Pengorbananku Di Hargai Pengkhianatan

Dua minggu berselang, akhirnya tiba hari pernikahan Bram dengan Vanessa.

"Saya terima nikahnya Vanessa Angel dengan mas kawin emas sebesar lima gram dan seperangkat alat sholat dibayar tunai."

Ucapan tegas dan lancar mengikrarkan akad nikah.

"Sah."

"Sah."

jawab beberapa saksi yang hadir di pernikahan kedua Bram.

"Iya, hari ini Bram resmi memperistri Vanessa menjadi istri keduanya, meskipun masih secara siri.

Bram sudah memberitahu Luna pagi tadi, Kalau hari ini Bram akan menikah. Ia hanya terdiam.

Keluarga Vanessa yang dari luar kota sudah berada di rumah Vanessa kemarin. Mereka tidak tahu kalau status Bram masih beristri. mereka tahunya kalau Bram ini seorang duda Vanessa yang mengatakan itu. Bram pun tak ambil pusing soal itu. Karena kedepannya nanti Vanessa dan Luna tidak akan tinggal satu atap, sesuai dengan janji Bram pada istri pertamanya.

Setelah acara diakad nikah selesai, satu persatu tetangga dan kerabat yang hadir mulai meninggalkan rumah itu. Namun untuk keluarga Vanessa sendiri mungkin akan pulang besok.

Malam ini Bram akan tinggal di rumah Vanessa sebagai pasangan pengantin baru. Entah kenapa Bram justru kepikiran Luna dan Khairul. Mungkin karena saat acara ijab Kabul tadi Luna tak hadir di sana.

"Mas, kok bengong sih?" ucap Vanessa tiba-tiba mengagetkan Bram yang sedang duduk di teras rumahnya.

"Nggak apa-apa kok Sayang." kilah Bram melemparkan senyum ke arah wanita yang sudah sah secara agama ini.

"Ayo masuk, Bapak mau bicara." ucapnya kemudian meraih tangan Bram dan menggandengnya masuk ke dalam rumah.

Pak Karni dan ibu sumijan kedua orang tua Vanessa serta adik laki-lakinya tengah duduk di ruang tengah.

"Duduk Bram, Bapak pengen ngobrol-ngobrol aja sama kamu." Ucap pak Karni.

Bram menggangguk kemudian duduk berbaur dengan mereka.

"Jadi kamu ini seorang pengusaha ya, Bram? tanya Pak Karni.

"Iya, Pak Alhamdulillah usaha yang saya rintis dari nol kini mulai berkembang." jawab Bram santai sambil menikmati teh hangat dan pisang goreng yang dihidangkan oleh ibu mertuanya." tentunya dia telah berbohong.

"Begini Bram Bapak sebagai orang tua Vanessa, cuma bisa berpesan. Sebaiknya kamu segera meresmikan pernikahan kalian agar sah secara negara. Karena jika hanya menikah siri saja, bagaimana nanti jika Vanessa hamil, akan sulit untuk mengurus akte kelahiran bayinya nanti." jelas Pak Karni.

"Iya pak, nanti pasti Bram segera meresmikan pernikahan kami." sahut Bram datar.

Bram memang ingin menikahi Vanessa secara resmi. Tapi setelah Bram baca-baca informasi persyaratan poligami, ternyata tidak mudah. Selain itu Bram sebagai pimpinan perusahaan dengan banyak klien, rasanya Bram belum siap menerima komentar.

Bagaimanapun juga poligami masih dianggap tabu, tidak sedikit yang kontra dengan hal itu. Dan dari awal memang Luna juga tak keberatan Bram menikahinya secara siri.

Hingga larut malam kedua orang tua Vanessa pamit untuk istirahat. Bram dan Luna masuk ke kamar hendak istirahat.

"Mas Kamu kenapa kok sepertinya dari tadi lebih banyak diam? Kenapa, kamu memikirkan Mbak Luna?" tanya Vanessa saat mereka sudah berada di dalam kamar pengantin.

Bram menggeleng

"Nggak kok sayang, mas cuman capek aja. walaupun pernikahan sederhana cuman secara siri, lumayan melelahkan juga ternyata." sanggah Bram. Vanessa hanya menanggapinya dengan mengulum bibirnya.

"Tapi ini kan malam pengantin kita Mas, tidakkah kau ingin menghabiskan malam ini dengan penuh kehangatan?" ujar Vanessa menggoda dan mendekatkan wajahnya.

Bram hanya tersenyum mendengarnya.

"Oke, yah walaupun ini bukan malam pertama kita, tapi aku ingin malam ini bukan lagi hangat, tapi panas." balas Bram lalu memeluk Vanessa.

Akhirnya mereka melalui malam pengantin itu dengan sama-sama terpuaskan. Bram sejenak melupakan luna dan ia bersama istri mudanya.

Pagi hari Bram sudah bersiap untuk berangkat. Vanessa dan Ibunya sudah di dapur Sejak pagi dan sarapan bersama.

"Hari ini Bapak dan keluarga akan pulang ya." Ucap pak Karni di tengah mereka menikmati sarapan pagi.

"Kenapa nggak besok aja Pak?" sahut Vanessa

"Nggaklah, hari ini kita pulang. Lagian Adik kamu harus sekolah besok." jawab Pak Karni. Setelah selesai sarapan Bram pamit pada mereka

"Bapak sama Ibu pamit ya Bram." ucap Bapak mertuanya saat Bram pamit mau berangkat ke kantor.

"Iya pak, hati-hati di jalan ya, Pak." jawab Bram kemudian mencium takzim tangan lelaki paruh baya itu.

Bram melajukan mobil miliknya membelah jalanan ibukota yang mulai ramai. Sekitar 25 menit waktu yang ia tempuh untuk sampai ke kantor.

Bram parkirkan mobil miliknya di halaman kantor. kakinya melangkah masuk Dan disambut oleh pegawai resepsionis Rini

Bram berpas-pasan pula dengan Bimo. Tapi tampak ada yang aneh tatapan Bimo sedikit berbeda pada Bram. Tak seperti biasanya bukan ucapan selamat pagi yang seperti biasa ,membuat sedikit bingung

"Ada apa Bim?" tanya Bram melihat sorot matanya.

"Bukan menjawab, Bimo hanya tersenyum kecut dan menggeleng dan melanjutkan langkahnya untuk masuk ke ruang kerjanya. Tanpa menghiraukan Bimo yang menurutnya aneh.

Ting!

bunyi pesan masuk dari Vanessa

"Mas Bapak dan Ibu pulang Hari Ini. Mereka tak punya ongkos jadi tolong transfer uang ke rekeningku untuk ongkos mereka pulang."

Bram menghela napas panjang. Bukannya Bram pelit hanya saja sisa uang di rekeningnya ini aja, tak lebih dari dua juta Bram harus berhemat.

"Berapa Sayang?" balas Bram

"Hanya lima ratus ribu saja mas"

Bram keluar dari aplikasi warna hijau itu, kemudian mencari aplikasi m-banking nya yang sudah diinstal ulang kembali. Bram transfer uang ke rekening istri mudanya.

Kemudian Bram mengirimkan screenshot bukti transfer pada Vanessa. Tak Berapa lama pesan darinya kembali masuk

"Terima kasih Mas, Nanti sore pulang ke rumah Vanessa lagi ya Mas." disertai emoticon kiss dan love

Bram tersenyum. Tadinya Bram berencana pulang ke rumah Luna

Tapi.....

Bersambung.....

hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏

JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓

JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK YANG LAIN