Sadiyah, seorang gadis yatim piatu, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Demi mengabulkan permintaan terakhir sahabat kakeknya itu, Sadiyah harus rela mengorbankan masa depannya dengan menikahi pria yang belum pernah ia temui sama sekali.
Kagendra, pengusaha muda yang sukses, terpaksa harus menerima perjodohan dengan cucu dari sahabat kakeknya. Disaat ia sedang menanti kekasih hatinya kembali, dengan terpaksa ia menerima gadis pilihan kakeknya untuk dinikahi.
Setelah pernikahan itu terjadi, Natasha, cinta sejati dari Kagendra kembali untuk menawarkan dan mengembalikan hari-hari bahagia untuk Kagendra.
Apakah Sadiyah harus merelakan pernikahannya dan kembali mengejar cita-citanya yang tertunda? Akankan Kagendra dan Natasha mendapatkan cinta sejati mereka?
Siapa yang akan bersama-sama menemukan cinta sejati? Apakah Sadiyah dan Kagendra? Ataukah Natasha dan Kagendra?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raira Megumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33. Kagum
“Ini foto-foto yang saya ambil selama satu minggu ini Bos.” seorang laki-laki memberikan amplop berisi foto-foto aktivitas Sadiyah di luar apartemen.
Kagendra membuka amplop itu dan melihat beberapa lembar foto yang memperlihatkan aktivitas Sadiyah bersama beberapa orang. Tampak Sadiyah bersama dengan seorang laki-laki sedang makan siang bersama di sebuah restoran. Di foto berikutnya Sadiyah bersama dengan seorang perempuan dan seorang laki-laki sedang membicarakan sesuatu di sebuah cafe. Di foto lainnya menampilkan foto Sadiyah bersama dengan dua orang laki-laki sedang berada di restoran yang berbeda.
“Jelaskan pada saya, apa saja yang dilakukan oleh istri saya selama saya tidak ada di kota ini.!” perintah Kagendra pada anak buahnya yang bernama Faiq itu.
“Laki-laki ini bernama Guntur Adiwikarya, dia pemilik beberapa restoran dan cafe. Mereka bertemu membicarakan tentang kerjasama yang akan mereka jalankan. Istri Bos berencana untuk memasok sayuran ke restoran milik Guntur Adiwikarya.” jelas Faiq
“Lalu siapa perempuan yang ada di dalam foto ini?” Kagendra menunjuk seorang perempuan berhijab yang duduk di sebelah Sadiyah.
“Namanya Gita. Dia adalah orang kepercayaan istri Bos. Gita mengelola perusahaan milik istri Bos. Dia datang kesini atas perintah istri Bos. Info lebih jauh tentang Gita belum saya dapatkan.”
“Siapa laki-laki ini?” Kagendra menunjuk foto dua orang laki-laki yang terlihat bersama dengan Sadiyah.
“Yang ini adalah orang yang sama seperti dalam foto sebelumnya. Sedangkan laki-laki yang satunya ini bernama Arjuna Wiryawan. Dia adalah teman dari Guntur Adiwikarya. Sama-sama pengusaha restoran dan cafe. Istri Bos berencana untuk memberikan pasokan sayuran juga ke restoran milik Arjuna Wiryawan.” jelas Faiq gamblang.
“Good job.” puji Kagendra atas kerja Faiq.
“Ada lagi yang bisa saya bantu Bos.” tanya Faiq.
“Untuk sementara cukup. Oh ya, bagaimana perkembangan kasus Keisha? Apa kamu sudah mendapatkan petunjuk lagi?” tanya Kagendra.
“Untuk sementara, saya dan tim belum mendapatkan petunjuk yang berarti Bos. Sepertinya, target sangat pandai menyembunyikan diri. Tapi kami akan terus berusaha untuk mendapatkan petunjuk keberadaan target.” jawab Faiq.
“Terus usahakan untuk mendapatkan petunjuk sekecil apapun!” perintah Kagendra.
“Siap Bos!” Faiq pamit undur diri.
Setelah kepergian Faiq, Kagendra melihat kembali foto-foto aktivitas Sadiyah selama satu minggu ini. Ia melihat sosok Sadiyah yang sangat berbeda ketika menemui para kliennya.
