NovelToon NovelToon
Ternoda Di Malam Pengantin

Ternoda Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Cintamanis
Popularitas:2.5M
Nilai: 5
Nama Author: meliani

Dara terkejut ketika mendapati dirinya bangun dalam keadaan tidak perawan. Seseorang telah menculiknya di malam pengantin dan membuat rumah tangganya yang masih berusia seumur jagung itu berada di ambang kehancuran.

Namun kebenaran pasti terungkap dan tidak ada yang lebih indah daripada itu. Sungguhpun Dara amat terkejut ketika mengetahui siapa pelakunya. Celakanya, di saat cinta perlahan sudah mulai hadir. Dan dia merasa terjebak dalam situasi ini.

“Apa maksudmu seperti ini?” sembur Dara pada sosok menawan di hadapannya.

“Tidak ada cara lebih baik yang bisa kulakukan untuk mendapatkanmu.”

“Kau benar-benar SAMPAH!?”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ketahuan Sama Orang Tua

Setibanya Dara di rumah ibunya, Dara terkejut pada saat mendapati rumahnya dalam keadaan ramai, entah apa gerangan yang sedang terjadi.

Segera ia menepikan mobil yang dikendarainya menuju ke pinggir, agar jalan yang tak terlalu lebar itu masih bisa di akses oleh pengendara lain. Terang saja ia langsung panik, takut sesuatu terjadi kepada keluarganya dan lebih parahnya ia tak mengetahui apa-apa.

“Aku telat datang, padahal aku janji sama Razka datang ke sini pagi-pagi. Mudah-mudahan tidak ada apa-apa di sana. Positif, Ra, positif,” gumam Dara mensugesti diri sebelum ia benar-benar turun.

“Ada apa ini, Bu?” tanya Dara kepada salah satu orang yang ada di sana, yang merupakan salah satu tetangga sebelah rumah.

“Eh, ini Dara!” serunya seperti kaget pada saat Dara hadir ditengah-tengah mereka. "Akhirnya kamu datang juga."

Dara yang bingung lantas bertanya, “Iya, ini ada apa?”

“Dara, kamu yang sabar, ya. Ayahmu masuk rumah sakit,” ujarnya menanggapi pertanyaan Dara.

“Rumah sakit?” Dara mengulang untuk memastikan. “Kenapa Ayah saya masuk rumah sakit? Ibu, Razka mana?” dia berlari ke dalam untuk mencari-cari sosok yang ia maksud. “Razka? Ibu?”

“Dara, Dara, kamu tenang, ya.” Mengetahui Dara sedang sangat panik, seorang ibu-ibu menenangkannya dengan mengusap-usap punggungnya dan menjelaskannya dengan sangat hati-hati, “Begini, Dara. Ayahmu tadi sewaktu pulang, beliau mendadak gemetar, tubuhnya tidak bisa digerakkan.”

DEG.

Rasanya seperti disambar petir di siang bolong. Dara langsung menangis histeris. Dia hampir tidak bisa mengontrol dirinya lagi dan langsung tumbang di saat itu juga.

Wanita itu baru sadar setelah beberapa puluh menit kemudian, namun langsung bertolak dari sana dan menuju ke rumah sakit.

***

Setengah berlari Dara menuju ke IGD untuk menemui keluarganya. Sedangkan matanya tak berhenti merembes air mata. Dia menyesali dirinya yang begitu egois. Karena sakit hati, dia melupakan keluarga yang juga harus dipikirkan.

Kesalahannya di sini sangat banyak sekali. Pergi dari rumah suami tanpa izin, tidak memberitahukan keluarga—juga tidak memberi kabar selama sebulan itu. Dan yang lebih parah lagi dia tinggal serumah dengan laki-laki asing tanpa status yang jelas.

Dara bingung dan menjadi serba salah. Niatnya untuk tak membebani orang tua dengan masalahnya malah justru merugikan diri sendiri dan banyak orang.

