah?”

“Ya.... hadiah. Dengan begitu kamu bisa membeli kue-kue yang kamu suka sebanyaknya, setiap hari dan sepuasnya. Bukankan itu pernah kamu katakan kepadaku, My Revander?”

Hah?

Pernahkah?

Sebelum gadis itu bertanya akan pernyataan Flauza lebih lagi, ketukan pintu dari ruangan itu terdengar menggema pelan membuat keduanya terdiam. “Mister Evangrandene?”

Ah....

Suara itu?

Suara dari asisten perempuan Flauza bukan?

Elena.

“Come in.” Titah pria yang masih duduk di sampingnya itu.

Pintu kayu itu terbuka sepelan mungkin seakan takut untuk membuat suara yang lebih besar dan membuat marah orang yang ada di dalamnya.

Wanita itu segera membungkukkan tubuhnya sedikit dengan kedua tangannya yang memeluk erat beberapa dokumen dan tablet cukup besar di dadanya.

“I'm sorry for interrupting your time and Miss Revander, but I'm here this time, to remain you, if you have an appointment with some people from the central government, Sir.” Wanita itu berkata seformal dan kaku kepada Flauza.

Dan mungkin ini terlihat berlebihan....

Tapi dia bisa merasakan jika Elena sedang menahan nafasnya setiap kata-kata yang dia ucapkan seakan takut dia salah berucap, dan mendapatkan konsekuensi yang fatal dalam hidupnya.

Ahhh.....

Ya.....

Kenapa dia bisa lupa?

Jika Pria di sampingnya itu, tetaplah seorang yang paling di berkuasa, di hormati, dan di takuti di gedung mewah ini?

Apakah dia benar-benar merasa nyaman dengan sosok Flauza Evangrandene dengan segala ketidak tahuannya tentang pria besar di sampingnya ini?

“Hmmmm.... sangat di sayangkan sekali My Revander, sudah waktunya aku untuk kembali bekerja.” Flauza mulai bangkit dari posisi duduknya, dan saat pria itu berdiri dia langsung berbalik untuk kembali menghadap sepenuhnya kepada Revander.

Tetap dengan senyuman khas pria itu yang masih terukir indah pada wajah tampannya.

Dan lagi.....

Ini.....

Sebuah ketimpangan yang bagaimana bisa dia melupakannya?

“Beristirahatlah di sini, dan lakukanlah hal yang ingin kamu lakukan di sekitar tempat ini My Revander. “ Dia belum menjawab apapun dari perkataan-perkataan Flauza. “Dan jika kamu memerlukan sesuatu, katakanlah kepada mereka.”

Lalu pria itu menatap kepada Elena, dengan senyuman yang sama namun tatapan iris kecokelatan itu menjadi lebih......

Dingin dan mengintimidasi....

Atau itu....

Hanya perasaannya mungkin?

“Have you prepared all the documents and important things needed for this meeting?”

Ya....

Sangat berbeda.....

Benar-benar sangat berbeda, walaupun dia masih tetap tersenyum walaupun suara berat itu masih terdengar pelan dan lembut.

Tapi...

Itu sangat berbeda.

“Of course, Mister Evangrandene, all the presentation reports, and summaries that will be discussed in this meeting...—"

“Good, Very good.... and you assure them, if I really don't accept the slightest mistake that will make my time pointless.” Pria itu tertawa lagi.

Kali ini pun tawanya juga terasa begitu berbeda.

Bukan tawan lepas, atau tawa mengejek yang sering dia dengar saat hanya mereka bersama.

Itu adalah....

Tawa yang berhasil membuat dirinya merasa tidak nyaman.

Terasa dingin, mengintimidasi, dan juga menyesakkan.

Dan dia tidak menyukainya.

Tetapi.....

....

....

Dia masih diam duduk di atas sofa cokelat itu, tidak berbicara, menanggapi atau apapun itu.

“However, don't forget that they are the ones who need me here. Not the other way around, or more than that. So step on the place that is yours and don't be too spacious to tap into a place that is not necessarily yours.”

.

.

.

.

1
iqbal nasution
lanjut
Er and Re: terima kasih telah mampir yah kakak
Er and Re: terima kasih telah mampir yah kakak
total 2 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir nich /Hey/
Er and Re: makasih udah mampir kak
total 1 replies
Noveria_MawarViani
ku berikan bunga untukmu
Noveria_MawarViani
aku datang
R 💤
hello q mampir thorr
R 💤: siap Kaka, bacanya nyicil duluu yaa 🙏🏻🤗
Er and Re: Terima kasih udah mampir kakak :)
total 2 replies
R 💤
belum tentu bisa dapat, susah cari kerja mah,, kadang malah gampang lewat online.. ya gak thor
Er and Re: kalau datang langsung malah gak jelas jalan kemana buat cari kerja XD
total 1 replies
Noveria_MawarViani
penasaran, nanti mampir lagi
Er and Re: makasih udah mampir yah kak :)
total 1 replies
Noveria_MawarViani
mampir juga ya kak
Noveria_MawarViani
selalu pesimis sepertiku
Noveria_MawarViani
cari kerja susah amat yak
Junta's mommy
sudah mampir ya Thor!
absen dulu aku
Er and Re: terimakasih udah mampir yah Kaka/Smile/
total 1 replies
Ario~𝖒𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☪
Kak, ini ceritanya bagus bgttt, aku nyicil sampe sini dulu yaa hehehe... alur dan penulisannya sudah okee, cuman ada bbrp yg perlu dibenahi, sperti penggunaan [di–]. Jadi kalau dia termasuk kata kerja, mereka harus disambung, contoh: dimakan, disinggahi, diduduki. Kalau kata tempat harus dipisah, contoh: di dermaga, di depan, di sana. that's right, yg lainnya udh sipp pokonya, semangat nulisnya ya kaa/Determined//Determined/
Er and Re: terima kasih sudah mampir ya kak /Smile/
total 1 replies
M.S
udah mampir kakak
Er and Re: makasih sudah mampir ya kak :)
total 1 replies
Er and Re
di Konoha si setahuku kak
angga
ini di negara mana , kalau di Indonesia susah nyari loker hehe
🔴🍁⧗⃟ᷢʷ🍌 ᷢ ͩ✨W⃠J͢aeᷢz°⚡♚⃝҉𓆊
Mampir⛹🏻‍♂️⛹🏻‍♂️
Er and Re: makasih sudah mampir kakak 😘
total 1 replies
Lestari
ceritanya bagus,tetep semangat ya . jangan lupa mampir 😉
Er and Re: makasih banyak udah mampir yah kakak
total 1 replies
saijou
Bahasa yang digunakan enak banget dibaca, sampe lupa waktu.
Er and Re: terima ksih banget telah mampir dan baca cerita punya ku kaka <3
total 1 replies
·Laius Wytte🔮·
Bagus banget!!! Aku suka banget ceritanya 🥰
Er and Re: makasih ya kak telah menyukai cerita buatan aku <3
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!