“Ternyata, istri kecilku itu seorang pengusaha yang hebat juga.” puji Kagendra sambil menyimpan foto-foto itu di laci meja kerjanya.
Kagendra memandang sebuah foto candid yang dibidik oleh anak buahnya itu. Foto itu menampilkan sosok Sadiyah tampak depan dengan jarak yang cukup dekat hasil dari foto jarak jauh yang dizoom. Dalam foto itu Sadiyah terlihat sangat cantik dengan kacamatanya yang bertengker manis menghiasi wajah berhijabnya. Selama ini Kagendra tidak pernah melihat Sadiyah memakai kacamata dan tidak mengetahui jika istrinya itu berkacamata.
“Wanita yang cantik dan cerdas.” gumam Kagendra dalam hatinya.
Cukup lama Kagendra memandangi foto Sadiyah dan tanpa ia sadari secara refleks ia memegang dada kiri tempat jantungnya berada. Ia merasakan jantungnya berdegup sedikit agak cepat.
“Kenapa jantungku jadi berdebar-debar begini?” Kagendra meneguk sisa kopi dalam cangkirnya.
Kagendra kembali memandangi foto Sadiyah lalu menyimpannya ke dalam laci meja kerjanya setelah puas memandangi wajah Sadiyah, lagi ia merasakan debaran jantungnya yang bertalu-talu.
“Apa aku terlalu banyak minum kopi?” tanya Kagendra pada dirinya sendiri. Ia bertekad untuk mengurangi konsumsi kafeinnya.
*******************
“Gimana Rud, sudah beres semuanya?” tanya Kagendra pada sekretarisnya.
“Sudah, Bos. Minggu depan sudah mulai bisa ditempati. Sebenaranya dua hari lagi juga sudah bisa ditempati, hanya saja ada beberapa detail yang harus diperbaiki.” jawab Rudi.
Tanpa sepengetahuan keluarga besarnya, Kagendra telah mempersiapkan sebuah rumah untuk ditempatinya bersama Sadiyah. Hanya saja rumah yang dibangun oleh Kagendra baru rampung satu minggu yang lalu. Ia telah mempersiapkan rumah impiannya itu sejak tiga tahun yang lalu. Tadinya Kagendra berencana untuk menempati rumah tersebut bersama dengan Natasha, hanya saja yang menjadi istrinya sekarang adalah Sadiyah.
“Ya sudah, lusa, kamu bantu saya untuk memindahkan barang-barang dari apartemen ke rumah. Saya malas pake jasa orang lain. Lagipula barang-barang yang dibawa dari apartemen tidak banyak, mungkin hanya pakaian dan peralatan di dapur saja.” Kagendra memerintahkan sekretarisnya itu untuk membantu pindahan.
“Apa tidak sekalian minggu depan saja Bos. Kalau dua hari lagi mungkin masih ada pekerja yang menyelesaikan detailnya sedikit lagi.” Rudi mencoba melakukan negosiasi karena dua hari lagi itu hari sabtu dan itu adalah hari istirahatnya, ia tidak mau terganggu oleh perintah Bosnya. Cukuplah ia mengabdikan jiwa raganya itu dari hari senin sampai jum’at.
“Hanya memindakan saja beberapa barang. Tidak banyak.” sahut Kagendra tetap dengan pendiriannya.
“Baiklah kalau begitu Bos.” akhirnya Rudi pasrah dengan nasibnya.
“Tenang saja, lemburnya itu saya bayar setengah bulan gaji, langsung dari dompet saya sendiri.” tawar Kagendra.
“Siap, Bos” Rudi lebih bersemangat mendengar upah yang akan diterimanya.
*************
Jam empat sore, Kagendra sudah sampai di unitnya. Setelah lima hari melakukan perjalanan dinas, ia merasa letih luar biasa. Ketika sampai di unit apartemennya, Kagendra mengharapkan akan menemukan istrinya yang sedang asyik memasak makanan kesukaannya. Tapi apa daya ketika sampai di unitnya, ia tidak melihat Sadiyah.
Ia mengambil gelas dan mengisinya dengan air es lalu langsung menenggak habis air esnya itu.
Setelah beristirahat mendinginkan suhu tubuhnya, Kagendra beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
**********
semangat