Apakah mungkin ini sebuah teguran untuknya untuk tak berbuat demikian lagi?

“Ibu, Razka,” panggil Dara ketika dia melihat keduanya sedang berangkulan dalam tangis di depan IGD.

“Nduk ....” Ibu Ratna sontak berdiri dan memeluk putrinya. Begitu pun dengan Razka yang melalukan hal sama.

“Ibu tadi sudah menghubungimu, tapi ponselmu tidak bisa dihubungi,” ucap beliau setelah merenggangkan pelukan.

“Maaf, Bu. Ponsel Dara mati,” Dara menjawab disela isak. “Jatuh tadi sampai layarnya pecah.” Dia memberikan alasannya karena kenyataannya memang demikian. Ponselnya terlempar pada saat dia pingsan. Dara dapat mendengar panggilan tapi tidak dapat mengusap layarnya. Bahkan sekarang ini pun Dara merasa ponsel di dalam saku celananya bergetar dan dia tidak bisa melakukan apa pun.

“Ayah kenapa?”

Ibu tak menjawab dan malah justru kembali memeluknya.

“Kenapa, Bu? Razka? Jawab pertanyaan Mbak, Ayah kenapa?” tanya Dara lagi kian menuntut.

Razka menyahut, “Sabar, Mbak. Nanti ibu yang jelaskan, Razka bingung menjelaskannya.”

“Bapak kaget saat tahu kamu tidak ada di rumah Chandra,” ucap Ibu setelah bisa menguasai diri.

Dara menyela segera, “Dari mana ayah tahu?”

“Ayahmu ke rumah Chandra siang tadi. Tapi beliau malah menemukan perempuan lain, dia bilang kamu sudah lama pergi, apa itu benar, Nduk?”

Dara mengangguk.

“Jadi berita ini benar, bahwa Chandra sudah menikah lagi?”

Kembali Dara mengangguk. “Dara sengaja diam karena mau menjelaskan sendiri nantinya di waktu yang tepat. Supaya tidak terjadi seperti ini. Dan niatnya memang sekarang.”

“Tapi ayahmu sudah mencari tahu sendiri, beliau datang ke sana karena beliau sudah lama tidak mendengar kabarmu.”

Dara menggenggam tangan ibunya. “Sekarang Dara mau bilang ke Ibu, Dara mau menggugat cerai Mas Chandra.”

Ibu menganggukkan kepala dan mengusap-usap telapak tangan putrinya. “Itu keputusan yang paling baik. Ibu sangat mendukung keputusanmu. Tidak ada satu pun wanita yang rela di madu. Jangan mau, Nduk. Cepat gugat cerai laki-laki seperti dia. Dasar hidung belang!” Ibu bersungut-sungut kesal.

“Terus terang ibu sangat-sangat kecewa. Ibu pikir, Chandra anak baik-baik. Tapi ternyata ...” Ibu membiarkan Dara mencari sendiri jawabannya. “Mungkin inilah yang membuat Ayah kaget dan merasa bersalah padamu karena telah menjodohkanmu dengan laki-laki sepertinya.”

Dara menunduk, menyadari semua ini juga berasal dari dirinya yang telah kotor tepat di hari pernikahan. Namun Dara tidak sedang berusaha mengungkapkannya jika Chandra tak membukanya lebih dulu. Dara harap Chandra juga bisa membungkam mulutnya seperti dia menjaga aibnya.

“Ayah gimana sekarang, Bu?” kembali Dara bertanya karena mereka belum sempat menjawabnya.

“Kita harus siap karena kemungkinan, Ayah mengalami stroke.”

DEG!

***

Dara pergi dari rumah sakit setelah Ayahnya sudah dipindahkan ke ruang ICU. Dia terlebih dulu ke counter ponsel terdekat untuk memperbaiki ponselnya. Kurang lebih satu jam Dara berada di sana, sebelum akhirnya dia dapat menerima kembali ponselnya yang sudah kembali baru.

Setelah mencari kotak nomor Alif, Dara segera menghubunginya.

“Ya ampun, Dara ... kamu ke mana saja?” sembur Alif begitu telepon tersambung. Suaranya terdengar sangat panik. “Aku menghubungimu berulang kali.”

“Maaf, Lif. Aku membuatmu khawatir.”

“Ya jelas kamu membuatku khawatir, aku pikir kamu mau mencoba pergi dariku!” potong Alif segera.

“Sama sekali tidak, Lif. Aku sedang terkena musibah. Ayahku masuk rumah sakit. Ponsel aku juga sempat remuk karena terjatuh, jadi harus aku perbaiki dulu dan untungnya bisa cepat.”

“Kenapa bisa?”

“Ada banyak yang harus aku ceritakan. Kamu di mana?”

“Di Bistro.”

“Aku segera ke sana.”

Dara segera masuk ke dalam mobil dan meluncur ke lokasi. Tak butuh waktu lama, dia sudah sampai di sana dan Alif tengah menyambutnya dari arah pintu masuk.

“I’m sorry, Lif. I’m sorry. Aku membawa mobilmu terlalu lama,” ujarnya setelah Dara turun.

“Aku tidak mempermasalahkan itu yang penting kamu baik-baik saja.”

“Ayah, Lif. Ayah sudah tidak bisa bergerak lagi ...,” ungkap Dara amat sedih. Seburuk apa pun ayahnya, beliau tetap orang yang paling berjasa dalam hidupnya dan dia sangat menyayanginya.

Alif berupaya menenangkan dengan menarik Dara ke dalam pelukannya. “Aku turut prihatin dengan kondisi ayahmu.” dia membatin, karma pasti berjalan, dan mungkin beliau tengah merasakannya hari ini. Dia sangat berharap banyak. Semoga kejadian ini dapat mempermudah langkahnya ke depan dengan Dara. Ya, mudah-mudahan begitu.

“Kamu akan kembali ke sana?” Alif bertanya.

“Iya setelah ini, setelah aku mengambil pakaian ganti.”

Alif mengangguk. Mereka masih berada di dalam posisi itu sebelum akhirnya, mereka mendengar suara yang sangat mereka kenali.

“Alif?!”

Deg.

Keduanya sontak merenggangkan pelukan dan menoleh ke sumber suara.

Ternyata suara berat itu adalah suara Abah Haikal. Beliau baru saja datang bersama Umi Ros dan juga rombongan keluarganya tanpa Alif duga.

Panik? Tentu saja. Keduanya merasa sangat malu karena kedapatan tengah dalam posisi sedemikian mesra.

‘Aduw, mati, aku!’ Alif.

‘Ya Tuhan, aku sangat malu.’ Dara.

Kaki Alif sangat gatal ingin kabur dari kenyataan ini. Ternyata dirinya sepengecut itu!

Entah apa yang terjadi. Astaga!

***

To be continued.

Mau diapain ini anak.

1
Hariyani Puji
sangat rapi alur ceritanya
Hariyani Puji
jalan ceritanya sangat rapi
Hariyani Puji
jalan ceritanya sangat rapi
Hariyani Puji
bagus
Hariyani Puji
ceritanya bagus
Aurora
kasihan nggak sesuai dengan ekspektasi alif
Aurora
kembali mesra
Aurora
nanti luluh juga si dara
Aurora
akhirnya sebentar lagi keinginan Alif terkabul
Aurora
ceraikan Candra nikah sama Alif saja
Aurora
keren tempatnya
Aurora
coba dulu nikahnya sama Alif aja
Aurora
rumah tangga di ujung tanduk
Aurora
menghubungi alif
Aurora
Luar biasa
Aurora
paling alif
Aurora
kasihan dara jadi korban
Aurora
Alif pelakunya mungkin
Aurora
kasian dara
dewitoon
langsung ngakak pas bilang mau babymoon ke monas /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!